Bonchap-||Nyatanya Belum Ikhlas Sepenuhnya||

767 71 11
                                    

Melupakan seseorang yang begitu berarti bagi kita memang tak mudah. Banyak hal yang sudah dilalui bersama, dan berakhir meninggalkan banyak kenangan pula. Orang-orang di luaran sana salah. Mengikhlaskan tak semudah kata. Kenangan akan selalu hinggap bak kaset rusak yang terus memutarkan video kebersamaan itu.

Jika diijinkan untuk egois, Yuna lebih memilih untuk bersama sang kakak selamanya. Tak ada kata pisah, tak ada kata meninggalkan. Ia ingin menjadi egois.


Jika ditanya 'apakah kamu ikhlas?', Yuna akan menjawab dengan lantang 'ikhlas! Tapi tidak untuk melupakan.' Yuna tak akan melupakan kakaknya. Sampai kapanpun.


Seperti saat ini. Ia menatap pigura yang tertempel di kamarnya. Hatinya selalu sesak tiap kali melihat sesuatu yang berkaitan dengan Jihoon. Junghwan sudah menawarkan untuk tidak memasang foto istrinya bersama sang kakak itu di kamar. Bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja, Junghwan khawatir jika Yuna selalu hancur tiap melihat foto itu.


"Na? Sekali lagi aku tanya. Apa mending figura ini aku pindah ke kamar sebelah aja? Aku khawatir sama kamu, Na."

"Enggak perlu, kok. Aku nggak papa. Aku cuman kangen kak Ji aja." Yuna berbalik badan, menatap sang suami yang tengah menggendong anak laki-laki berusia satu setengah tahun. Yuna melengkungkan bibirnya, menyunggingkan senyum manis. Seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.

"Bundaa... Akuuh mau uding!" Seru anak kecil itu seraya menjulurkan kedua tangannya pada sang bunda.


"Yejun mau puding buatan bunda?? Ayo kita buat!" Yuna mencubit pipi anaknya gemas. Junghwan pun terkekeh melihatnya.


"Kamu jagain Yejun dulu, ya? Aku mau masak makan siang sama puding buat Yejun."


"Iyaa tenang aja. Tapi aku ikut ke dapur ya."

"Okayy!"

"So Yejun, ayo lihat bunda masak!!" Seru Junghwan membuat anak kecil itu tertawa sembari bertepuk tangan. Hah gemas sekali.


*****


"Na? Kamu mau ke klinik hari ini?"


"Iya. Agak siang mungkin. Kenapa?" Jawab Yuna yang tengah membereskan mainan putranya.


"Aku mau ke kantor. Yejun titipin ke siapa?" Junghwan ikut duduk disebelah istrinya.


"Aku aja yang bawa. Di klinik kan juga banyak perawat, jadi banyak yang bantu."


"Beneran gapapa? Aku anterin aja yuk?"


"Tapi kan kamu berangkatnya sekarang? Aku masih nanti jam 8."


"Gapapa. Aku berangkat sama kamu aja. Di kantor juga ga ada meeting kok. Aman. Kamu siap-siap gih. Yejun biar sama aku dulu."


"Tumben ngajak berangkat bareng?"


"Nanti sore mau jalan-jalan. Hehe."


Yuna tertawa kecil. "Pantesan. Ternyata ada maunya."


He's My Brother || Park Jihoon Treasure  [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang