7

37 4 0
                                    

Ditto didalam rumahnya tengah memainkan ponselnya di ruang tamu, dia bosan namun tak ada hal yang ingin ia lakukan.

Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjang karena bosan, matanya terasa sedikit mengantuk karena terus mengscroll Instagram tanpa henti.

"Ditto, " Panggil Rita, ibunya yang tengah ada didapur.

Ditto langsung beranjak dari yang semula berbaring dikursi kini dia duduk. "Iya ma, "

"Kamu beliin gula di minimarket sana, ini mama lagi mau bikin kue tapi gulanya abis, " Suruhnya sehingga Ditto langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Rita untuk mengambil uang dari tangannya.

"Jalan kaki aja ya, itu deket kok depan gang. " Ucapan Rita langsung ia angguki karena dia juga tak berniat menggunakan kendaraan karena jarak rumahnya dengan minimarket sangat dekat.

Ditto berjalan keluar rumahnya dan menyusuri gang tempat tinggalnya sambil bersiul-siul tak jelas.

Padahal orang bilang tak boleh bersiul di malam hari karena nanti bisa mengundang makhluk halus, namun Ditto tak percaya mitos seperti itu dan melakukannya sesuka hati.

"Wait, gue belum chat Shena suruh masukin grup, "

Dia mengetikkan beberapa kalimat namun tak kunjung dibalas oleh Shena. Akhirnya dia menelpon Shena sambil melangkahkan kaki sampai diujung gang dan kemudian terhenti saat cewek tersebut berkata lo pake baju putih? , gue liat lo dari rooftop dongo!

Matanya reflek melihat keatas dan segera mematikan telponnya. Dia berjalan ke sebuah gang yang tepat berhadapan dengan gang tempat tinggalnya.

Ditto berdiri didepan pagar rumah yang tak terkunci dan ternyata ada seorang wanita paru baya yang menyapanya.

"Wah ternyata bintangnya kelihatan lebih terang ya, " Ucapnya sambil berjalan mendekat dan berdiri disebelah cewek yang baru 2 hari ia kenal.

"Lu masuk dari mana anj*ng? " Tanya cewek tersebut yang tak lain adalah Shena dengan diikuti kata kasar di akhir kalimat ucapannya.

"Yang bangun tangga disamping rumah siapa sih? " Ucap Ditto dengan tangan yang meraih pagar tembok rooftop, matanya melihat kearah bawah dimana ada tangga tempat ia naik kesana.

"Ngapain kesini lo? " Tanya Shena setelah sadar akan rumahnya yang tak cukup umum dari rumah-rumah lainnya.

"Nggak sengaja aja sih liat kamu dari bawah, "

"Kamu sendirian? " Tanya Ditto setelah menjawab pertanyaannya.

"Hm, "

"Betah banget liat langit ya, " Ucapnya dengan mata melihat keatas langit.

"Mana bintangnya? "

"Nggak ada, ternyata pesawat hehe, " Ditto tertawa sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Kamu sering liat bintang kalo malam? "

"Hm, " Shena hanya menatap langit diatasnya, dia sangat malas menanggapi Ditto.

"Yang dibawah tadi mama kamu? " Tanya Ditto, teringat dirinya dengan seseorang yang ia temui sebelum bertemu dengan Shena.

"ART, "

"Eh ini aku nggak dimarahin sama orang tua kamu main nggak izin? " Ucap Ditto sambil celinguk ke kanan dan ke kiri.

"Mereka pergi, jadi mending lo juga pergi. " Ucap Shena dengan ketus dan menatap sinis pada orang disampingnya.

Ditto tertawa, "Kamu ini, dari awal ketemu dingin banget, " Ucapnya mengingat Shena tak pernah bicara halus padanya, bahkan dia sudah beberapa kali mendapatkan umpatan dari gadis tersebut.

The Last Pain(t) [Goresan Terakhir Penutup Luka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang