2

310 23 5
                                    

Ada typo tandai, gaesssss

Ka Biyaann
Lo ke kantin sama gue! Tangan lo masih sakit. Mama nyuruh gue buat jagain lo.
Awas kalau ke kantin sendirian, gue jual semua boneka minion lo.

Yang semula menatap layar ponsel, kini pandangan Yui tertuju pada pintu kelas. Tak ada tanda-tanda kehadiran Brian di sana.

Yui meniup poninya, kembali menatap layar ponsel. “Dikira Yui nggak punya temen, kali.”

Bel istirahat berbunyi satu menit yang lalu, mungkin Brian masih dalam perjalanan. Itu yang Yui pikirkan.

“Kantin sekarang, yuk!”

Ajakan dari Dea—teman duduknya membuat Yui menoleh. “Dea duluan aja sama Gege. Yui sama kak Biyan.”

Cewek dengan rambut pendek dikuncir sedikit di belakang, duduk di meja sebelah Yui. “Sebenernya abang lo masih jomblo apa udah punya pacar, sih? Gue deketin susah amat.” Satu lagi teman Yui di kelas, Geisha, atau akrab dipanggil Gege. Karena kalau dipanggil Gei, dia marah-marah.

Pertanyaan itu membuat Yui menoleh. “Setahu Yui, sih, jomblo. Emang Gege beneran suka sama kak Biyan? Galak gitu masa suka, sih? Telinga Yui aja pengap tiap hari diomelin.”

Dea terkekeh. “Salah lo kali, makanya kak Brian ngomel terus.”

“Iya juga, sih.”

“Nggak papa galak, yang penting ganteng.” Geisha nyengir. Dirinya memang mengaku sebagai salah satu fans Brian. “Soalnya kalau dilihat-lihat, kak Brian tuh mirip husbu gue.”

Husbu itu apa?” tanya Yui.

“Itu, loh—”

“Dasar pemuja gepeng.” Dea melirik sinis.

Ucapan Dea membuat Geisha kesal. “Ngomong sekali lagi!”

Ngiming sikili ligi. Gantengan juga bias gue.” Dea mengibaskan rambut, tak mau kalah.

Dua manusia itu memang sama-sama suka dengan yang tidak bisa digapai.

“Mau adu? Sini! Keluarin bias lo yang paling ganteng, gue adu sama husbu gue! Biar Yui yang nilai.” Geisha mengeluarkan ponsel, mencari salah satu foto karakter anime yang paling dia suka.

“Boleh, boleh!” Yui ikut bersemangat meski tidak mengerti apa yang dibahas. Setiap hari mereka selalu menceritakan tentang kesukaan masing-masing pada Yui, meski Yui tak kunjung mengerti.

Dea tersenyum miring. “Minimal nyata.”

Ugh! Sangat menusuk hati. Pergerakan Geisha terhenti, tak bisa berkata-kata. Membuat Dea tertawa puas. Bukan hal baru lagi mereka saling berdebat siapa yang paling ganteng mengingat mereka sudah berteman sejak SMP.

“Udah, Dea. Tuh, Gege mau nangis.”

“Gue aduin Levi lo, biar disasageyo.

“Tuh, halu-nya udah mengalir jauh. Yui, lo jangan deket-deket Gege, nanti ketularan halu.” Dea memperingatkan. Tentunya hanya bercanda.

Yui tertawa kecil. “Oh, iya. Gege beneran mau deketin kak Biyan? Nanti biar Yui bantu, tapi ada syaratnya.”

Wajah yang semula lesu berubah sumringah. “Apa syaratnya?”

“Beliin Yui boneka Minion.”

“Itu doang? Ck, kecil itu, mah! Mau berapa? Duit gue banyak, nih!”

Here With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang