Berita mengenai pewaris sah dari wilayah Liechtens telah terdengar ke seluruh penjuru kekaisaran. Berita tersebut sedikit mengejutkan di kalangan bangsawan, karena kabar tentang anak kedua Baron Hyperon tidak pernah terdengar. Walaupun wilayah Liechtens bukanlah wilayah yang besar yang bahkan hanya diperintah oleh seorang bangsawan tingkat baron biasa.
Saat ini Serenio tengah membaca dokumen yang menjelaskan tentang silsilah penguasa Liechtens. Setelah membaca dengan cermat, satu hal yang dapat Serenio simpulkan, bahwa seluruh pemimpin tempat ini selalu terkenal akan kehormatan mereka yang menjungjung tinggi kesetaraan. Mereka secara turun temurun selalu memberikan konstribusi sosial yang baik bagipenduduknya.
"Bukankah ini menarik, Tuan muda." Ungkap Rafael yang duduk di sebelah kanan Serenio.
"Keluarga penguasa wilayah yang hanya memiliki kehormatan dari kontribusi sosial saja." tambah Rafael.
Serenio tersenyum mendengar ucapan Rafael yang tengah menemaninya menyortir dokumen di meja rapat ruangan kerjanya.
"Sanggar kebudayaan rakyat dan sekolah dasar rakyat. Sungguh penguasa wilayah ini sangat murah hati."gunam Rafael.
"Hampir tidak ada orang yang buta huruf dan buta hitung di wilayah ini. Setidaknya penduduk bisa membaca dan berhitung matematika dasar dengan baik. Lalu kesenian rakyat juga sangat berkembang, seni yang tak akan pernah disentuh oleh bangsawan karena arogansi mereka."Timpal Serenio.
"hmmm... Ini cukup baik." Tambah Serenio tersenyum.
Rafael menyernyitkan keningnya lalu bertanya, "Sepertinya Anda sudah memiliki rencana untuk ini semua Tuan Muda? "
Serenio menatap Rafael, "Ya, sepertinya."
Dokumen ditangan Serenio diletakkan di antara tumpukan dokumen lain di meja itu. Serenio lalu bersandar dengan santai dan berkata, "Pertama perbaiki fasilitas umum wilayah ini terutama mansion Baron, terlebih lagi kau harus memperhatikan toiletnya Rafael. Aku tak mau menggunakan toilet kuno dan bau lagi."
Rafael terkekeh pelan mendengar sedikit keluhan yang Serenio sampainya. Tuan mudanya ini selalu rewel tentang masalah toilet kemanapun mereka pergi atau singgah. Dia akan menggerutu betapa kuno, bau dan menjijikannya toilet zaman ini. Rafael sendiri terkadang merasa heran dengan segala pemikiran Tuan mudanya itu, setiap melihat sesuatu dia selalu mengutarakan betapa kunonya dengan ekspresi wajah seolah tengah melihat benda purbakala. Meskipun, begitu tuan mudanya selalu datang dengan ide-ide barunya dan Rafael yang harus mewujudkannya seperti sekarang ini, Rafael hanya mengangguk atas keinginan tuan mudanya.
"Satu lagi panggil orang-orang kita, lalu sampaikan pada Mathias untuk bersiap. Sudah waktunya untuk mengendalikan manusia-manusia sampah di wilayah ini dan menjalankan rencana kita." ujar Serenio dengan seringainya.
***
Suasana ruangan penuh dengan kesunyian, hanya terdengar suara detingan lembut alat makan yang menyentuh piring dan gelas. Lilin-lilin di atas meja memberikan cahaya yang lembut. Renee Hyperon duduk dengan anggun di seberang meja kayu kuat. Di sebelahnya, ada Serenio yang duduk dengan sopan sambil menikmati makanannya.
Sejenak ujung mata Serenio melihat sang ibu Renee Hyperon, dia jadi teringat dengan dokumen biografi sang Barones. Sebelum menikah dengan Baron Hyperon Renee adalah seorang guru sejarah tidak resmi di akademi kekaisaran. Dia adalah salah satu dari sekian banyak rakyat biasa yang beruntung mendapatkan kesempatan belajar di akademi kekaisaran berkat dukungan rumah tangga Erno, bangsawan bergelar Count dari fraksi regional Barat. Renee terhitung cerdas karena memiliki kemampuan menghapal yang baik, selain itu Ibunya dulu adalah pengasuh dari Count Erno sekarang. Maka dari itu, Count sebelumnya berani mensponsori Renee mengingat kedekatan anaknya dengan ibu renee sang pengasuh. Meskipun Renee kurang memiliki bakat sihir atau kekuatan fisik yang kuat, kecerdasannya sudah cukup baginya untuk diterima di akademi kekaisaran. Menjadi siswa di sana saja sudah sangat sulit apalagi menjadi guru, tapi Renee berhasil menjadi guru disana meskipun tidak resmi, hal itu saja sudah pasti kemampuan Renee diakui. Mayoritas guru akademi adalah bangsawan dan harus memiliki setidaknya memiliki salah satu kemampuan baik itu, pengendalian aura, kekuatan fisik yang kuat atau memiliki atribut yang unik. Dan Renee berhasil menjadi guru hanya dengan modal kecerdasannya saja.
'Sayangnya tidak ada yang mengetahui bakat lain dari Baroness Hyperon ini. Dan aku mengetahui bakat itu dengan baik.' Serenio tersenyum tipis sejenak, 'Bukankah aku harus memanfaatkannya.' lanjut batin Serenio.
Serenio dan Barones telah menyelesaikan makan mereka, lalu dua orang pelayan yang baru saja direkrut Rafael datang dengan trifle sebagai makanan penutup yang lezat malam ini. Sebuah hidangan manis yang menggoda, menggugah selera siapa pun yang melihatnya.
Baroness mengangkat gelas anggur kecil tiba-tiba berkata, "Bagaimana dengan rencanamu nak?."
"Untuk saat ini Rafael sudah mengurusnya dengan baik." Jawab Serenio.
Sebernarnya barones Hyperon ingin bertanya apa saja yang direncanakan anak angkatnya itu, tetapi pertanyaannya dia telan kembali. Mengingat bagaimana Serenio menerima gelarnya hanya dalam waktu 3 hari saja sudah membuat Renee terkejut. Ini bisa jadi pelimbahan gelar yang mendapat pengakuan kaisar tercepat yang dia tahu. Entah hal apa yang Serenio lakukan sampai kaisar bisa mengakui gelar kebangsawanannya secepat ini. Tapi Renee sekali lagi harus menelan rasa penasarannya, karena dia merasa ini bukanlah hal yang harus dia paksa anaknya untuk menjawab. Biar sajalah yang penting anaknya tidak melakukan hal tercela pikir Renee. Meskipun begitu Renee masih ingin membantu, jadi dia memutuskan untuk menanyakan hal itu.
"Apakah ada yang bisa ibu bantu, Nak?"
"Ibu bisa terus mengajar di sekolah dasar rakyat." Renee mengangguk saja menanggapi jawaban Serenio.
"Oh iya, Ibu bisa melanjutkan penelitian rune ibu, sekalian juga berlatih dengan sihir Mimari Maestro ibu." tambah Serenio dengan menunjukkan senyuman tipis diwajahnya pada sang ibu.
Renee terkejut mendengar penuturan Serenio. Selama ini dia tidak pernah lagi mendengar sihir khususnya disebutkan lagi, selain itu sudah jangan ada yang tahu sihir khusus miliknya, ya selain orang-orang sekelasnya dulu, itupun jika mereka mengingatnya.
Mimari Maestro adalah kemampuan sihir untuk merancang dan membangun bangunan dengan presisi. Tapi selama ini Renee hanya bisa menggunakannya untuk membuat istana pasir. Hal itulah yang membuat orang lain menertawakannya dan mengatakan sihirnys tidak berguna, maka dari itu Renee sempat melupakan sihir khususnya itu. 'Tapi bagaiman bisa Serenio mengetahuinya? Apa dia menyelidikinya?' Batin Renee sambil menatap Serenio menyelidik.
Serenio terkekeh melihat tatapan menyelidik yang sangat jelas dari ibu angkatnya itu.
"Aku membacanya dari biografi yang ditulis Baron Hyperon sebelumnya."
"Suamiku menulis hal itu juga?"
Serenio mengangkat bahunya, "Ya Baron detail untuk hal-hal seperti itu."
"Hahh."
Renee menghela nafas, suaminya itu memang selalu detail pada hal-hal tidak perlu.
"Lalu kenapa kamu ingin aku meneruskan penelitian dan melatih sihirku?" Tanya Renee.
"Sebenarnya aku tertarik dengan bakat sihir ibu ini. Tapi sayangnya bakat ini kurang kuat, untuk mengatasi nya harus ada lingkaran sihir yang mampu merealisasikan sihir ibu. Maka hanya membuat rune yang sesuai yang bisa membuat sihir ibu bisa direalisasikan dalam sekala besar. Itu akan bermanfaat untuk wilayah kita jika berhasil."jelas Serenio.
"Dari nada suaramu tidak mencerminkan seorang yang melakukan uji coba. Kamu seperti yakin itu akan berhasil." Tanggap Renee.
Serenio tersenyum, "Karena aku sangat yakin Bu, makanya aku memberi tahumu. Tenang saja aku akan membantu sedikit penelitian rune, selain itu aku akan memberi cetak Biru apa yang harus ibu bangun. Bagaimana?".
"Baiklah, ibu ikut kamu saja." Ujar Renee setuju akan apapun rencana anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenio's Identity
FantasyKeabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan. Seseorang yang menghabiskan waktunya sendirian dibandingkan berada di tengah keramaian sosial. Sere...