Prolog

698 40 2
                                    

Dua siluet anak kecil tengah berbaring dan duduk di atas rerumputan, bersenda gurau hingga satu dari mereka mengatakan hal yang membuat satu sama lain memiliki impian yang sama.

"Langitnya indah Yon, banyak bintangnya. Harusnya kita tadi bawa layangan, kan bagus kalau ikut gemerlap di atas sana" ucap anak laki laki bersurai merah yang tengah terbaring sembari mengulurkan tangannya mencoba meraih bintang.

"Kan kamu tadi yang bilang malas main layangan, gimana si?" jawab anak laki laki yang terduduk di sampingnya.

"Abis bintangnya indah Yon rame gitu. Kata bunda dulu, mereka keluarga"

Satu kalimat terakhir yang membuat mereka terdiam.

"Ibu dulu juga bilang gitu Caine" timpal anak bersurai ungu gelap dengan sendu.

"Aku ingin punya keluarga Yon, yang ramai seperti bintang" ucap anak laki laki pemilik surai merah sembari mengepalkan tangannya yang terulur.

"Aku janji akan buat keluarga besar Caine, keluarga yang kuat hingga tidak ada satupun orang yang berani melukai keluargaku" tambah Riyon, anak laki laki bersurai ungu dengan tak kalah mantap.

"Iya, agar kita bisa pulang dan bersinar seperti bintang itu" ucap Caine setengah berteriak dan tertawa sambil kembali berdiri dan berlarian.

"Caine tunggu"


Mimpi yang indah namun entah kenapa rasanya sedikit menyakitkan. Tidak, tapi memang menyakitkan.

Netra biru yang baru saja terbuka itu sedikit mengerjap, berusaha menyesuaikan pupilnya dengan cahaya yang masuk menembus gorden megah di kamarnya.

"Jam berapa ini asataga, kenapa alarm nya gak bunyi?" keluhnya dengan suara serak sembari mencoba bangkit dari ranjangnya dan bersiap untuk membersihkan tubuh dan berganti pakaian.

"Papi? Papi sudah bangun? Pi ayo sarapan" panggil seorang laki-laki di tengah ketukan pintu yang ia buat.

"Riji? Sebentar, papi ganti baju, kalian sarapan lebih dulu"

"Iya" patuh laki laki di depan pindu dengan suara sedikit murung.

Tak begitu lama, laki laki matang yang di panggil dengan sebutan papi itu kini telah selesai mengganti pakaiannya.

Matanya memejam sesaat, membayangkan wajah manis seorang anak laki laki yang sudah seperti adiknya sendiri tengah tersenyum dan bercanda dengan anak anaknya. Riji, Gin, Aenon, Selia, Souta, Jaki, Key, Echi, Krow dan anggota TNF lainnya mungkin memang bukan anak kandungnya, tapi ia menganggap mereka adalah anak anaknya.

"Caine, anak anak udah besar, mereka sepertinya juga mulai tumbuh kuat dan mandiri. Apa kau melihatnya? Tapi sayangnya Echi masih tertidur lelap"

#
#
#

Yaak halo aduuh
Intinya aku nulis ini gegara gamon ma rumah tnf
Sekian, makasi 🙂

Oi iya wak lupa,

⚠️ Ini lapak gk ada kapal RionCaine RionCaine nan yak, interaksi mereka pure sebatas saudara/ sahabat dari kecil.

Meski saya fujo, tapi tetap, buatku mereka sebatas sahabat.

Jadi biarlah kapal mereka tetap ghoib ya wak, gk asik klk mereka sampe ngehindar satu sama lain gegara fandom (╥╯﹏╰╥)ง

Take Me Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang