Benar kata Zion, malam ini juga Zion terbang ke Tokyo pukul 20.30 WIB. Tanpa membawa koper atau barang-barang apapun. Zion hanya membawa data diri, paspor, visa dan berkas-berkas lain yang itupun disiapkan oleh asisten pribadinya.
Mereka berdua sampai di Tokyo pukul 04.30 JST. Untuk sementara Zion menginap di hotel untuk sehari selama ia mencari Jaeden.
"Besok kita akan langsung mencari Jaeden di apartemen Mashi."
"E? T-tapi, saya barusan cek info dari mata-mata, Jaeden melakukan penerbangan lagi ke Osaka."
Zion meremat dua belah sumpit kayu itu hingga patah menjadi empat. Untung saja Jaeden tidak ada di hadapannya saat ini, jika ada maka sudah dipastikan akan habis ditangan Zion.
"Pesankan tiket ke Osaka pagi ini."
Daniel, yang notabene nya adalah assistant pribadi Zion pun sedikit terkejut dengan perintah atasannya.
"Anda yakin? Maksudnya, tidak istirahat lebih dulu? Saya yakin anda pasti kelelahan."
Mendengar hal itu dari Daniel, Zion terkekeh pelan dengan senyum meremehkan.
"Kamu lupa? Saya bahkan bisa melakukan 7 kali penerbangan dalam kurun waktu satu minggu."
"B-benar juga."
Dengan segera, assistant pribadi Zion itupun langsung memesan tiket penerbangan menuju Osaka. Bayangkan saja, diwaktu sibuk seperti ini harus mencari tiket mendadak.
Menjadi seorang Daniel memang harus bisa serba bisa dan cekatan. Kalau tidak, ia pasti sudah dipecat oleh Zion.
°•°•°•°•°
"HEH! LO GAK DIJEMPUT?"
"HANA?"
"HAN!"
Pekikan dari seseorang itu tak Hana gusbris sama sekali. Gadis itu terus saja berlarian dibawah guyuran hujan, tawanya bahkan terdengar jelas diantara gemuruh awan. Inilah Hana, gadis periang yang sangat suka kebebasan.
Tiba-tiba tubuh Hana membeku ketika merasakan sebuah pelukan dibelakang tubuhnya.
Hana berusaha menoleh kebelakang, ternyata orang yang memeluknya adalah Asa, teman satu sekolahnya.
"Gak di jemput? Tumbenan banget, Abang lo kemana?"
Gadis itu sedikit risih sebenarnya, ia pun langsung menarik tangan Asa agar melepas pelukannya.
"Abang? Nyari Jaeden yang kabur dari rumah," jawab Hana seadanya.
"Siapa kabur? Jaeden?" tanya Asa terkejut.
"Iyalah, siapa lagi sih Kakak gue yang begajulan? Jaeden doang kan," ujar Hana yang tidak sadar diri, padahal Hana sama nakalnya dengan Jaeden.
Asa hanya tertawa pelan mendengar jawaban Hana. Tangannya bergerak membuka jaket abu-abu miliknya lalu ia kenakan pada tubuh Hana.
"Percuma aja gak sih? Ini jaket lo basah juga bodoh!" ketus Hana.
"Udah ayok pulang! Gue anterin."
"Gak mau! Mau main hujan."
Sedangkan Asa hanya bisa menghela napas berat lalu mengacak asal rambut lurus Hana dengan gemas.
"Nanti sakit, kalo lo sakit besok ga ikut wisuda dong?"
Seketika kelopak mata Hana membulat sempurna, bisa-bisanya ia lupa besok adalah hari wisuda.
Ngomong-ngomong soal wisuda, bagaimana dengan Zion? Apakah ia akan pergi wisuda sendirisn? Abangnya itu masih sibuk mencari Jaeden saat ini, yang entah kapan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANTARA
Fiksi PenggemarMenunda sesuatu dengan alasan belum menemukan waktu yang tepat, terkadang membuahkan hasil yang baik. Namun, tak ada yang tau kapan waktu yang dinantikan itu telah habis masa nya, tergantikan sebuah angan yang hanya akan menjadi penyesalan. "Apa la...