03

1.3K 94 4
                                    


Happy Reading! <3

~o0o~

"Ada apa ini?!" Seru seseorang mengalihkan atensi mereka.

"Kenapa kotor sekali?!! Apa kalian tidak bersih-bersih rumah?! Dan kamu Yuna!! Kamu mandi pakai air pel?!"

"Istri baru Papa yang udah bikin Yuna kaya gini!! Ini sebabnya Jihoon nggak mau Papa bawa wanita lain kesini!! Jihoon nggak mau Papa bawa keluarga baru Papa kesini!! Mereka udah semena-mena disini, Pa!!" Ujar Jihoon penuh amarah membuat Yuna gemetar.

"Nggak, Mas. Anak-anak kamu yang udah bikin ulah. Yuna nggak mau disuruh ngepel, dan malah ditumpahin kaya gini. Aku sama Jaeha udah capek masak, cuci piring, cuci baju juga. Tapi giliran dia disuruh ngepel, dia malah nggak terima gini."

Yuna membelalakkan matanya. "Nggak, Pa. Mereka yang bohong. Seminggu ini selalu Yuna yang kerja. Mereka cuman makan, nonton tv aja, Pa. Yuna yakin pasti Papa bisa bedain mana yang masakan Yuna dan mana yang bukan."

"Udahlah Yuna... Nggak usah mengelak. Jujur aja kenapa sih sama Papa kamu sendiri?" Ucap Jaeha tersenyum licik. Sedangkan sang kepala keluarga, hanya melihat mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Jihoon tertawa tak percaya. "Wah wah wahh... Pandai juga anda memutar balikkan fakta ya... Dan Papa? Kenapa cuma diem aja? Oke gapapa... Gapapa kalo Papa nggak percaya lagi sama Jihoon dan Yuna. Tapi Papa harus ingat, suatu saat nanti, Jihoon bakal bongkar semua. Dan bisa Jihoon pastikan kalau Papa bakalan menyesal." Ucap Jihoon lantas menarik Yuna menuju kamarnya.

"Hey! Mau kemana kalian?!! Siapa yang akan membersihkan ini semua, hah?!!"

"Suruh aja tuh istri dan anak tiri Papa. Kan katanya mereka rajin kerja. Beresin bekas air pel gitu doang gampang dong harusnya." Cetus Jihoon tak perduli.

Papa mereka menghela nafas panjang. Ia lalu menatap Jaeha dan ibunya. "Bersihkan cepat. Jangan bikin saya marah." Ucapnya lalu melenggang pergi.

"Bersihin, Jaeha."

"Dih? Kok aku, Bun? Bunda aja dong.. kan tadi bunda yang bilang."

"Kamu ini jadi anak males banget. Sesekali bantu bunda dong. Jangan malas-malasan."

"Ah aku capek, bundaa... Aku habis sekolah. Udah lah bunda aja yang ngepel. Aku mau tidur."

"Anak satu bandelnya minta ampun." Gerutu bundanya.

******

"Lain kali, dibantah aja, dek." Ucap Jihoon membantu adiknya menyisir rambut.

"Udah Yuna bantah, kak. Tapi mereka maksa Yuna."

Jihoon menghela nafas berat. "Kita pindah ke apartemen aja, yuk? Disana kita bebas."

Yuna segera berbalik badan saat Jihoon mengatakan itu. "Jangan pindah. Kita disini aja. Disini rumah Mama, disini banyak kenangan Mama. Yuna nggak mau pindah. Lagian, nanti kalo kita pindah, gimana jadinya sama rumah ini. Pasti nggak terurus, dan mereka bakal makin semena-mena sama kita, kak."

"Tapi kakak nggak mau kamu diginiin terus... Kakak nggak bisa selalu mantau kamu, kakak nggak setiap saat sama kamu."

Yuna tersenyum tipis. "Gapapa... Kakak fokus aja sama kuliahnya. Yuna bisa jaga diri. Nanti kalau mereka udah keterlaluan, baru deh Yuna bilang kakak. Selama mereka masih gini, Yuna bisa atasin, kok. Yuna, kan anak kuat." Yuna tersenyum sumringah pada Jihoon membuat laki-laki itu ikut tersenyum.

Jihoon mengangkat Yuna lalu mendudukkan adiknya dipangkuan. "Yuna, adik kesayangannya kakak. Makasih udah bertahan, ya. Makasih selalu ada buat kakak." Jihoon memeluk Yuna sembari sesekali mengecup kening Yuna.

"Harusnya Yuna yang bilang makasih. Karena kakak, Yuna masih bertahan sampai sekarang. Makasih, ya, kak."

*******

Jihoon mengambil ponselnya dari saku saat benda pipih itu bergetar.

"Halo? Kenapa?"

"Kaakkkk.... Kita mau ke rumah Lo ya? Lo kapan pulang?" Teriak seseorang dari ujung sana. Terdengar begitu ramai.

"Ngapain ke rumah gue?" Tanya Jihoon sembari memasukkan bukunya.

"Ya main aja. Sama mau ketemu Yuna. Kangen udah lama gak ketemu." Jawab seseorang yang lain.

"Cih modus. Gue ini mau pulang. Kalian duluan aja. Jangan diapa-apain adek gue."

"Okee kakkk... Kita kesana."

"Tapi siapa aja?? Jangan dibuat berantakan rumah gue. Kasian Yuna mulu yang beresin."

"Cuman kita ber-sebelas. Nanti kita bantu beberes kok. Kan kita sayang Yuna. Bye ah. Gue gak sabar ketemu adek gue. Payyy..."

"Adek gue, bangsat!!"

Tut Tut Tut

"Temen macem apa ini." Decih Jihoon.

*******

"Yuna!! Buatin saya teh hangat sekarang!" Teriak ibu Jaeha menggelegar dipenjuru rumah.

Yuna yang mendengar itupun terlonjak kaget. Ia lantas segera menuju ke dapur dan meninggalkan kegiatan menyetrika nya. Namun ia lupa bahwa kabel setrikanya belum ia cabut.

Yuna mulai membuat teh hangat dengan hati-hati. Tidak boleh kebanyakan gula karena ibu tirinya itu akan selalu memarahinya jika teh buatannya kemanisan.

Setelah jadi, ia segera mengantarnya pada ibu Jaeha yang sedang duduk santai didepan tv.

"Tumben kamu buatnya pas, nggak kemanisan. Bagus, makin pinter kamu."

"Iya Tante."

"Bundaaaa..... Baju bunda bolong!!" Teriak Jaeha dari lantai atas. Ibunya lantas segera berlari menuju dimana Jaeha berada. Sedetik kemudian, Yuna tersadar bahwa ia lupa belum mencabut kabel setrika tadi. Ia lalu segera berlari menyusul ibu tirinya.

"YUNA!! APA-APAAN KAMU HAH?!!! KAMU UDAH NGERUSAKIN BAJU SAYA!!! LAIN KALI LEBIH TELITI LAGI BISA GAK SIH?!! INI BAJU MAHAL YUNAA!! ASTAGAA...."

"M-maaf Tante... Tadi saya lupa belum cabut kabelnya waktu Tante nyuruh buatin teh hangat."

"KAMU MAU NYALAHIN SAYA?!! MIKIR YUNAAA!!! INI BAJU MAHAL!! MAU SAYA PAKAI BESOK UNTUK ARISAN DENGAN TEMAN-TEMAN SAYA!! KENAPA KAMU BIKIN BOLONG GINI!! GAK BERGUNA KAMU JADI ANAK!! IKUT SAYA!!" Ibu tiri Yuna langsung menarik rambut Yuna dan menyeretnya menuju lantai bawah. Ia dibawa menuju dapur dengan rambut yang masih dijambak kuat oleh ibu tirinya.

"LIHAT!! KAMU HARI INI MASAK JUGA ASIN BANGET, NYETRIKA BAJU MALAH DIBIKIN BOLONG!!! BISA KERJA GAK SIH KAMU?!! NGEPEL JUGA BIKIN ORANG JATUH!! DASAR ANAK NGGAK GUNA!! MATI AJA KAMU, NYUSUL IBUMU SANA!!"

"Tante ampun Tante... Maafin Yuna... Yuna nggak akan ngulangin lagi Tante... Maafin Yuna... Lepasin Tante... Sakitt..." Yuna menangis sesenggukan dengan tangan yang berusaha menahan rambutnya.

"Kamu pikir dengan kamu minta maaf sambil nangis-nangis gini bisa balikin baju saya yang bolong?!!! Percuma kamu nangiss... Nggak ada gunanya!!"

Jaeha pun masuk menuju dapur. Ia duduk dengan santai di meja makan sembari menyaksikan aksi ibunya yang menyiksa Yuna.

"Kamu belum makan, kan??-"

Pyarr

"Makan tuh masakan kamu yang asin!! Piringnya juga sekalian dimakan!!"




******

Jangan lupa vote dan komen yapp!!

See you next part yeorobun!!

Khamsahamnida 👋


He's My Brother || Park Jihoon Treasure  [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang