Wanita dengan rambut panjang setengah bahu berwarna emas itu berkali-kali menghembuskan nafasnya, kedua tangannya juga ikutan sibuk berkat dokumen-dokumen yang tiba-tiba menumpuk sangat banyak akibat hadiah kejutan dari kaisar.
Yang dia takutkan terjadi, meskipun tebakannya sedikit melenceng dari perkiraan. Karena jika prediksi dia berjalan lancar semua ini bisa diantisipasi dengan baik.
Tadi pagi, utusan kaisar datang memberikan titah pernikahan kepada adik keduanya, Camila Zaneta de Esperanza dengan putra mahkota kekaisaran. Jovanka tahu sekali sebagai pemimpin keluaga Esperanza selanjutnya, jika saat ini pasti akan datang.
Sebelumnya dia sudah membuat prediksi diantara ketiga Esperanza bersaudara, dirinya, Camila dan adik bungsunya, Helena. Titah pernikahan akan jatuh ke tangan Helena. Tak disangka-sangka sang ratu memilih Camila sebagai menantunya.
Berbeda dengan Jovanka dan Helena yang terkenal se-antero kekaisaran, kepopularan Camila jauh berada di bawah mereka berdua. Jika Jovanka terkenal karena menjadi penerus perempuan pertama dari keluarga Esperanza dan memiliki kecerdasan yang luar biasa, Helena memiliki kecantikan yang mempesona. Apalagi Helena sangat sering datang ke acara-acara bangsawan, menebarkan kecantikannya yang dia punya.
Camila, adik kesayangannya itu memiliki kecerdasan dan kecantikan yang seimbang. Tidak hanya sangat cantik, Camila juga sangat cerdas. Tetapi kepribadiannya kebalikan dengan semua hal yang Camila punya. Adiknya itu memiliki sifat ceroboh, pemalas dan suka bermain-main.
Untuk membinanya menjadi anak baik, mendiang ayahnya mengirim Camila jauh dari ibukota. Beliau memasukan Camila ke Akademi Exeliru yang berada di kota Bergen sejak usia Camila 7 tahun.
Meskipun sudah masuk akademi, sifatnya tidak berubah sama sekali. Camila masih sama, masih dengan sifat cerianya itu. Dengan sifat Camila seperti itu membuat Jovanka tambah khawatir dengan adik keduanya itu. Dia tidak akan rela melihat hilangnya senyum Camila jika nanti terlibat dengan intrik-intrik kekaisaran.
Berbicara tentang kekaisaran, Jovanka melupakan satu hal penting. Putra Mahkota Kekaisaran Tesalo, Zane Albertus Zaboulos bukanlah sosok yang sederhana. Beberapa kali bertemu dengan Zane membuat Jovanka sadar betapa berbahayanya orang sepertinya.
Jovanka memijat kepalanya dengan kasar dia harus memikirkan bagaimana Zane yang akan memegang hidup dan mati adiknya. Rasanya dia ingin menangis memikirkan adiknya yang tidak pernah berurusan politik sama sekali selama 18 tahun hidupnya harus terlibat dengan hal-hal licik di kekaisaran.
Seharusnya dari awal dia sudah bisa menduga hal ini, permaisuri bukan orang yang sederhana, beliau tidak mungkin memilih dirinya karena jika memilih dirinya akan menimbulkan pertentangan karena dirinya adalah pemimpin keluarga bangsawan Esperanza apalagi beberapa hari ini dia sudah diangkat menjadi asisten menteri keuangan kekaisaran.
Jika permaisuri memilih Helena, kaisar akan curiga dengan niat permaisuri. Adik bungsunya itu meskipun cantik tapi tidak secerdas kedua kakaknya, dan itu sudah menjadi rahasia umum. Dengan menunjuk Helena, permaisuri akan menunjukan sekali ingin menjatuhkan anak tirinya dari posisi putra mahkota.
Dan yang paling aman untuk permaisuri tunjuk adalah Camila. Camila tidak punya kekuatan politik---karena lama di akademi---tapi Camila juga bukan orang yang bodoh dan sang kaisar pasti akan setuju.
Meskipun Camila sangat jarang---hampir tidak pernah---tampil di depan publik, sifat, kepribadian dan kepintarannya tidak diketahui orang banyak tapi dengan mengirim orang suruhan kaisar ke akademi pasti dengan gampang menemukan jika Camila selalu ada di posisi 5 besar murid paling berbakat di akademi selama 11 tahun ini.
Jovanka memijat kepalanya sekali lagi yang terasa seperti ingin pecah, rasanya ingin sekali menitahkan Camila untuk menolak perjodohan kali ini. Mungkin, jika ayahanda mereka masih ada titah dari kaisar ini akan mudah untuk ditolak tetapi untuk Jovanka yang baru diangkat menjadi kepala keluarga Esparanza yang mempunyai kedudukan bangsawan marchioness rasanya tidak akan begitu mudah menolak titah kali ini. Bisa-bisa keluarga Esparanza musnah karena menolak titah sama saja dengan pemberontakan.
Tangan kanannya terangkat, mengetuk beberapa kali meja kayu di hadapannya dan dengan sedikit teriak memanggil Arkan---asisten dirinya---yang sedang menunggu di depan pintu untuk masuk. Setelah berpikir panjang, mungkin titah pernikahan kali ini memang harus terjadi. Camila harus menghadapi ini dan peran Jovanka sebagai kakak dari Camila akan melindungi sang adik dengan baik. Bukan hanya sebagai seorang marchioness yang melindungi keluarganya tetapi juga sebagai kakak dari adik-adiknya.
"Ada yang bisa saya bantu, Marchioness?"
"Kirim surat kepada Camila, untuk segera balik ke ibukota untuk menerima titah pernikahan."
"Baik, Marchioness."
***
Meet the casts
All photos credit from Pinterest.
Note: cast akan bertambah dan bermunculan dengan bertambahnya chapter. Wait for it guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne
Fantasy[Not A Transmigration Story | The First Book of Tesalo's Universe Series ─ On Going] Camila hanya ingin menjalankan hidupnya dengan santai-santai saja, tidak ingin terlibat dengan urusan politik apalagi menjalani hubungan dengan keluarga kekaisaran...