1. Pilihan

228 17 3
                                    

Di masa sekarang, bumi adalah tempat yang kelam.

Wabah, kepunahan spesies dan pencemaran lingkungan menjadi faktor utama yang di sebabkan oleh manusia itu sendiri.

Di sisi lain kemajuan teknologi semakin pesat. Semua hal dapat di akses dengan mudah, namun itu hanya untuk orang-orang kalangan atas atau orang penting dari bagian pemerintahan negara.

Sedangkan mereka yang berada di bagian paling bawah kasta kedudukan hanya memiliki dua pilihan.

Berjuang untuk hidup, atau mati meninggalkan dunia yang kelam tersebut.

Dan pilihan terkahir itu adalah pilihan yang di ambil Jake Sully.

Menurutnya tidak ada harapan lagi untuk melanjutkan hidup. Ia sebatang kara, kakinya cacat dan masa depannya terlalu gelap untuk di lewati.

Langit yang awalnya rintik menjadi deras dan membasahi seluruh kota. Di tengah jalan yang padat itu, ada tubuh seorang pria terkapar tak berdaya dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya. Kursi roda miliknya terlempar cukup jauh.

Orang-orang yang lalu-lalang nampaknya tidak begitu peduli, seakan pemandangan tersebut adalah hal biasa.

Jake menatap ke arah langit, bibirnya menyunggingkan senyuman.  setidaknya ini adalah hal terakhir yang bisa ia lakukan.

Sebelum kehilangan kesadarannya, Jake melihat ada beberapa orang dengan pakaian hitam mendekat.

Hingga akhirnya semua menjadi gelap.

▼⁠・⁠ᴥ⁠・⁠▼

Bunyi Elektrokardiograf terus memenuhi ruangan laboratorium.
Di sebelah alat itu, sosok berkulit biru bertubuh besar terbaring di atas branker.

Alat bantu nafas yang terpasang terus memberikan pasokan oksigen tanpa henti.

Beberapa manusia dengan jas lab putih nampak lalu lalu-lalang untuk mengecek keadaannya.

"Ini lebih buruk dari yang diperkirakan." Ucap seorang pria yang baru saja menyelesaikan pemeriksaannya.

Tak lama setelah itu pintu ruangan lab tersebut terbuka. Ada sosok besar lainnya yang memasuki ruangan tersebut.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Kolonel Miles Quaritch, dia adalah seorang komandan Operasi Keamanan RDA.

Kedatangannya mengejutkan semua orang yang ada di sana. Karena jarang sekali Quartich datang untuk melihat langsung Avatar yang berhasil di pindahkan jiwanya.

Pria berjas putih tadi mendekati Quartich dan menjelaskan seluruh kondisi Avatar tersebut.

"Terjadi masalah saat kami melakukan pemindahan kesadaran. Tubuhnya sempat tidak merespon, dan butuh waktu lebih lama di bandingkan dengan Avatar lain. Selain itu, kami menemukan adanya kelainan pada organ tubuhnya. Kemungkinan akan muncul beberapa gejala komplikasi." Jelasnya.

Quartich menarik kerah baju pria itu dan mengangkatnya tinggi.

"Itu salahmu! Seandainya waktu itu kau tak membiarkannya sendirian, dia tidak akan mencoba mengakhiri hidupnya!" Tubuh pria itu di lempar ke pojok ruangan.

Yang lain memilih mundur, mereka tidak ingin menjadi pelampiasan kemarahan Kolonel Quaritch.

Di sisi lain, sosok yang terbaring di atas branker mulai membuka matanya. Bunyi Elektrokardiograf yang awalnya lemah mulai stabil, hal itu menarik perhatian semua orang di ruangan.

Quaritch langsung mendekat untuk melihat keadaannya.

"Apa kau bisa mendengarku?" Tanya Quaritch sambil mengelus lembut pipi sosok itu.

Tidak ada jawaban, tubuhnya masih sangat kaku untuk bergerak. Kepalanya juga terasa sangat sakit.

Ketika penglihatan Jake menjadi jelas, ia terkejut melihat sosok tinggi di hadapannya.

Ketika Jake menoleh ke arah kaca pembatas ruangan, di sana ia melihat dirinya sendiri dalam wujud berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Jake menoleh ke arah kaca pembatas ruangan, di sana ia melihat dirinya sendiri dalam wujud berbeda. Bukan sebagai manusia, tapi mahluk aneh berkulit biru!

Jake mencoba untuk bangun, namun langsung dari tahan oleh Quaritch.

"Tenanglah, kau baru saja bangun. Tubuhmu masih memerlukan waktu untuk beradaptasi."

Jake masih tidak mengerti. Mengapa ia bisa berada di tempat ini. Lalu siapa pria di hadapannya? 

Bukankah seharusnya ia mati pada hari itu. Jake yakin orang-orang di sini telah melakukan sesuatu pada tubuhnya.

Jake melepaskan alat bantu nafas dan disposable electrodes yang menempel di dadanya. Anehnya Quaritch justru membiarkan hal itu.

Jake turun dari branker, berusaha untuk berdiri dengan menggunakan kaki dari tubuh yang ia miliki sekarang. Untuk sesaat Jake merasa takjub, ini pertama kalinya ia bisa berdiri setelah bertahun-tahun menjadi cacat.

Tapi rasa takjub itu hanya sesaat, Jake dengan langkah yang masih goyah berusaha untuk keluar dari ruangan lab.

Para penjaga lab ingin mengerjakannya, namun segera di cegah oleh Quaritch.

"Biarkan dia."

Sesampainya di pintu luar, Jake di kejutkan oleh pemandangan hijau yang hampir mendominasi seluruh tanah.

Ia yakin bumi tidak memiliki pepohonan sebanyak ini.

Jake menapakkan kakinya ke tanah, ia bisa dengan jelas merasakan tekstur tanah yang lembab dan rerumputan hijau.

Udara yang hirup jauh lebih segar dan bersih.

"Di mana ini..?" Heran Jake.

Ia mencoba berjalan lebih jauh hingga berhenti di sebuah pohon besar. Jake mencoba mengulurkan tangannya untuk menyentuh pohon itu.

Seumur hidupnya, Jake tidak pernah melihat pohon secara langsung. Ia hanya tahu bentuk dan gambar pohon dari ilustrasi yang di buat oleh kecerdasan buatan di bumi.

"Baru pertama kali melihatnya?" Tanya Quaritch yang sudah berdiri di belakang Jake.

"Ini adalah planet Pandora. Kemiripan nya dengan bumi mencapai 80% dan berkemungkinan akan menjadi planet bumi kedua bagi umat manusia." jelas Quaritch.

Ia lalu membimbing Jake ke perkebunan yang berhasil timnya kembangkan. Quaritch memetik  buah berwarna biru dari salah satu tanaman di sana dan memberikannya pada Jake.

Awalnya Jake ragu untuk mencobanya, namun karena rasa penasarannya. Jake akhirnya mencoba buah itu.

Ketika lidahnya bersentuhan dengan daging buah, Jake di kejutkan oleh rasa manis dan seger yang menjadi satu. Jake tidak ingat kapan terakhir kali ia mencoba buah ataupun sayuran yang segar, karena di bumi hampir semua makanan adalah olahan dan di buat sedemikian rupa agar bisa di makan.

"Ini enak..." Ucap Jake tanpa sadar tersenyum. Matanya sedikit berkaca-kaca, semua hal yang ia kira mustahil untuk di temukan justru ia dapatkan di sini.

"Tubuh masih belum siap untuk berpergian keluar, aku akan membawamu kembali ke lab." Ucap Quaritch.

▼⁠・⁠ᴥ⁠・⁠▼


Lanjut?

Second Earth [BL] Sedang Dalam Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang