6

1.1K 88 14
                                    

Bel tanda pulang telah bunyi beberapa menit yang lalu, kini Alden tengah menunggu Daddynya. Dean sudah pulang sejak tadi, pemuda satu itu telah pergi ke sekolah sebelah untuk menjemput pacarnya. Alden merasa aman sekarang sebab sedari tadi Juan sudah pulang, terlihat pemuda satu itu buru-buru untuk pulang.

"Woyy homo sialan" Alden yang mendengar itu tak menjawab, mungkin saja itu untuk orang lain. Tapi tak ada seorang di sini.

"WOYY HOMO JIJIK" Alden yang di dorong tiba-tiba, kaget tentu saja. Alden menatap seseorang yang baru saja mendorongnya itu dengan ekspresi kesal.

"Bukannya dia yang di samping gue tadi ya" ucap batin Alden.

"Kenapa lu natap gue gitu dasar homo jijik" Alden mengkerutkan alisnya.

"Lo siapa sih anjing tiba-tiba dorong dan ngatain gue homo, emangnya lo ngeliat gue ngehomo hah" ucap Alden dengan emosi.

"Lahh lalu tadi apa bukannya itu namanya homo ya, orang kek lu mendingan mati dehh ngerusak semesta aja" Alden yang mendengar itu emosinya semakin bertambah.

"Maksud lo apa bangsat, dia itu sahabat gue. Ya kalo gak suka sama orang gitu jangan ngatain lahh anjing, dan orang kek lo juga harusnya mati" ucap Alden emosi seraya menarik kerah baju pemuda itu.

"Gak usah sentuh gue jijik, minggir lo" melihat pemuda itu hendak pergi Alden pun menarik kerah bajunya.

"Nama lo siapa bangsat" tanya Alden dengan ekspresi marahnya.

"Lo pengen tau?" ucap pemuda itu seraya menyingkirkan tangan Alden yang menarik bajunya. Alden tak menjawab ucapan pemuda tersebut.

"Nama gue Rayen" ucap Rayen dengan memandang remeh Alden.

"Dan gue gak suka kaum pelangi kek kalian" Alden yang mendengar itu pun menarik kembali kerah baju Rayen. Alden hendak memukul pemuda satu itu tapi terhentikan sebab suara seseorang.

"Sayang, hentikan itu. Jari lentik mu akan sakit nanti" Alden menatap Daddynya dengan ekspresi terkejut, sejak kapan Daddynya ada di situ. Alden pun melepaskan Rayen.

"Nak, apakah kamu punya masalah dengan anakku?" tanya Fathir seraya menarik Alden menjauh dari Rayen dan Fathir maju mendekati Rayen.

"Apa om tau, anak om itu menjijikkan. Dia homo" Fathir mengangkat alis sebelah dan mengangguk.

"Ohh baiklah terimakasih telah beropini dan pergilah pulang aku akan mengurus anak ku" Rayen menatap remeh Alden, ia merasa senang karena ayah dari Alden setuju dengan pendapatnya.

"Ayo pulang cantik, Papa mu sudah menunggu di rumah" Rayen yang mendengar itu seketika mematung, tunggu...Papa katanya?

Alden kini tengah di rangkul oleh Daddynya, untuk menyebrangi jalan sebab mobil Daddynya ada di seberang. Pantas saja ia tak mendengar mobil Daddynya.

"Kau tak apa kan sayang?" Alden hanya mengangguk dengan pertanyaan Daddynya. Fathir hanya tersenyum kecil, ia tahu Alden dalam keadaan mood yang tidak baik itu sangat ketara di wajahnya.

"Ayo kita pulang sayang" Fathir membukakan pintu untuk Alden, setelah Alden masuk ia pun segera masuk. Di dalam perjalanan tidak ada satupun yang berbicara, Fathir selalu memperhatikan ekspresi anaknya itu.

"Wah ikan yang cantik" ucapan itu membuat Alden dengan reflek menatap penjual ikan cupang di pinggir jalan itu dengan ekspresi berbinar.

"Daddy berhenti aku ingin ikan itu" mendengar ucapan Alden yang tiba-tiba, Fathir kaget dan segera mengerem mendadak yang mana itu membuat Alden terbentur dengan dashboard mobil karena ia tak menggunakan sabuk pengaman.

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang