Jalanan utama di Distrik Florad sunyi senyap di tengah malam. Wilayah utama yang juga menjadi pusat ekonomi dan administrasi Liechten terasa sepi, hanya ada suara riuh rendah dari bar-bar tempat minum yang terdengar. Di pinggir jalan yang lenggang itu, seorang anak dengan jubah hitam yang hampir menyelimuti seluruh tubuhnya tengah berjalan santai, diiringi oleh seorang pelayan, menuju sebuah gang besar di distrik tersebut.
Gang Wolre, itulah sebutan yang hangat melekat pada gang yang menjadi tujuan Serenio saat ini. Jalanan sempit itu hanya cukup lebar untuk tiga orang berjalan sejajar. Kedengaranannya sebagai "gang sial" tak terlepas dari kenyataan bahwa tempat ini sering dijadikan sarang oleh sejumlah preman atau gangster untuk melancarkan aksinya terhadap korban yang tidak berdosa. Siapapun yang berani melintasi gang itu atau memasuki wilayahnya di malam hari dianggap sebagai calon sasaran preman, gangster, atau individu bermasalah lainnya.
Warga setempat sangat berhati-hati untuk melewati gang tersebut setelah gelap, tetapi masih ada keberanian pada siang hari. Tetapi Serenio dengan santai berjalan memasuki gang tersebut, padahal saat ini tengah malam. Sepanjang perjalanan, ia menemukan banyak sampah bekas makanan dan minuman, bahkan beberapa barang terlihat kurang senonoh. Meskipun merasa jijik, untungnya Serenio menggunakan masker sehingga dia tidak terpapar bau yang meresahkan di sekitar gang.
Wilayah Liechten memang mayoritas memiliki penduduk yang baik dan taat terhadap penguasa mereka, tetapi yang menjadi masalah adalah kejahatan sangat rentan terjadi di distrik utama Florad. Ini karena wilayah ini cenderung menerima begitu saja pengunjung dan orang-orang yang datang masuk wilayah ini. Sehingga ketika orang bermasalah masuk, banyak menimbulkan masalah. Dan Serenio datang menuju gang paling terkenal ini, untuk membereskan itu semua.
Serenio bersama Rafael terus melanjutkan langkah mereka hingga mencapai ujung gang. Ternyata, ujung gang membuka jalan menuju suatu area berbentuk persegi panjang yang dikelilingi oleh tembok bangunan. Tempat itu cukup luas, mungkin muat untuk sekitar 60 orang berdiri. Di area tersebut terdapat tiga tempat duduk panjang dari kayu, tiga sofa yang kumal namun sepertinya masih nyaman diduduki, serta beberapa botol alkohol yang berserakan. Di tengah-tengah area, sekelompok orang tampak tengah menunduk sambil berlutut, ada sekitar 30 orang dengan tubuh penuh memar dan wajah yang babak belur. Orang-orang itu dikelilingi oleh enam orang yang mengawasi setiap gerik mereka dengan tajam. Di depan mereka juga berdiri seorang pria berambut merah gelap dengan jubah hitam. Serenio melangkah ke arah pria tersebut. Begitu sampai di sampingnya, pria yang bernama Mathias itu mengalihkan wajahnya ke arah Serenio lalu menyapanya, "Yo, kamu di sini."
Serenio hanya menjawab dengan anggukan, lalu berjalan menuju salah satu sofa disana. Sementara Rafael dan Mathias otomatis mengikutinya dan berdiri di masing-masing sisi Serenio.
"Apa yang akan kau lakukan pada mereka?" Tanya Mathias.
"Kau sudah menyelidiki mereka semua." Tanya Serenio.
Mathias tanpa kata langsung menyeluarkan beberapa kertas lalu menyerahkannya pada Serenio.
Serenio menerima kertas itu dan membacanya dengan cepat. Hanya butuh 2 menit bagi Serenio membaca semua isi kertas-kertas itu, dan langsung mengembalikannya pada Mathias.
"Kebiri dan patahkan satu kaki dan tangan penjahat yang melakukan pelecehan. Buat sekarat penjahat yang menyiksa anak-anak, wanita dan orang-orang lemah. Kemudian lempar mereka semua ke lembah Noriss. Sisanya buat mereka melekukan sumpah kematian padaku." Ujar Serenio.
Mathias menatap takjub Serenio,"Ternyata, kau bisa kejam juga."
Serenio tidak menanggapi ucapan Mathias.
"Buat mereka bersumpah untuk mematuhi apapun perintah Baron Serenio hyperon dan jika mereka melanggar mereka akan terkena penyakit menjijikan yang akan membuat mereka tidak bisa tidur dan makan, sehingga mereka akan mati dalam waktu satu bulan tanpa bisa diobati atau disembuhkan oleh apapun." Lanjut Serenio.
"Wahh sumpah yang sangat mengerikan." ucap Mathias sambil terkekeh pelan.
Membuat orang bersumpah seperti itu, berarti Serenio tidak membiarkan orang-orang itu mati dengan mudah jika mengkhianatinya. Ini benar-benar membuat Mathias cukup kaget dengan kekejaman Serenio. Anak berusia 10 tahun ini memang sangat menarik, dan Mathias sepertinya tidak akan pernah menyesal telah mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenio's Identity
FantasyKeabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan. Seseorang yang menghabiskan waktunya sendirian dibandingkan berada di tengah keramaian sosial. Sere...