Maaf

378 28 2
                                    

Caine Chana

Ya, dia benar benar anggota penyidik kepolisian yang di tugaskan untuk menyelidiki Cosa Nostra sejak lama namun belum ada hasil. Penyidikannya mulai berhasil saat kebetulan bertemu Rion lagi.
Yang membuatnya sedikit terkejut hanya saat tau Rion yang memiliki niat untuk membuat kelompok mafia bersamanya.
Sangat berlawanan dengan profesinya sebagai seorang detektif penyidik jaringan kriminal dunia bawah.
Akan sangat berbahaya jika ia sampai ketahuan.
Meski begitu, akan banyak sekali informasi yang bisa ia dapat jika terjun langsung dalam di dunia bawah, itulah yang ada di benak Caine saat awal ikut mendirikan TNF dengan Rion.

Tapi nyatanya, dengan seiring berjalannya waktu, TNF tak hanya sebagai media untuknya menggali informasi. Tapi juga menjadi rumahnya. Suasana rumah yang ia impikan sejak lama. Rumah yang ingin selalu ia buat dan jaga.
Rumah kecil sebenarnya.

Jiwa Caine terbagi antara tugas dan keinginan pribadi. Ia ingin menyelesaikan misinya, tapi ia juga menginginkan keluarganya.
Hingga kebingungan itu tertangkap dengan sempurna oleh netra biru Rion yang tajam.

"Caine ada apa?" tanya Rion yang bohong jika ia tidak khawatir setelah melihat beberapa hari wakilnya yang semakin sering melamun.

"Are you oke? Sini, saya buatin coklat tadi di bawah, minumlah dulu" ucap Rion sembari menyodorkan secangkir coklat panas pada Caine yang masih termenung di depan cendela kamarnya.

"Caine?"

"Yon bintangnya indah" ucap Caine tanpa menoleh sedikitpun pada sahabatnya.

"Hm masih sama indahnya dengan bintang yang kita lihat waktu kecil. Caine, apa ada sesuatu yang membuatmu khawatir dengan keluarga ini?" tanya Rion yang kali ini berhasil menyadari apa yang tengah membebani isi kepala sahabat merahnya itu.

"Tidak ada, hanya saja aku takut Yon. Aku takut kau marah, aku takut kehilangan keluarga ini" jawab Caine yang lagi lagi tak mengalihkan pandangannya dari taburan bintang di langit.

"Caine apa kau ingin keluar dari TNF?" tanya Rion khawatir.

"Enggak, sekalipun aku gak pernah punya pemikiran kayak gitu" jawab Caine cepat, kali ini matanya menatap netra biru Rion dengan yakin.

"Saya bukan cenayang Caine, katakan saja" ucap Rion khas dengan suara berat dan pandangan teduhnya.

"Aku takut kau marah Yon"

"It's okay jangan takut, kita sudah seperti saudara kandung sejak kecil Caine. Percayalah" ucap Rion tak lupa dengan tangannya yang memegang pundak ramping Caine, memberikan gesture bahwa ia tak sedang bercanda.

"Aku anggota detektif penyidik kepolisian Yon"

"Ha?"

"Maaf"

Rion tak menjawab, marah memang tapi ia tak mungkin menjilat ludahnya sendiri untuk tidak marah pada Caine.
Dengan tarikan nafas panjang, Rion memejamkan matanya sembari menarik tangan Caine untuk duduk di sisi ranjang. Caine yang di tarikpun hanya bisa mengikuti Rion dengan patuh.

"Bohong jika saya tidak terkejut, tapi saya sudah bilang saya tidak akan marah. Tapi bisakah kau ceritakan lebih detail Caine?" ucap Rion sembari mendudukan Caine di depannya.

Caine yang menatap kesungguhan di mata Rion tak bisa untuk mengatakan tidak. Perlahan dengan hati hati, Caine memceritakan semuanya pada Rion. Tanpa terkecuali. Mulai dari ia yang masuk ke sekolah kepolisian setelah berpisah dengan Rion di bangku sekolah dasar, hingga ia bertemu kembali dengan Rion sampai detik ini, termasuk dengan semua tugasnya.

"Maaf Yon, tapi sungguh aku gak mau kehilangan keluarga ini. TNF bukan hanya komplotan mafia. Bagiku, TNF juga rumah"

Helaan nafas dan kepulan asap tembakau beriringan menanggapi ucapan Caine.

Take Me Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang