03

3.5K 660 50
                                    

Tok... Tok... Tok...

Haechan yang tengah memeriksa dokumen, menoleh ke arah pintu saat daun pintu dari kaca itu di ketuk. Alisnya bertaut melihat siluet seorang pria di luar.

“Masuk!” Perintahnya dan tak lama pintu kaca itu terbuka menampilkan sosok Jeno berdiri dengan pakaian rapi.

“Lee Jeno?” Haechan bertanya-tanya seraya beranjak dari kursinya menghampiri Jeno. “Ada apa?” Tanya Haechan.

“Duduklah!” Perintahnya lembut seraya menunjuk sofa tamu di ruangannya.

Jeno sejak tadi tak menunjukkan ekspresi apa pun, dia menurut duduk saat Haechan meminta. Kini keduanya duduk di sofa itu dengan saling berhadapan. Haechan sendiri tak tahu apa yang membawa Jeno ke kantornya, karena dia juga tak cukup dekat dengan pria itu. Dia mengenal Jeno juga lewat Mark.

“Ada apa?” Tanya Haechan, mungkin ini sudah kesekian kali dia bertanya.

“Fotografer di acara pernikahan Guanlin kemarin, salah satu karyawanmu kan?” Tanya Jeno tanpa berbasa-basi.

Alis Haechan bertaut mendengar pertanyaan itu, mengapa Jeno tiba-tiba bertanya tentang Jaemin. Apakah karena kejadian pelemparan bunga kemarin?

“Uhm, iya” Jawab Haechan kikuk.

“Aku butuh kontaknya, termasuk nomor telepon dan tempat tinggalnya” Ujar Jeno membuat Haechan tersentak yang kesekian kali.

“Tapi, untuk apa Jeno-ssi? Aku tidak bisa memberimu alamat dan nomor telepon karyawanku sembarangan”

“Ada yang ingin aku sampaikan pada karyawanmu” Jawab Jeno.

“Perihal kejadian di pernikahan Renjun kemarin?” Tanya Haechan.

“Apakah itu penting?” Sahut Jeno membuat Haechan tersentak.

“Itu penting, karena Jaemin adalah karyawanku” Omel Haechan membuat Jeno menghela nafas.

“Tolonglah, ini darurat” Pinta Jeno memohon.

Haechan menghela nafas melihat Jeno amat frustrasi, dia menimbang sesaat permintaan pria itu. Tapi melihat kejadian di pernikahan Renjun kemarin, sepertinya hubungan keduanya menjadi tak baik. Haechan takut jika Jaemin merasa tak nyaman dengan Jeno. Tapi mungkin, keduanya memiliki urusan yang harus mereka selesaikan.


❃.✮:▹ ◃:✮.❃


Jaemin menarik nafas dalam lalu menaikkan selimut yang membalut tubuhnya yang menggigil hingga sebatas leher. Sejak berciuman dengan Jeno tempo hari di pesta, Jaemin mendadak sakit, tubuhnya mendadak panas dan dia juga mengalami batuk. Bahkan untuk beranjak dari ranjangnya saja, dia kesulitan.

Drtt...
Jaemin melongok ke arah ponselnya di atas nakas, di dapatinya panggilan masuk dari Haechan. Dia berusaha melawan rasa malas karena tubuhnya yanng lemas untuk menjawab panggilan sang bos.

“Halo, Tuan” Sapa Jaemin dengan nada bicaranya yang gemetar.

“Jaemin, foto untuk pernikahan Guanlin dan Renjun kemarin apakah belum selesai di cetak?” Tanya Haechan.

“Ah, itu Tuan. Aku sakit setelah pulang dari sana. Aku minta maaf belum sempat mengabari, tapi aku akan mengerjakannya dalam waktu dekat. Aku mohon pengertiannya” Ujar Jaemin.

“Ah begitu ya. Tak masalah, fokus saja pada kesembuhanmu. Aku akan bicara dengan Renjun” Balas Haechan dia merasa iba mendengar suara Jaemin yang gemetar.

Jaemin meletakkan kembali ponselnya selepas perbincangannya dengan Haechan, baru saja hendak menjatuhkan kepalanya pada bantal untuk istirahat, dia mendengar bel rumahnya berbunyi. Jaemin merutuki siapa pun yang datang di saat seperti ini.

Until I Found Him [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang