10 ─ Menyebalkan

166 25 5
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan sudah Camila lewati. Hari ini tepat sudah 6 bulannya dirinya tinggal di istana. Tinggal di istana membuat Camila harus merasakan perasaan was-was setiap harinya. Melelahkan saja.

Saat ini, dirinya sedang berada di danau buatan yang letaknya berada di samping taman belakang istana. Ini adalah salah satu dari dua tempat favorite nya di istana. Satunya lagi adalah ruang kerja Zane.

Sembari menikmati angin di kursi yang berada di pinggir danau, dirinya juga memikirkan kembali ucapan sang kakak beberapa bulan yang lalu. Ketika ditanya alasan kenapa dia harus mencurigai suaminya, Zane, Jovanka tidak memberi tahu apapun. Dia hanya memberi tahu jika Camila harus sangat berhati-hati.

Camila dibuat bingung dengan ucapan sang kakak, pasalnya suaminya itu memperlakukan Camila dengan biasa saja---menurutnya---tidak ada hal spesial yang membuat dirinya harus mewaspadai Zane.

Tapi, meskipun tidak diberi tahu alasannya kenapa harus mewaspadai satu-satunya orang yang dia percaya di istana ini. Camila mau tidak mau harus percaya dengan Jovanka. Kakaknya itu tidak pernah tidak serius dengan ucapannya, sang kakak sangat berkeperibadian sangat tegas dibandingkan kedua adiknya yang lebih bersikap klemar-klemer. Camila mempercayai sang kakak lebih dari apapun.

Kakaknya adalah pengganti kedua orang tuanya yang meninggalkan mereka begitu cepat. Jovanka lah yang mengurus kediaman mereka dari masalah resmi sampai masalah pribadi di kediaman. Semua orang mengandalkan Jovanka, termasuk dirinya. Makanya ketika Jovanka tidak mau memberi tahu alasannya Camila langsung setuju saja tanpa berkomentar apa-apa lagi.

Karena itu selama 6 bulan ini, dia bersikap dengan sangat hati-hati sekali di depan Zane. Dirinya tidak berani memancing amarah dan menyebabkan keributan dengan pria itu, dia hanya melakukan aktivitasnya seperti biasa dan hanya sesekali---setiap hari---yaitu menganggu suaminya saat bekerja dari siang hari sampai malam hari. Hanya itu aktivitasnya. Tidak ada yang lain. Sungguh.

Camila menarik nafasnya dengan panjang, berusaha mengambil udah segar yang ada di sekitarnya sebanyak mungkin. Menikmati udara segar di taman belakang istana ini menenangkan hati dan pikiran Camila.

"Lihat bertemu siapa kita di sini, Ro?"

Ugh, tanpa menoleh pun Camila sudah langsung tahu siapa pemilik suara itu, suaranya berasal dari sebelah kanan dirinya, berada tidak jauh dari tempat duduknya. Pemilik suara itu adalah Putri Farlona.

Dia, Farlona, dan Riano beberapa kali terlibat keributan. Mereka sangat-sangat menyebalkan dan menjengkelkan.

Kasus pertama, ketika kaisar dan permaisuri sudah keluar dari ruang makan saat perjamuan pagi. Farlona dengan sengaja menumpahkan kuah sup panas kepada dirinya. Camila yang tidak terima membalas dengan melemparkan garpu kepada gadis gila itu sampai membuat Farlona terluka dan mendapatkan sedikit noda darah pada dahinya. Untung pada saat itu ada Zane, pria itu mengancam Farlona dan Riano untuk tidak menyebarkan masalah ini, jika sampai menyebar pria itu akan membalas mereka dengan berkali-kali lipat. Suaminya itu melindungi dirinya!

Kasus kedua ketika Camila sedang berlatih panah, Riano yang juga ada pada saat itu dengan sengaja mengarahkan busur panah ke arah pundak Camila yang sedang beristirahat di kursi yang berada di pinggir lapangan tempat mereka berlatih. Camila pada saat itu sangat lelah membuatnya tidak merasakan waspada terhadap ancaman yang akan membuatnya terluka.

Ketika anak panah itu sudah melesat, Camila merasa ada yang menariknya. Itu adalah ulah Samuel, panglima suaminya. Samuel memang terkadang ditugaskan Zane untuk menjaganya, ketika pria itu tidak bisa menemaninya.

Besoknya Camila mendapat kabar jika Riano terluka sangat parah di kedua pundaknya. Seperti ada yang sengaja menusukan anak panah ke kedua pundak Riano berulang kali. Meskipun tidak ada anak panah yang menancap di pundak pria itu tapi tabib yang memeriksanya mengetahui bentuk bekas lukanya.

ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang