10

31 3 0
                                    

Ting

Sebuah pesan terkirim di ponsel seorang gadis yang kini tengah menatap langit diatasnya. Malam tanpa bintang dengan bulan yang tertutup awan kembali lagi dan membuatnya berkali-kali menghembuskan nafas panjang.

Paling Nando minta maaf, batinnya. Dia tak peduli dengan ponsel yang terus mengeluarkan bunyi nontifikasi berkali-kali.

Triung... Triung.... Triung...

Bukan pesan lagi tapi kali ini sebuah panggilan telepon dari seseorang, Shena tak berniat mengangkatnya tapi nada dering itu benar-benar mengganggu ketenangannya.

"Apa? "

"Assalamu'alaikum dulu dong mba! "

"Hm. Assalamu'alaikum, "

"Waalaikumsalam cantik, "

"Cih. Najis banget anjir! "

"Shena aku ke rumah kamu ya? "

"Nggak! "

"Oke. Larangan adalah perintah, tunggu ya, "

Shena menatap nama yang mengirimi spam pesan untuknya. Ngapain sih ngespam, nyebelin banget deh!

Beberapa menit kemudian, Shena menatap heran seseorang yang masuk kedalam halaman rumahnya menggunakan motor Ducati merah. Pagar rumah memang selalu terbuka jika masih dibawah jam 9 malam.

"Siapa tuh? Nando ganti motor? " Gumam Shena.

Seseorang dengan helm fullface menatap kearah rooftop yang dimana disana terdapat Shena sedang menatapnya heran. Si pemilik motor berhasil membuat mata Shena terbelalak saat dia melepaskan helm fullface dari kepalanya.

"It's you, Ditto? "

Shena berlari menuruni tangga yang ada di samping rumahnya, menghampiri Ditto yang tersenyum kearahnya.

"Jalan-jalan yuk. Cari angin, " Ucapnya saat Shena sudah berdiri di hadapannya dan saling beradu tatap.

"Gabut banget lo kesini pakai pakaian rapi gini. Dikira gue mau nerima tawaran lo apa? " Jawab Shena, gadis itu menatap Ditto dari atas sampai bawah dengan penampilan berbeda malam ini.

Kaos putih yang dibalut jaket kulit hitam, celana levis berwarna denim juga membaluti kaki cowok jangkung itu. Tak luput dari kakinya yang menggunakan sepatu sneaker putih polos. Penampilannya sempurna malam ini, sudah layaknya seseorang yang akan membawa pacarnya jalan-jalan.

"Harus diterima dong. Kebetulan Dino abis mandi tadi sore. "

"Dino? Lo punya Dinosaurus? " Tanya Shena dengan alis yang hampir menyatu karena heran.

Ditto menepuk-nepuk motornya. "Ini Dino! "

"What? Motor lo kasih nama? "

Ditto hanya tersenyum. Dia turun dari motornya membiarkan Shena yang menatapnya penuh tanda tanya saat dia berjalan kearah motor matic yang terparkir diluar rumah. Tangannya meraih helm yang digantung di spion motor matic milik Shena.

Ditto memasangkan helm ke kepala Shena. "HP nya udah dibawa belum? Nanti ketinggalan berantem lagi, " Ucap Ditto.

"Di rooftop. " Shena berlari menaiki tangga dengan helm yang masih terpasang dikepalanya dan meraih ponselnya, memasukkannya kedalam saku. Ditto tertawa gemas melihat kelakuan Shena.

Shena memilih untuk masuk kedalam rumah dan meminta izin terlebih dahulu.

"Bi, Shena pergi dulu yah sama temen. Nanti taruh kunci cadangan aja di bawah pot jadi bibi kalau mau tidur ya tidur aja, " Ucap Shena dengan antusias dan berlari keluar rumah melewati pintu.

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang