3

289 23 1
                                    

****

Waktu istirahat kedua masih 15 menit. Kelas hening lantaran para murid keluar. Di pojok kelas, Brian tidur di atas kursi yang sudah ditata sedemikian rupa. Menggunakan tas untuk bantal, kaos olahraga untuk menutup wajah, Brian tampak begitu pulas. Gara-gara main game sampai larut malam, selama pembelajaran tadi Brian tak fokus. Beberapa kali memejamkan mata dan tidur. Beruntung Farhan—yang duduk disampingnya rajin membangunkan.

BRAK!!

“BRIIAAAANNNNNN!”

Ketenangannya berakhir sudah. Dengan tak ramah Gava mendobrak pintu yang sudah Brian tutup sambil meneriakkan namanya.

“BRI! BRI! BRI! BRIAAANNN!”

Tergesa-gesa Gava menghampiri, menggoyangkan badan temannya tersebut hingga bangun setelah menyingkirkan kaos olahraga di wajah Brian.

“Apasi, tolol! Gue lagi tidur!” omel Brian kesal tanpa membuka mata. Padahal dia sedang mimpi mengintip bidadari mandi.

Seakan tak peduli, Gava terus membangunkan Brian sepenuhnya. “Bri! Bri! Yui-chan! Aduh, Yui gue!”

Mendengar nama adiknya, Brian bangun sepenuhnya. Merubah posisi menjadi duduk, mengucek mata agar terbuka lebar. “Kenapa lagi itu bocah?”

Wajah panik Gava membuat Brian khawatir. “Yui gueee! Yuiiii!”

“Apasi, goblok! Nggak jelas, bego!”

Rasanya Brian ingin membuang Gava ke gunung Merapi. Temannya itu memang suka sekali membuat emosi.

“Yui mimisan!”

Brian menepuk dahi. “Astaga, bocah! Bikin gue repot aja! Sekarang dia dimana?”

“UKS, ditemenin Farhan sama Janu.”

Segera Brian berdiri dan berlari menuju UKS, menerobos murid yang menghalangi. Beberapa mengomel sambil mengumpat, tapi ada juga yang malah memuji kegantengan Brian. Walaupun galak, wajah cowok itu memang cukup ganteng. Hidungnya yang mancung dan bibir tidak gelap menjadi daya tarik sendiri. Ditambah tidak pernah merokok, membuat tak sedikit cewek yang tertarik.

Meski begitu, dalam hidupnya, Brian baru pacaran 1 kali. Itupun hanya bertahan 3 bulan karena mantannya selingkuh. Sampai sekarang sepertinya belum move on, padahal sudah berlalu hampir 1 tahun. Kasihan.

“Briii!!”

Langkahnya dicegah seorang cewek dengan rambut curly yang merentangkan kedua tangan. Cewek yang selama ini selalu mengejar Brian meski tak direspon. Bahkan, dulu pernah berusaha merusak hubungan Brian dengan mantannya. Meski tidak berhasil, tetap saja hubungan Brian kandas.

“Apasih? Minggir! Gue buru-buru.”

Manda menggelengkan kepala. “Nggak mau minggir. Gue mau ngomong sama lo.”

Brian tahu, sekalipun dia menolak, Manda tak akan menyerah begitu saja. “Cepetan! Ngomong apa?”

Wajah Manda berseri. “Nanti mabar lagi, ya!”

“Ogah! Lo beban!”

Singkat, padat, jelas, dan menusuk. Rasanya Manda ingin jadi batu agar kebal dengan semua kata-kata menyakitkan yang Brian lontarkan. Padahal sudah sering menerima hal seperti itu, tapi tetap saja hatinya sakit. Lebih-lebih Brian melewatinya begitu saja.

Andai Manda tidak beban, Brian tak keberatan mengajak mabar. Serius, mabar dengan Manda membuat winrate hero kesayangan Brian jadi rusak.

“Briaaann! Lo jahaaaattttt!”

Here With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang