01

8K 827 136
                                    

“Anak kue beras”
“Aku mencintaimu, Panglima Lee”

Kilatan serta bayangan tentang seorang pria yang mengenakan hanbok kerajaan, tengah bersama seorang Panglima terus memasuki mimpi indah pria bersurai coklat, kepalanya menggeleng dengan nafas yang sesak. Pelipisnya tampak berkeringat.

Seulas tawa dari wajah manis dan senyum sosok tampan mengisi mimpinya, bagaimana dua bocah kecil berlarian di sekitar istana dan mencuri mangga.

Tawa sang putra mahkota terpancar kala ia berlari bersama seorang bocah dengan durumagi yang lusuh karena di kejar si pemilik pohon mangga.

Di tengah lelapnya kala ia terjebak pada mimpi buruknya, dia merintih dengan kedua tangan meremas seprainya, bantalnya sudah basah karena keringat, dia bak meronta untuk menyudahi mimpi buruk ini, tapi raganya tak merespons.

Bayangan ketika sang Raja berlari dan menangkup wajah sang Panglima membuat tubuhnya menggeliat tak menentu.

SRAK!!!

“ARGHT!” Jaemin berteriak dan langsung terduduk di atas ranjangnya saat merasakan anak panah menusuk punggungnya.

Nafasnya tersengal dan dia dengan panik mengusapi punggungnya seraya melirik ke arah belakang. Menyadari bahwa dia baru saja bermimpi buruk, dia embuskan nafas lega.

“Huh, mimpi itu lagi” Gumam Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Huh, mimpi itu lagi” Gumam Jaemin.

Dia usap pelipisnya yang banjir akan keringat hingga poninya basah lalu menoleh ke arah nakas. Gelas di atas tampak kosong, dia menyambar gelas itu kemudian menyibak selimut, kakinya melangkah keluar dari kamar menuju dapur untuk mengisi minum.

Suara denting gelas dengan bibir teko mengisi sepinya dapur, dia meneguk air mineralnya seraya melirik jam dinding di atas kulkas di mana waktu menunjukkan pukul lima pagi. Selepas minum, dia kembali naik ke lantai dua dan kembali masuk ke kamar.

Dia dudukkan tubuhnya pada tepi ranjang dengan kepala tertunduk. Mengingat lagi mimpi yang ia alami dan ternyata bukan pertama kali.

Jaemin sudah mendapatkan mimpi yang sama sejak memasuki usia tujuh belas tahun. Entah siapa si Panglima Lee dan Yang Mulia dalam mimpi itu, kemudian panggilan anak kue beras yang seperti tak asing baginya.

“Mimpi itu lagi” Lirih Jaemin dengan suara paraunya.

Tring!
Jaemin tersentak di tengah pemikirannya tentang mimpi buruknya, ponselnya di atas nakas berdenting pertanda masuknya sebuah pesan, ada nomor dengan nama ‘Haechan’ yang baru saja mengiriminya pesan.

“Jaemin, jangan lupa acara hari ini”

Jaemin mengunci layar ponselnya setelah membaca pesan atasannya itu. Dia langsung beranjak untuk mandi dan bersiap untuk memulai pekerjaannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Until I Found Him [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang