33

13 1 0
                                    

Shena memikirkan ucapannya barusan. Sepertinya benar, ia salah menerima sikap baik Nando padanya. Harusnya ia membencinya, harusnya ia menghindar sebisa mungkin, tapi mengapa ia bisa berakhir disini? berakhir kembali pada Nando tanpa di sengaja.

Suara pintu terbuka kembali terdengar, Shena sampai berfikir kenapa Nando bolak-balik terus?. Tapi sosok yang memasuki apartemen itu bukanlah Nando, Shena membulatkan bola matanya. Sialan!.

"Ngapain, lo, ada disini?! " Ucapnya saat pandangannya dengan Shena bertemu. Ia menatap tak suka pada Shena yang tengah duduk diatas sofa.

Shena diam. Bagaimana ia bisa menjelaskannya? "Lo, masih belum sadar diri, juga? "

"Lo, bukan siapa-siapanya Nando lagi, tol*l! " Jari telunjuknya dengan ringan menonyor kening Shena.

Shena berdiri dari tempatnya, "Singkirkan tangan kotor, lo! " Ucapnya, ia benci saat ada orang yang main tangan padanya.

"Kotor? " Kiky tertawa masam. "Lo, lebih kotor, "

Sekarang biarkan Shena yang tertawa menanggapi. "Iya. Gue kotor belum mandi, "

"Tapi, Ky. Sekotor-kotornya gue, gue nggak pernah nampung sperma orang di rahim gue. "

"BANGS*T LO! " Kiky menjambak rambut Shena dengan cukup kuat, andalannya jika sudah skakmat maka akan main fisik sebagai lanjutannya.

"FAKTA ANJ**G! " Shena membalas tak mau kalah. Jika ia tega, lebih baik pukul saja perutnya sampai pendarahan.

Tenaga Kiky lebih kuat, ditambah lagi dengan tubuhnya yang lumayan berisi membuat Shena kewalahan. Ia berhasil di dorong ke tembok hingga kepalanya terbentur. Hal ini membuat Shena melepaskan cengkeraman pada rambut lawannya.

Kiky mengangkat dagu Shena agar menatapnya. "Lo itu harusnya ada di jalanan, lo pantes jadi pengemis di sana. "

"Apalagi nyokap lo itu udah masuk penjara. Lo nggak punya siapa-siapa lagi di sini, karena Nando sepenuhnya punya gue, "

"PUNYA GUE!! " Teriaknya yang membuat gendang telinga Shena rasanya mau pecah.

PLAKK

Satu tamparan mendarat di pipi Shena, Kiky pergi meninggalkan apartemen. Ia tak punya tenaga sejak Kiky mengatakan jika Sinta sudah dipenjara, padahal bisa saja yang Kiky katakan itu bohong.

Shena terduduk lemas, ia memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di dalam sana. Kenapa semuanya semakin berat? Shena benar-benar merasa sendirian untuk saat ini, ia rindu pelukan kedua orang tuanya yang bisa menguatkannya meski jarang ia dapatkan.

"SHENA! "

***

"Kok ke arah rumah, lo? " Tanya Shena saat memperhatikan jalanan yang malah menuju rumah Ditto, katanya dia mau membawa Shena ke kosan.

Jangan-jangan malah nanti Shena disuruh ngekos dirumahnya? Tidak, tidak mungkin. Shena membuang fikiran negatifnya saat mengingat Ditto menyuruhnya tinggal di rumahnya beberapa hari lalu saat mereka videocall.

"Dit, lo, serius? " Ucap Shena setelah mereka turun dari Dino.

Shena menatap rumah di depannya, rumah dua lantai yang berdiri kokoh tepat disamping rumah Ditto yang mungkin hanya berjarak 5 meter.

"Tada!! SURPRISE! " Seseorang tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan membawa balon di masing-masing tangannya.

"Gama, kok lo disini? " Tanya Shena dengan penuh kebingungan.

"Dia diusir, Na. Jadi tinggal sama aku, nggak tau sampai kapan, mungkin selamanya " Timpal Ditto yang membuat Gama cengengesan tak jelas.

"Yee. Nanti gue bantu bayar listrik sama makannya, "

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang