07

950 84 3
                                    

Halooo semuaaa...

Maaf kemaren ga update.

Karena udah mulai ptm, jadinya pulang sore༎ຶ‿༎ຶ

Kalo malem ngerjain pr gitu kadang ketiduran...

Jadi maap yaa...

Oke deh,

Happy Reading yuppss!!

~o0o~


"Sorry gue baru dateng. Tadi gue masih ada kelas." Ucap Jihoon saat ia bergabung dengan teman-temannya dan mengajak tos ala mereka satu-persatu.

"Santai aja, kak. Lagian kumpul biasa doang. Nggak terlalu penting." Seru Mashiho.

"Ya nggak bisa gitu. Walaupun cuman kumpul-kumpul aja, tapi nyatanya kalian bisa dateng semua, kan? Ya kali gue nggak dateng sendiri."

"Yaudah yaudah iyaa... Lo mau minum apa? Kumpul kali ini gue yang bayarin semua." Ucap Hyunsuk langsung disambut dengan gembira oleh teman-temannya.

"Tinggal Lo yang belum pesen, kak. Kita udah pesen barusan." Ucap Jaehyuk.

"Apa ya. Enak cola atau lemon tea?" Tanya Jihoon meminta pendapat.

"Terserah sih. Kan Lo yang mau minum. Tapi enakan cola pas panas-panas gini." Ujar Haruto.

"Yaudah deh cola aja. Biar seger kepala gue."

"Waduh waduhh... Cepetan ini pesenannya kak Jihoon. Dia udah kepanasan banget nih. Kepalanya sampe ngebul. Cepet ambilin cola. Atau air seember trus guyur ke kepalanya dia nih." Seru Jeongwoo kurang ajar membuat orang-orang yang ada disana tertawa.

"Gak sopan Lo sama orang yang lebih tua." Gerutu Jihoon. Mereka sekarang sedang ngumpul di Cafe punyanya Junkyu. Makanya mereka punya tempat sendiri disini, tepatnya di bagian belakang Cafe yang luas dan ada tamannya. Jadi udah kaya dijadiin markas buat mereka.

"Gimana Yuna? Udah bener bener sembuh?" Tanya Yedam.

"Udah. Tapi masih gue suruh istirahat. Nggak gue ijinin sekolah tadi."

"Dia tuh fisiknya emang sehat, tapi batin dia yang nggak." Celetuk Doyoung.

"Maksudnya?" Tanya Haruto.

"Bokap Lo sering bicara yang nggak-nggak ke Yuna, kan, kak?"

Jihoon mengangguk kecil. "Gue yang cuman denger aja sakit hati. Apalagi Yuna yang dikatain secara langsung. Apalagi sama Papa nya sendiri lagi."

"Dikatain gimana sih? Please dong kasih jelas. Selama ini Yuna gak pernah cerita apapun ke gue." Ujar Junghwan.

"Ya dibilang anak pembawa sial lah, anak gak tau diuntung lah, cuman bisa nyusahin lah, nggak ada gunanya lah. Ya pokoknya gitu-gitu deh intinya." Jawaban Jihoon membuat mereka membelalakkan matanya.

"Wtf??? Segitunya?? Bokap Lo waras, Ji? Wahh gak bener nih."

"Kenapa bisa dikatain anak pembawa sial? Emang apa aja yang udah terjadi sampe dikatain sial?"

"Dulu waktu Yuna masih kelas 7, dia tuh minta diajarin naik motor. Karena pas itu temen-temennya udah pada pegang motor sendiri. Trus karena Papa gak ada waktu, akhirnya yang ngajarin tuh Mama. Nahh pas dirasa udah cukup, Yuna disuruh nyetir dan Mama bonceng. Nahh bisa deh Yuna bawa motor. Tapi waktu itu ada truk tangki yang remnya blong dan itu pas dijalan turunan. Truk nya ngehindarin motor didepannya, trus malah banting stir ke kanan dan nabrak Yuna sama Mama. Yuna dipeluk Mama, kaya dilindungi Mama gitu. Jadi yang bersentuhan langsung sama aspal tuh Mama. Mama meninggal ditempat karena pendarahan di kepala, waktu itu kepala Mama benturan sama trotoar dan pas-pasan mereka gak pake helm. Tapi Yuna cuman luka kecil karena didekap Mama tadi. Jadi semenjak Mama meninggal itu, Papa selalu bilang kalau Yuna itu anak pembawa sial. Waktu Mama masih ada juga Papa baik. Nggak kaya sekarang."

Penjelasan Jihoon membuat mereka paham akan situasi dan kejadian yang sebenarnya. Selama ini mereka hanya tau kalau Mama Jihoon meninggal karena kecelakaan. "Ya ampun jahat bener bokap Lo. Padahal kan semuanya terjadi karena udah takdir. Yuna minta diajarin motor saat itu juga udah ada di rencana Tuhan. Bisa-bisanya ya bokap Lo."

"Gue kemaren nggak sengaja denger kalo Yoshi bilang keluarganya mau pindah hak asuhnya Yuna. Beneran?" Tanya Hyunsuk.

"Iya. Ayah sama bunda gue udah dari dulu mau mindah hak asuhnya Yuna semenjak Mama nya meninggal. Tapi bokapnya Jihoon gak ngebolehin. Gak tau alasannya apaan. Padahal dia kaya gak niat gitu ngerawat anak." Ucap Yoshi lalu kembali menyantap ramyeon.

"Nggak perlu pindah hak asuh. Masih ada gue yang siap jagain Yuna. Gue udah berusaha bujuk Yuna supaya mau tinggal di apartemen bareng gue. Tapi dia tetep kekeuh nggak mau pindah. Padahal dia udah dimanfaatin kaya gitu. Dan herannya, gue nggak bisa berbuat apa-apa. Gue harus gimana? Gue nggak selalu bisa disisi Yuna. Gue nggak bisa belain dia, gue nggak tau apa aja yang udah dilakuin sama keluarga baru Papa itu ke Yuna." Ucap Jihoon frustasi. Ia menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya.

"Lo laporin aja ke polisi. Itu bisa jadi kasus penganiyaan di lingkungan keluarga loh. Bisa dipenjara tuh. Atau minta kak Hyunsuk buat laporin ke bokapnya." Usul Junghwan.

"Masalahnya, kalo gak ada bukti kuat, hukumnya gak akan berjalan... Kalian tau kan kalo ibunya Jaeha tuh selalu morotin duit Papa gue. Kalo dilaporin ke polisi, dia pasti bakal nyogok polisi itu biar diem dan nggak dilanjutin lagi kasusnya."

"Kalo gitu, kenapa nggak Lo pasang aja cctv di rumah Lo. Biar Lo tau apa aja yang udah diperbuat sama keluarga baru Papa Lo habis itu laporin ke bokapnya kak Hyunsuk deh." Sahut Asahi.

Jihoon membuka matanya. Ide yang tidak terlalu buruk.



*********

Jangan lupa vote dan komennya....

See you next part guysss

Tattaaaaaaaaa

He's My Brother || Park Jihoon Treasure  [[END]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang