Gadis dengan rambut digerai itu hanya duduk diam sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya di bawah kursi taman asrama. Hanya ditemani oleh Ahya, sebab Asa sedang membeli soto ayam diseberang asrama sekolah. Kata Asa, memakan soto di malam hari dengan keadaan suasana yang dingin itu adalah sebuah nikmat yang tak tertandingi selain merasakan sensasi memakan indomie spesial disaat hujan melanda.
Sejak tadi Hana tak sadar bahwa Ahya sedikit gelisah, terus menerus menatap ponselnya yang berdering tanpa henti.
"Han, lo gak mau pulang?"
Hana menoleh sedikit memiringkan kepalanya kekanan. "Pulang kemana?" Hana menimpali pertanyaan Ahya barusan.
"Ke rumah lo lah, kemana lagi?"
"Gue males, rumah gue gak pernah damai lagi setelah di tinggal nenek. Gue capek ngadepin Bang Ji," ucap Hana terus terang.
Ahya mengangguk paham lalu kembali menatap ponselnya yang lagi-lagi berdering, dengan panggilan nomor yang sama.
"Um, Han. Kakak lo telfon gue dari tadi. Gue takut diomelin Kak Jaeden."
Sedangkan Hana hanya terkekeh pelan, bisa-bisanya Ahya yang pandai bela diri ini takut pada Jaeden. Bahkan 10 orang Jaeden jika melawan Ahya akan tetap dibuat tumbang semua oleh gadis itu.
"Matiin aja, gausah takut. Kak Je badan doang keker, tapi dia paling gak bisa marahin gue. Emangnya Bang Ji, yang kalo marah emosinya meledak-ledak kayak bom Hiroshima Nagasaki."
Seketika kelopak mata Ahya membulat sempurna saat melihat notifikasi ponselnya, yang menunjukkan nama Zion dilayar.
"Anjir? Mampus gue, Han."
Demi dewi fortuna, Hana rasanya ingin sekali tertawa hingga terguling-guling ketika melihat wajah pucat Ahya.
Dengan tangan gemetar, Ahya membuka room chatnya untuk membaca pesan teks yang Zion kirim ke ponselnya.
Kak Zion (abangny Hana)
Adek saya lagi sama kamu kan?
Iya bang, di asrama aku
Yaudah, bilangin sama dia,
Jangan lupa pulang!O-oke bang
Ahya menghela napas lega setelah membalas beberapa pesan dari Zion. Sedangkan Hana yang penasaran pun sedikit mengintip layar ponsel milik Ahya.
"Ngomong apa dia?" tanya Hana.
"Oh itu, jangan lupa pulang katanya."
"Tapi, lo beneran gamau pulang? Lo gak mau nengokin Kak Juna? Katanya malem ini dia oprasi loh," lanjut Ahya.
Seketika aliran darah Hana terasa dingin, wajahnya tanpa sadar menunjukkan kegelisahan.
"K-kak Juna? Emang dia kenapa? Lo tau dari mana kak Juna oprasi?"
"Dari Asa, katanya Rehan telpon tadi sore, bilang Juna mau oprasi penyempitan pembuluh darah."
"Oh gitu. Tapi, bentar deh! Kok gue rasa, Asa selalu tau semuanya? Sebenernya dia itu siapa?"
Ahya yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa menggeleng pelan dengan gidikan bahunya, tanda tak tahu apapun perihal itu.
"Yaya, gue balik deh ya... Pengen ketemu Kak Juna, sekedar kasih semangat aja sih."
Saat itu juga Ahya menyiapkan sepeda motornya, untuk mengantar Hana ke rumah sakit, yang kebetulan lumayan jauh dari asrama sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANTARA
FanfictionMenunda sesuatu dengan alasan belum menemukan waktu yang tepat, terkadang membuahkan hasil yang baik. Namun, tak ada yang tau kapan waktu yang dinantikan itu telah habis masa nya, tergantikan sebuah angan yang hanya akan menjadi penyesalan. "Apa la...