Di tengah keheningan yang menyelimuti suasana di depan pintu utama mansioan bangsawan tingkat Baron, seorang anak berdiri dengan tegak bersama dengan pelayan setia berdiri di samping sang tuan. Di depan mereka berdiri seorang janda yang baru saja membuka pintu dengan wajah yang menyiratkan dengan jelas bahka wanita itu telah mengalami kehilangan yang tak terbayangkan.
Dengan suara yang mantap dan penuh kelembutan, Serenio memohon izin untuk masuk ke rumah janda yang sedang bersedih itu, dia berkata, "Perkenalkan saya Serenio, saya datang untuk menyampaikan sesuatu terkait masa depan wilayah yang ditingalkan baron Hyperon."
Mendengar kata-kata itu, janda yang sedang berduka melihat ke arahnya dengan perasaan harap campur cemas di matanya. Meskipun sedang dalam kesedihan, dia memberikan izin kepada Serenio dan mengundangnya beserta pelayannya untuk masuk ke ruang tamu. Saat mereka duduk di ruang tamu yang tenang, sang janda, dengan suara lembut, berkata, "Maaf saya tidak menyediakan minuman, jika anda ingin menunggu saya dapat pergi ke dapur terlebih dahulu membawakan anda minum."
Mendengar perkataan itu, Serenio dengan sopan menolak, "Tidak madam, saya tidak apa-apa. Bagaimana jika kita langsung membicarakan maksud kedatangan saya." Serenio tahu wilayah Liechtens yang dipimpim oleh baron Hyperon tengah mengalami kebangkrutan. Dan di mansion itu hanya ada satu pelayan yang tersisa yang dengan sukarela melayani barones dihadapnnya itu. Dan satu-satunya pelayan barones saat ini sedang pergi mencari bahan makanan ke luar saat dia datang.
Barones yang mendengar ucapan Serenio hanya bisa menerima, karena memang dia tak memiliki hal yang bisa dia sajikan pada tamunya selain air putih. Selama 2 minggu setelah kematian suami dan putranya, barones Hyperon terpaksa memecat semua pelayannya karena dia sudah tak sanggup lagi membayar mereka, bahkan gaji para pelayan selama 3 bulan sebelumnya bahkan belum dibayarkan. Barones merasa malu, ketika dia mendengar para pelayan menerima bahwa gaji mereka selama 3 bulan itu tidak dibayar. Mereka dengan lapang dan menghibur sang barones dengan mengatakan mereka baik-baik saja tidak menerima gaji pun. Tapi karena merasa tidak enak sang barones memberikan beberapa barang berharganya saat para pelayang itu keluar dan memaksa mereka untuk menerimanya.
Barones tetap tinggal di mansion yang merupakan satu-satunya hal harga yang tersisa dengan beberapa uang yang dihasilkan baron Hyperon dari medan perang. Meskipun uang yang dihasilkan sang baron dan putranya besar, Barones Hyperon hanya dapat menggunakannya sedikit karena sebagian besar uang itu dipakai untuk melunasi hutang wilayah. Lalu ditengah kemalangannya itu, datang seorang anak yang ingin membicarakan masa depan wilayah yang sudah bangkrut ini. Barones Hyperon penasaran apa yang ingin dibicarakan anak dihadapannya itu.
"Jadi apa yang ingin anda bicarakan?" tanya Barones Hyperon.
Serenio tersenyum tipis, lalu menjawab, "Angkat saya sebagai anak anda, dan saya akan membangun kembali wilayah ini." ujarnya sambil menaruh sekantung koin emas ditambah dengan Rafael yang ikut menyimpan kantung penuh berlian berbagai warna dihadapan sang barones, kemudian kembali berdiri disamping tuannya.
"Saya tidak akan hanya mengatakan omong kosong saja tanpa sokongan, uang dan berlian dihadapan anda saat ini akan menjadi modal untuk membangun wilayah ini." tambah Serenio.
Barones Hyperon sempat terkejut melihat juamlah koin emas dan berlian sebanyak itu dihadapannya. Dia kagum dengan anak dihadapannya itu yang dapat berbicara dengan lugas dan percaya diri dengan penuh keyakinan dihadapannya. Tapi hal itu justru menimbulkan rasa curiga dalam benak Barones.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Barones.
"Saya menginginkan identitas sekaligus gelar bangsawan Baron Hyperon." Jawab Serenio.
Rafael yang tadinya diam akhirnya angkat bicara, "Barones, saya tahu anda saat ini pasti bingung dan penuh curiga. Tapi saya menjamin tuan muda saya tidak bermaksud buruk. Jika anda menyetujui tuan muda saya sebagai anak. Tuan muda akan membantu anda memulihkan wilayah Liechtens. Selain itu, bukankah anda juga ingin mempertahankan wilayah ini."
"Coba Barones renungkan, wilayah Liechtens telah kehilangan tuan dan pewarisnya. Apalagi saat ini wilayah ini bangkrut jadi mustahil anda dapat mempertahankan gelar bangsawan dan wilayah anda jika Count Legon menyerang." tambah Rafael.
Barones Hyperon kembali berpikir, ucapan dari pelayan bernama Rafael itu ada benarnya. Hanya dengan adanya pewaris saja dia dapat mempertahankan wilayah ini dari count Legon yang selalu ingin mengambil alih wilayah Liechtens. Jika sampai Count Legon benar-benar mengambil wilayahnya, maka gelar suaminya akan terhapus. Jadi tawaran anak bernama Serenio dihadapannya ini sangat menggiurkan, karena dia juga dapat membangun wilayahnya kembali. Namun barones Hyperon masih penasaran, dengan pakaian yang terlihat sederhana tapi mahal itu, kenapa anak yang terlihat seperti tuan muda bangsawan kelas atas itu ingin menjadi anaknya dan mewarisi wilayah bangkrut ini.
"Aku masih ragu, tapi apa yang membuat anda tuan muda ingin mewarisi wilayah bangkrut ini?" tanya barones Hyperon dengan menyelidik.
Serenio menjawab dengan ringan,"Sebenarnya saya adalah anak haram seorang bangsawan kelas atas. Ayah saya meninggalkan ibu saya yang tengah mengandung saya dengan berlian dan koin dihadapan anda sekarang. Lalu alasan saya ingin menjadi anak anda karena.." Serenio menghentikan ucapannya sejenak lalu memegang tudung yang sedari awal menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan, dia melepaskan tudung itu dan mengungkapkan wajahnya. Ekspresi Barones Hyperon berubah dari tenang menjadi terkejut sekaligus terpesona, seolah dia melihat keindahan yang luar biasa di depan matanya. Pandangan Barones Hyperon terpaku pada rambut yang berkilau dengan warna perak kebiruan yang langka, menjuntai di sekeliling wajah anak dihadapannya dengan lembut dan menyejukkan. Wajah anak dihadapannya itu memiliki keanggunan yang tak tergambarkan, seperti sosok misterius dari dongeng. Kulitnya yang halus dan pucat seperti permata yang terang, dan wajahnya terhiasi dengan fitur yang proporsional dan anggun. Di tambah dengan mata berwarna merah mencolok, menarik perhatian dengan garis keemasan yang memancar di dalamnya. Barones Hyperon tidak bisa menahan kekagumannya dan takjub melihat sosok anak yang tidak biasa ini.
Barones Hyperon yang sedang tenggelam dalam kekagumannya itu, kembali tersadar ketika suara serenio kembali menyapa telinganya, "Seperti yang anda lihat barones, penampilan saya terlalu mencolok untuk menjadi orang biasa." ujar Serenio.
Barones Hyperon ikut mengangguk setuju, wajah anak dihadapannya itu akan terlalu mencolok untuk jadi orang biasa saja dan itu dapat mendatangkan bahaya sendiri terhadap anak itu. Barones Hyperon akhirnya memutuskan untuk menyetujui tawaran anak itu, "Baiklah aku setuju dengan tawaranmu, tapi untuk mengurus dokumen pengangkatan anak pasti memerlukan waktu yang lama, dan untuk pewarisan gelarnya juga tetap saja akan sangat sulit."
"Tenang saja Barones, bukankah anda dulu mempunyai anak yang meninggal karena wabah yang melanda sebagian besar wilayah selatan 7 tahun yang lalu." ujar Serenio.
Barones Hyperon sejenak memikirkan ucapan Serenio barusan, lalu Barones Hyperon sampai pada satu kesimpulan dan menatap Serenio dengan terkesima. Serenio tersenyum melihat Barones Hyperon yang sudah mengakap maksud perkataannya, "Ya, saya akan menjadi anak yang sakit itu, Barones."
"Kita akan menyebarkan cerita bahwa putra bungsu anda sebenarnya belum meninggal, tetapi anda mengirimnya secara diam-diam ke benua timur untuk pengobatan dan menitipkannya pada sahabat suami anda yang seorang pedagang pengelana. Karna itu juga uang kediaman baron habis untuk membiayai hidup dan pengobatan putra bungsu anda yang berada jauh di benua timur. Bukankah itu masuk akal?" ujar Serenio sambil tersenyum tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenio's Identity
FantasyKeabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan. Seseorang yang menghabiskan waktunya sendirian dibandingkan berada di tengah keramaian sosial. Sere...