-¦- -¦- -¦- 12 -¦- -¦- -¦-

27 3 0
                                    

Mie ayam adalah makanan yang paling sering di beli oleh Fifi. Pertama, itu memang termasuk makanan kesukaannya. Kedua, baginya makanan itu punya cukup banyak gizi. Dan yang ketiga, hanya itu makanan di kantin yang murah dan banyak. Faktanya dia tidak akan pernah menolak untuk makanan itu apapun yang terjadi.

Buktinya adalah sekarang. Walau dia tengah di landa emosi bak badai, dia tetap menghabiskan makanan itu dengan wajah dongkolnya. Sejak tadi, setelah dia selesai mengunyah dan menelan makanannya. Fifi akan berdecak, tertawa getir lalu menyeruput mie ayamnya penuh dendam.

"Lo ngapa si, njir!" Tegur Acha. Siswi kelas IPS 7, satu kelas dengan geng Wahyu. Sayangnya dia teman satu-satunya di sekolah ini. Maksudnya dalam artian yang benar-benar dekat. Bertemu di menengah pertama, lalu kembali satu sekolah ini menengah atas. Walau akhirnya tidak satu kelas.

Tapi tentu saja itu tidak menghalangi hubungan mereka.

Fifi melirik dengan mata penuh kekesalannya. Seperti mengatakan jika dia tidak ingin digangu. Tapi Acha, dia tidak mau kalah. Membalas tatapan itu sampai dia mendapatkan jawabannya. Dan kalau sudah begitu, Fifi tidak akan pernah menang. "Ahh, elah"

"Ngapa si, lu. Cerita ngapa cerita. Ngeliat gelagat lu dah kek mak-mak diselingkuhin sama suaminya," cibirnya. Acha sendiri sibuk menikmati bakso tusuk dengan saus yang sudah seperti darah.

Fifi uring-uringan, dia berhenti meneruskan makannya. "Nggak papa, lagi kesel aja gue. Ama orang,"

"Anak baru?" Tebak Acha. Dan Fifi merespon dengan gelagat yang dia kenali. Dia akan memutar bola matanya begitu ketus sebagai jawabannya. "Ya, gue si nggak heran. Habis lo di gampar ampe mimisan ama dia trus dia kaga tanggung jawab, gue juga kesel." Katanya. "Ngapain lagi dia?"

"Gue satu kelompok sama dia tugas bahasa inggris. Dia nggak mau satu kelompok sama gue, dia mau sekelompok kalau gue ngerjain tugasnya dia tinggal terima beres. Yaudah gue iyain aja daripada panjang. Hari minggu gue nunggu dia di halte sekolah, nunggu sejam kaga dateng-dateng, untungnya gue ketemu si Bagas di tengah jalan. Gue minta nomor telfon si Dewa kaga di kasih gue tampol aja dia, eh pas gue telfon dia lagi tidur. Itu jam sebelas siang anjirr, sialan banget nggak?" Omelnya geram. "Nggak sampai di situ. Gue bilang ke dia jangan sampai ini tugas gagal. Maksud gue kalau dia mau nilai jelek jangan bawa-bawa gue. Eh, pas ke depan, lo tahu apa? Dia yang ternyata bisa bahasa inggris dengan lancar itu mengacaukan semuanya seenaknya dia sendiri." Dua sumpit bambu yang ada di tangannya patah karena emosinya. Acha melihat itu agak panik. "Kenapa si dia, bikin gue emosi aja!"

Acha mendorong es jeruk miliknya ke hadapan Fifi. Berharap saja dia agak tenang. "Santai, bro. Minum dulu,"

Dengan kesal Fifi menyeruput es itu. Emosinya cukup mereda. Tapi jelas, batinnya masih terbakar apa lagi kepalanya terus saja terlintas wajah Dewa yang meledeknya. Itu seperti bensin. Di sisi lain dia benar-benar tidak paham dengan sikapnya yang menyebalkan itu. Apa semua itu karena kejadian halte? Hah? Ayolah sejak awal laki-laki itu yang tidak ingin membantunya dan bergerak karena terpaksa. Lalu dia juga sekarang malah menagih rasa terima kasih padanya.

Padahal, kalau saja. Kalau saja Dewa tidak bersikap menyebalkan seperti itu dan tidak memancing emosinya dan narsis di hadapannya. Dia akan berterima kasih untuk apa yang telah dia lakukan. Jangan lupakan juga soal dia yang mengajaknya naik ke atas motornya dan mengajaknya kebut-kebutan, itu benar-benar luar biasa. Makanya saat taruhan, dia meminta itu lagi. Tapi lihat saja tingkahnya di kelas dan mempermainkan tugas yang sudah dia kerjakan dengan susah payah itu. Jelas dia tanpa ragu menarik kembali rasa terima kasihnya. Rasa respectnya berubah menjadi rasa benci yang ingin sekali memusnahkannya.

Fifi meletakan es jeruknya. Sesuatu mengangu pikirannya. "Eh, Cha. Gue mau nanya dong,"

"Apaan?"

"Menurut lo kenapa orang taruhan kalau dia udah tahu dia bakalan rugi?" Fifi berdecak. Menggeleng merevisi secepatnya. "Maksud gue, iya semua orang taruhan karena mereka tahu bakalan menang nantinya. Tapi ini posisinya dia udah tahu dia bakalan rugi dan dia punya pilihan buat nggak taruhan. Tapi dia malah taruhan, kenapa menurut lo?"

How To Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang