Chapter 33 : reception or...trap? {2}

21 2 0
                                    

jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

****

Alan mencium pipi Khayri berkali-kali membuat putranya itu merasa risih dengan perilaku yang diberikan sang Ayah. Pandangan Khayri jatuh pada Felicia yang tampak sibuk melihat tab ditangannya, meminta tolong pada sang Bunda juga percuma.

Bundanya terlalu fokus!

"Nya! Yah!" seru Khayri marah yang malah menimbulkan gelak dari Alan.

"Anak Ayah kok ganteng banget sih? Gemas tau," ucap Alan kembali mencium pipi si kecil.

"Ayah, jangan digangguin mulu Ay nya," ucap Felicia yang mulai jengah dengan tingkah suaminya itu.

"Lucu tau Bun, hem anak siapa sih kamu?" tanya Alan memeluk Khayri erat dan kembali mencium pipi putranya itu, entah kenapa Alan sangat menyukai wajah kesal Khayri, "anak Ayah lah."

"Yak! Ay nak Unda! Ukan Ayah!" seru Khayri sambil mendorong muka sang Ayah agar menjauh, dia sudah terlanjur kesal.

Semenjak dia tinggal bersama Felicia Khayri memang sudah sangat akrab dengan Alan dan juga sering dimanja oleh Ayahnya itu, dia juga sering dicium tapi tidak sebanyak ini! Dia bisa gila karena ini semua, katakanlah umurnya 3 tahun tapi Khayri pernah jadi anak berumur 5 tahun loh! Dia sudah besar ya menurutnya.

"Gak anak Ayah gimana kan kamu dulunya kecebong Ay- akh! Sakit Bun!" seru Alan meringis saat mendapatkan cubitan maut dari sang istri.

"Jangan ngomong macam-macam. Sini Ay nya," ucap Felicia sambil mengambil alih Khayri dan mendudukkan putranya itu di pangkuannya.

Felicia mencium puncak kepala putranya itu kemudian kembali fokus pada tab ditangannya memilih baju yang kiranya cocok iya kenakan untuk nanti malam.

"Yang ini cantik," komentar Alan sambil memeluk Felicia dari samping dan menyandarkan kepalanya dibahu istrinya itu.

"Ndak yang ini antik!" seru Khayri menunjuk baju bewarna gold, menurutnya itu sangat cocok dengan sang Bunda terkesan mewah dan tidak terlalu kontras dengan warna mata Bundanya itu.

"Nggak Ay, yang silver lebih cantik," balas Alan bersikukuh dengan pilihannya tadi.

Khayri memandang sengit sang Ayah yang memandangnya mengejek, "ndak! Yang gol yang antik!"

"Gol? Gol apa? Yang bola masuk ke ring terus gol? Itu goal Ay," jelas Alan dengan pengertian tapi sebenarnya tersirat nada jahil di sana.

"Ih ukan itu Ayah tapi walna gol! Bukan gol bola!" bantah Khayri sambil menyumpah serap pelafalannya yang cadel.

"Mana ada warna gol Ay, yang ada Gold," ucap Alan membuat Khayri kesal.

"Iya gol Ayah. Ih acud Ay walna Mas!" seru Khayri.

Felicia menghela napas pelan mendengar perdebatan non faedah dari dua laki-laki kesayangan nya itu, dia lebih memilih cuek dan fokus pada rancangan baju yang ada di tab.

"Ayah!"

"Ayah serius tau Ay, Mas itu panggilan Bunda ke Ayah," terang Alan.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang