1

159 8 1
                                    

Seorang gadis dengan salah satu temannya sedang berjalan keluar kelas karena bel pulang telah berbunyi. Salah satu dari mereka dengan wajah gelisah sibuk menelpon seseorang, dia memencet tombol hijau berkali-kali.

"Gimana Shen? "

"Nggak tau susah banget dihubungin. " Jawab gadis bernama Shena yang kini mereka duduk di taman sekolah.

"Emang paling bener tuh elo bawa motor sendiri! " Ucap Rania, seseorang yang duduk dihadapannya.

"Ya gue nggak tau bakalan gini. Udah lah gue nebeng elo aja! " Ucap Shena, dia berdiri dengan wajah masam.

"Dih, ya. Ayok! " Ajak Rania yang tak bisa membantah Shena.

Shena sudah janjian dengan Nando, pacarnya. Namun saat Shena menelpon tak ada jawaban, padahal Nando sudah berjanji akan membawa Shena jalan-jalan setelah pulang sekolah.

Kini Shena dan Rania sudah ada di parkiran.

Triing triiing triiing

Ponsel Shena tiba-tiba berdering, setelah mengangkatnya Shena justru membuat Rania bingung.

"Gue nggak jadi pulang sama elo, Nando udah didepan gerbang. Sorry ya bye! " Shena melambaikan tangan sambil berlari.

Dengan wajah heran Rania tanpa sadar ikut melambaikan tangannya juga, sedetik kemudian dia sadar dan menggelengkan kepalanya.

"Sialan tuh bocah, nyari pacar yang satu sekolah kek." Rania memakai helmnya dengan wajah cemberut.

"Beda sekolah kalo kaya mending, lah ini bakso aja dibayarin ceweknya! " Gumam Rania yang kesal pada Shena.

Shena berlari keluar gerbang dengan cepat, sorot matanya mencari seseorang yang katanya sudah menunggu lama. Shena melebarkan senyum saat melihat seseorang yang dicarinya.

"Sorry yah tadi kuotanya abis terus beli dulu, " Ucap Nando saat Shena sudah ada dihadapannya.

"Tapi nggak hutang lagi kan? "

Nando hanya menjawab dengan senyum canggung. Hal ini membuat Shena menghembuskan nafas panjang.

"Anterin aku pulang aja deh, nggak usah jalan. " Pinta Shena.

"Kenapa tiba-tiba dibatalin? Apa gara-gara aku selalu ngutang ke temen? " Tanya Nando sambil mengerutkan dahinya.

"Ada tugas PPT yang harus dikumpulin besok. " Jawab Shena.

Pertanyaan itu juga salah satu alasannya, ucap Shena dalam hati.

Akhirnya Nando hanya mengantar Shena pulang kerumahnya, Shena juga menyuruhnya untuk pulang saja tak perlu mampir dahulu.

Keesokan harinya, Shena mengikuti saran Rania untuk membawa motor sendiri lagipula motor tak ada yang menggunakannya di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Shena mengikuti saran Rania untuk membawa motor sendiri lagipula motor tak ada yang menggunakannya di rumah.

Suasana hati Shena sedang kacau karena kejadian kemarin dengan Nando. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar Nando hutang ke teman tapi sudah berkali-kali dan tak jarang juga ada beberapa teman Nando yang datang padanya untuk melunasi hutang Nando.

"Gue nggak ada uang, minta sendiri ke Nando! " Ucapnya pada cowok yang ada di depan rumahnya.

"Shen, tolong lah gue lagi butuh duit. Kemaren tuh duit aslinya buat beli obat nyokap, " Jawab cowok tersebut.

"Kalo emang penting, ngapain di kasih pinjam? " Cowok tersebut hanya diam atas pertanyaan Shena.

"Katanya Nando yang bakal beli obat, tapi uangnya malah habis sama dia. "

"Gue bukan istrinya! " Ucap Shena dan hendak menutup pintu.

"Eh eh Shena please, kita 9 tahun satu kelas masa elo tega sama gue? "

Shena menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Oke fine, teruntuk mas Adit yang baik hati dan tidak sombong, "

Shena tersenyum paksa dan membuka kembali pintu, "Gini aja, itu duit tetep jadi hutangnya Nando dan elo gue pinjemin duit. Gimana? "

"Oke oke. Makasih banyak yah Shen. Akhh gila pokoknya lu ter the best deh, " Jawab Adit.

"Nih uangnya, gue pinjemin. Sebenernya Nando uangnya banyak, tagih aja terus kalo bisa pake bunga sekalian. " Ucap Shena sambil menyerahkan 2 lembar kertas merah pad Adit.

Dialog antara dirinya dengan Adit semalam terlintas kembali dalam pikirannya. Tangannya mencoret-coret buku tulis dan menghasilkan gambar pemandangan indah, padahal hanya dari pulpen.

"Shen! Ada murid baru lho di kelas kita, " Ucap Muti, teman sebangkunya.

Muti membuat lamunan Shena membuyar, "ngagetin aja elo! Lagian gue nggak peduli mau murid baru kek murid lama kek atau apapun itu! " Ucap Shena dan kembali mencoret-coret kertas dihadapannya.

"Kayaknya duduknya disamping elo deh, " Ucap Muti.

"Oh."

"Ya soalnya mau dimana lagi, cuma disitu yang kosong, " Muti berbicara seolah ada yang bertanya.

"NGGAK NANYA! " Ucap Shena yang kesal pada temannya.

"Katanya sih dari Jogja, yaudah kalo nggak mau tahu. " Ucap Muti kemudian mengeluarkan kotak bekal dari tasnya.

"Jogja... Yogyakarta? "

"KAMU NANYEEAA?? KAMU BERTANYA TANYEEAA?? " Muti kembali bertanya dengan nada menjengkelkan yang viral di sosmed tersebut.

"Anj**g elo! Masih pagi jangan buat gue pengen bunuh orang! " Ucap Shena dengan sedikit ngegas.

"Ampun boss Berrr, " Muti mengagumkan kedua telapak tangannya dan menunduk ke Shena.

"Bar ber bar ber, sialan lo! "

"Kan itu nama elo hehe, "

Tak lama bel masuk berbunyi dan guru pengampu sudah datang ke kelas. Semua murid berdo'a terlebih dahulu sebelum mulai belajar.

Sekitar 15 menit kemudian, seseorang masuk ke kelas. Semua murid menganga melihatnya karena dia sangat tinggi.

"Kamu murid baru kan? Ayo kenalkan diri kamu, " Ucap guru Fisika.

"Assalamu'alaikum semuanya. Perkenalkan saya Randitto Abimana, kalian bisa ngundang saya Ditto. Saya asalnya dari Yogyakarta, terimakasih. "

Guru mempersilahkan Ditto untuk duduk, mejanya tepat bersebelahan dengan Shena, tapi dia sendirian. Entah apa yang terjadi pada pemilik sebelumnya, Ditto tak peduli. Mereka saling tersenyum saat keduanya saling menoleh.

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang