25

18 2 0
                                    

"Besok sore ada waktu nggak, Na? " Tanya Ditto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Besok sore ada waktu nggak, Na? " Tanya Ditto. Keduanya sedang duduk di pinggir lapangan Voli setelah mapel olahraga selesai.

"Why? "

"Ke sawah, "

"Ngapain? " Ucap Shena sambil menegak minumannya.

"Bercocok tanam-"

Hmm Uhukk uhukk!!!

Shena tersedak minumannya kala mendengar jawaban dari Ditto. Kemudian, gadis itu menatap Ditto heran.

"Pasti mesum kan pikirannya?! " Ucap Ditto dengan jari telunjuk yang ditujukan pada gadis dihadapannya.

"Sembarangan lo! " Jawab Shena tak kalah nyolot.

"Ngaku aja! "

"Lama-lama gue banting lo! " Shena hampir saja akan melayangkan tumbler miliknya.

"Mana ada botol yakult bisa banting manusia. " Ucapan Ditto semakin membuat Shena gregetan dan meremas jari-jarinya.

"APA LO BILANG??!! "

Ia tak terima dibilang seperti botol yakult yang ukurannya mini. Perasaan dirinya tak sekecil itu, berat badan dan tinggi tubuhnya masih normal seperti anak-anak lainnya.

"Ya tapi masuk akal kan? Kamu kan lebih kecil dari aku, kalo jalan bareng aja cuma sepundak aku, kamu kan jauh lebih pen-"

"Lo masih kalah tinggi sama Ni-ki! " Ucap Shena memotong perkataan Ditto yang semakin membuatnya kolot.

Ditto tertawa kecil melihat Shena marah karenanya. "Emang. Aku masih kalah sama Niki, tapi kamu sama aku kan lebih tinggi aku. "

"AAARRGGHH TERSERAH! " Shena mengalah, dia tak mungkin bisa menang debat dengan Ditto beserta otak randomnya yang sangat diluar nurul.

"Sibuk gue besok, mau nyabutin rumput laut di Segitiga Bermuda! " Ucap Shena, dia terlanjur kesal pada seseorang yang duduk di sampingnya karena menuduhnya sembarangan ditambah lagi mengejeknya soal tinggi.

Ditto tersenyum menatap gadis itu lekat-lekat. "Ngambek nih ceritanya? "

Sedangkan yang ditatap hanya diam memalingkan wajahnya dengan kedua tangan didekapkan.

"Kalo sibuk lain waktu aja nggak apa-apa. Niatnya sih mau ngajak nanam labu, "

"Labu doang? " Shena hanya melirik sekilas.

"Sama padi. Sedikit, "

"Nanam padi sore-sore? " Shrna sedikit heran, entah dia yang kurang pengetahuan atau memang tak tahu. Yang ia tahu orang menanam padi itu pagi, bukan sore.

"Kalo pagi nanti kamu kepanasan. "

"Ya sih. Sayang muka gue udah cantik-cantik nanti jadi low gegara ke sawah. " Ucap Shena sambil memegang kedua pipinya.

"Kena matahari nggak akan mengurangi kecantikan kamu, Na. " Sahut Ditto diiringi seutas senyum untuknya.

Shena mengalihkan pandangannya dan menggigit bibir bawahnya. Ia tak ingat kapan terakhir kali ia mendengar kata "kamu cantik" Dari seseorang. Karena Nando sendiri jarang bahkan tidak pernah, laki-laki itu hanya akan mengatakan pujian itu jika Shena yang bertanya, seorang Nando tak pernah punya inisiatif untuk melakukan hal-hal indah pada Shena.

"WOY!! " Teriak seseorang dari kejauhan dan berjalan mendekati mereka berdua.

"Geser-geser! " Kedua tangannya memegang bahu Ditto dan Shena, itu kode agar keduanya duduk dengan jarak yang cukup jauh agar dia bisa duduk di tengah.

Shena menatap malas seseorang tersebut yang datang entah darimana dan tiba-tiba mengacau. "Lu ngapain sih, Gam?! " Tak lain tak bukan itu adalah Gama.

"Bukan muhrim, Shena" Jawab Gama dengan lembut.

"Kayak tahu agama aja, lo! "

"Tahu lah masa tempe! Gue juga punya agama kali. "

"Lagian ngapain sih berduaan duduk di pinggir lapangan? Elite dikit kek kalo mau ngedate! " Lanjut Gama dengan ucapan penuh roasting-an.

"Date? Are u crazy? " Timpal Shena, kali ini ia harus menghadapi rasa kesal dengan cara apa lagi setelah baru saja ia mengalah.

"Nanti malam mau ngedate di cafe mana, Na? Takut banget aku dibanting sama sahabat kamu kalo aku cuma ngajak ke warteg. " Ucap Ditto dengan mata tertutup dan wajah menghadap langit.

Gama meyandarkan lengannya di pundak Ditto tanpa menyadari bahwa gadis di sampingnya terlihat kebingungan mencerna kalimat yang dilontarkan Ditto.

"Alshena? " Panggil seorang cowok yang tiba-tiba berdiri dihadapan mereka bertiga, pandangannya hanya fokus pada Shena.

"Apa? " Jawab Shena dengan ketus.

"Gue denger lo udah putus sama Nando, iya? " Cowok itu bertanya dengan hati-hati, ia takut salah kata mengingat Shena terkenal dingin di sekolah.

Gadis itu hanya mengangguk.

"Mau nggak jadi pacar gue? "

"HAHH!!! " Jawab ketiganya dengan kompak. Mereka sama-sama terkejut dengan pernyataan cinta yang tiba-tiba untuk Shena.

"Nggak! Motor lu rx king " Jawab Shena dengan cepat.

Cowok itu menautkan kedua alisnya, "Kenapa emang? Selera lo yang kayak apa coba? Motor model apa atau mobil model apa?-"

Shena menggeleng cepat. "Motor lo knalpotnya berisik! Kalo gue bonceng lo yang ada lo gue telindes. "

"Sorry, Shen. Sepertinya cinta gue ke lo cuma sampai disini soalnya gue masih sayang sama motor gue yang knalpotnya berisik itu. Terimakasih udah buat gue jadi belagak sok keren, dan jadi jamet biar dapet perhatian lo tapi ternyata lo nggak bisa nerima motor gue. Jadi maaf, gue nyerah. "

Shena mendengarkan dengan wajah malas. Sedangkan kedua cowok di sampingnya hanya berusaha menahan tawa melihatnya.

"Coba ganti Ducati. Soalnya Shena seneng banget kalo lagi boncengan pake Ducati. " Ditto tiba-tiba menyambar setelah beberapa saat diam.

Hal tersebut membuat netra cowok yang menembak Shena sontak menatap Ditto. "Gak usah dengerin, lo beli coklat aja biar nggak sedih. " Ucap Shena dengan tujuan mengusirnya.

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang