Mengapa.
Satu kata yang agaknya gemar menari di dalam otakku. Satu-satunya tanya yang selalu mengulang secara mandiri buat penuh kepalaku. Tanya yang terlewat bebal, tak ingin pergi walau ku coba usir terlewat kasar.
Mengapa aku ada di sini. Menjadi bagian terbelakang di antara deretan manusia yang selalu bisa diandalkan. Menjadi yang terlemah, yang susah payah berjalan tertatih dibelakang mereka yang berlari kencang.
Mengapa aku tak bisa jadi seperti mereka. Beradaptasi dengan suara nyaring dari tembakan yang memekakkan indra pendengaran. Saling menggenggam satu sama lain untuk berlatih bersama dan jadi lebih kuat.
Mengapa hanya aku yang tersisa sendiri. Terjebak di dalam ruang waktu yang melambat ketika yang lain melesat jauh melangkah ke depan. Mengapa hanya aku yang tertinggal? Mengapa hanya aku yang sulit lepas dari bayangan kelam kemarin hari.
Mengapa otak yang mereka bilang cerdas tak bisa kuandalkan. Kemana perginya ide cemerlang yang semula gemar berlalu lalang. Kemana perginya kemampuan menembak yang mereka beri gelar kebanggaan.
Sekujur tubuhku dibuat gemetar kala senapan ada di genggaman. Jantungku teramat berdebar diiringi nyeri kala lihat tubuh yang bedarah berserakan di atas tanah. Otakku kehilangan rasionalitasnya kala saksikan genangan merah dari darah yang bercampur air hujan.
Mengapa? Ini jelas bukan kali pertama. Namun, mengapa tak juga biasa?
Pandanganku terus mengabur. Seakan kabut tebal buat manikku berembun. Hilang, semuanya seakan hilang dalam sekejap. Aku kehilangan segalanya ... bahkan diriku sendiri juga ...
aku kehilangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona | Duty After School ft. OC
Fiksi PenggemarBagaimana awalnya, bagaimana bisa mereka berdiri di sini. Di tengah genangan merah dengan sebuah senapan yang seketika tak lagi bisa difungsikan. Monster itu melesat cepat. Gencar merenggut nyawa. Kejam mencabik sejasad manusia. Apakah mereka kelak...