08

1.7K 242 26
                                    

Mesin mobil Jeno mati setelah terparkir di gedung parkir hotel. Jaemin adalah yang lebih dulu turun lalu dia menyusul dan keduanya masuk ke dalam gedung untuk menuju aula acara.

“Aku akan melihat pengantinnya.” Tutur Jaemin dengan lembut seraya melangkah menuju ruang pengantin dan Jeno dengan santai mengekori.

“Mau apa?” Tanya Jaemin saat tahu Jeno setia membuntutinya.

“Ikut, pikirmu?”

“Astaga, aku bekerja Jeno. Berhenti mengekori aku seperti bayi!” Omel Jaemin dengan satu embusan nafas berat seraya berkacak pinggang.

“Jaemin-ah!”

Di tengah perdebatan itu, Jaemin mendengar suara lembut Haechan memanggil, tak lama pria bertubuh sintal itu datang menghampiri. Dia cukup terkejut melihat Jaemin datang bersama Jeno.

“Apa ini? Aku baru tahu kalian sedekat ini?” Haechan bertanya-tanya.

“Jelas saja, kami bah...”

“Ey hei hei hei!” Protes Jaemin cepat dengan panik. “Tuan,” Sapa Jaemin membungkuk.

“Kau sudah lihat pengantinnya?” Tanya Haechan.

“Aku baru akan masuk Tuan, kalau begitu aku permisi.” Pamit Jaemin membungkuk lalu dengan cepat beranjak dari sana.

Melihat Jaemin pergi dengan tergesa, Jeno bersiap hendak menyusul tapi Haechan langsung menahan lengan pria itu membuat Jeno memasang wajah cemberut.

“Mau ke mana? Kau tidak bisa mengganggu karyawanku, dia sedang bekerja. Lagi pula, kenapa kau bisa di sini? Seingatku kau tidak kenal dengan pengantinnya dan juga bukan tamu undangan kan?.” Haechan bertanya-tanya dengan alis bertaut.

Jeno hanya mencebik lalu menatap ruangan pengantin, dia putuskan beranjak menuju aula acara, meskipun bukan undangan, sebaiknya dia menikmati acara kan?

Mungkin hidangan di sini nikmat.

Suasana yang semula ricuh, perlahan berubah menjadi hening saat acara pemberkatan hendak di mulai, seluruh tamu bersiap di kursi mereka, memandang sang mempelai pria yang berdiri memunggungi pastor hendak menjemput mempelai wanita.

Sementara Jeno masih asik berdiri di depan prasmanan memegang segelas wine dan menatapi berbagai macam hidangan yang tersaji.

Bibirnya mengulum senyum saat melihat Jaemin keluar dari ruang pengantin dan berdiri di dekat altar, mengambil gambar mempelai pria, dia pun meninggalkan winenya begitu saja di atas meja dan menghampiri Jaemin.

“Nanti kita yang seperti ini di altar ya?” Ucapnya saat ia tib di samping Jaemin yang tengah membidik si pria dengan lensa kameranya.

“Oh astaga!” Pekiknya kaget. Namun ia masih sadar untuk tak meninggikan suaranya di tengah suasana hening.

Pria itu menatap Jeno yang melempar senyum dengan ekspresi sebal.

“Bisakah kau menyingkir, ada banyak kursi di sana. Duduklah dengan tenang dan jangan ganggu aku bekerja.”

“Menurutmu, mempelai prianya tampan tidak?” Tanya Jeno memandangi Jaemin yang sibuk mengambil gambar.

“Jelas saja, pengantin akan memancarkan aura yang tak biasa di hari bahagia mereka.” Jawabnya tak acuh, masih sibuk pada pekerjaannya, mengabaikan Jeno yang lagi-lagi cemberut.

“Jika nanti aku yang berdiri di sana menyambutmu, menurutmu apakah aku akan tampan juga?” Tanya Jeno.

“Tidak. Semua pengantin tampan, kecuali kau.” Jawab Jaemin, dia menurunkan kamera yang sejak tadi menutupi wajah cantiknya lalu beralih menatap Jeno dengan wajah datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Until I Found Him [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang