34

12 1 0
                                    

Ditto terbangun kala mendengar dering dari telepon kabel miliknya yang terletak di nakas sebelah tempat tidurnya.

Nafasnya seketika terasa berhenti, ekspresi wajahnya kaget bukan main saat lengan Gama memeluk tubuhnya.

"Akhh. Shibal!! " Ia melepas pelukan Gama dari tubuhnya.

Tangannya meraih telepon kabel tersebut dan menempelkannya pada telinga.

"Kenapa, Na? Kamu udah suka sama aku, ya? " Ucapnya sambil cengengesan, suaranya bahkan masih serak karena baru bangun tidur.

"Lo beneran suka gue nggak, sih? "

"Kamu ragu, Na? " Ditto mengubah posisinya menjadi duduk dengan guling yang masih setia ia peluk.

"Gimana gue nggak ragu, pagi-pagi gue liat lo sama Gama tidurnya peluk-pelukan, "

Ditto membelalakkan bola matanya. Kenapa Shena harus melihat adegan memalukan pagi ini? Tunggu. Darimana Shena tahu?

Ditto mengalihkan pandangannya pada pintu kaca yang menjadi pembatas antara kamar dan balkon. Ditto memijat keningnya, ia lupa jika gordennya belum di tutup. Sialan.

"Aku nggak belok, kok. Kamu salah paham, "

Ia melangkah menuju balkon, tak lupa teleponnya ia gotong kesana. Berdiri disana dengan kedua tangan yang ia sandarkan pada pagar pembatas.

"Na? "

Ia memperhatikan Shena yang ikut melakukan hal sama seperti dirinya, kini posisi mereka sudah berhadapan dengan jarak lima meter.

"Tuh kan, bener feeling aku. Baju kamu, mana? "

"Kamu nggak pake baju tuh bikin aku makin yakin tau nggak, "

Ditto mengernyitkan dahinya, baju? Matanya beralih ke bawah, menatap tubuhnya yang hanya menggunakan celana tidur. Atasannya? entah kemana. Ia sudah mengalami hal memalukan sejak pagi tadi. Sepertinya Gama harus ia pindah ke kosan yang Shena huni, seingatnya masih ada beberapa kamar lagi.

"Duh pikiran! " Ucapnya. Setelahnya, sambungan telepon terputus begitu juga dengan Ditto yang menghilang dari pandangan Shena.

Shena memilih masuk kembali ke kamarnya. Ia menatap ruangan yang besarnya hanya 25% dari kamar miliknya dulu. Kamar sekaligus rumahnya kali ini tidak sebanding dengan tempat tinggalnya dulu. Di dalam kamar hanya ada satu springbed yang jaraknya dengan lantai hanya beralaskan karpet, satu meja belajar tanpa kursi, lemari dua pintu, kulkas mini, dan untungnya kamar mandi ada di dalam.

Tunggu. Ia sadar belum bertemu dengan pemilik kos-kosan ini, ia lupa bertanya pada Ditto.

"Jangan-jangan ini kosan punya mama Rita, " Tebaknya.

Tokk tokk tokk

Shena beranjak dan membuka pintu. Yang ia lihat adalah seorang Ditto dengan celana yang masih sama, celana tidur. Bedanya, laki-laki itu sudah menggunakan setelan celananya. Shena bisa mencium bau-bau belum mandi, tapi meski belum mandi Ditto sudah sangat wangi, entah parfum apa yang ia gunakan.

"Ngap-"

"Assalamu'alaikum, ukhti, "

Shena tertawa kecil, manusia bar-bar sepertinya dipanggil Ukhti? nggak salah dengar? "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Abi. " Jawab Shena dengan senyum merekah.

"Oh iya umi. Btw jogging, yuk mumpung masih setengah enam, "

"Kamu udah makan belum? " Tanya Ditto. Ia masih harus mengawasi jadwal makan Shena, takut maghnya kambuh.

Shena menggeleng.

"Jogging, ya? Aku maksa! " Shena berdecak kesal.

"Lo mau tetep pake pakaian itu? emang ada orang jogging pake piyama? " Tanya Shena setelah memindai outfit Ditto dari atas sampai bawah yang hanya menggunakan setelah piyama warna biru tua bergaris putih.

Ditto mengangguk. "Biar sekalian kotor, "
***
Keduanya berakhir di warung makan yang memang selalu buka pagi-pagi sekali. Setengah jam lebih keduanya jogging keliling desa. Mereka memang tinggal di desa bukan komplek, tapi desanya berbeda karena kebanyakan orang-orang kalangan menengah atas yang tinggal.

"Kamu nggak syok, Na? " Tanya Ditto sambil menyuapkan sesendok nasi dengan lauk tempe orek.

"Syok? "

"Biasanya cewek bakalan uring-uringan kalo liat abs cowok, " Jawab Ditto dengan mulut penuh tempe goreng.

"Kaget dikit sih, soalnya lo kayak gitu pas tidur sama Gama. "

"Kalo sendiri? "

Shena tampak berfikir dengan mulut yang penuh berisi nasi. "Selama bukan roti sobeknya Heeseung, aku oke oke aja, "

"Muka aku mirip Heeseung, lho, Na. "

Uhukk uhukk uhukk...

Shena tersedak dengan jawaban super pede yang keluar adari mulut Ditto. Laki-laki itu memberikan segelas teh hangat untuknya, Shena meminumnya segera.

"Jangan kepedean! untung ngomongnya depan aku, " Shena kembali melanjutkan acara makannya.

Lauknya cukup sederhana tapi ia sangat menikmati, karena seumur hidupnya ia baru merasakan enaknya tempe orek. Lagi-lagi ia harus menjaga image di depan Ditto agar tak kelihatan norak, sebenarnya Shena sangat ingin sekali uring-uringan karena tempe orek seenak itu.

Ditto tersengum memandang wajah Shena yang tengah fokus dengan makanannya. Senyumnya masih bertahan meski Shena menatap heran padanya.

"Lo- lo liatnya gitu banget, "

"Kirain pas di telpon kamu itu keceplosan ternyata beneran, bukan hanya dusta belaka. "

Apa? apanya yang dikira keceplosan? memangnya Shena mengatakan apa? perasaan ia mengatakan hal yang normal.

"Untung diluar, kalo di kamar aku mungkin udah jempalikan denger kamu menggilnya aku-kamu. Akhirnya aku-kamu yang biasa aku ucapin nggak bertepuk sebelah tangan kayak cintanya aku, "

Oh! Shena paham, tapi kenapa ia tak menyadarinya? semuanya reflek tak terduga. Apa Shena sudah mulai menyukai laki-laki di hadapannya ini? Sepertinya tidak.

"Abis ini ada acara lain nggak? "

"Ada, "

"Jomlo ngapain banyak acara? " Tanya Ditto, wajahnya terlihat kesal, bibirnya saja ia manyunkan. Vibesnya sangat berbeda dengan Ditto yang ia lihat saat di balkon satu jam yang lalu.

"Nih, ya. Aku mau benerin HP, sama mau ke penjara juga. "

Ditto mematung sejenak. "Bunda- kamu mau ketemu bunda? " Tanyanya.

Shena mengangguk perlahan. "Iya. Aku mau tahu fakta bahwa semua ini salah, karena aku yakin banget, Dit. Kalau bunda itu nggak mungkin korupsi! "

"Lo, juga kan pernah jadi muridnya, iya kan? "

Ditto mengangguk. "Iya, "

"Aku yang anterin, aku maksa!"

Shena berdecak kesal. Semuanya serba maksa, kadang ia dipaksa makan, dipaksa tidur tepat waktu, dan lain-lainnya seperti saat ini. Shena sebal sendiri karena hal itu.
.
.
.
.
.
.

Abis jogging nunggu calon jodoh siap-siap mau ke penjara mending nge-game dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abis jogging nunggu calon jodoh siap-siap mau ke penjara mending nge-game dulu.

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang