4. Penyelesaian Konflik Pasutri

21 2 0
                                    

Prudence mencebik, Mami dan Meise mendesah kesal. Lagi dan lagi, jika tuan putri sedang kesal, sedih, marah, ataupun merasakan salah satu emosi tidak menyenangkan, pasti yang jadi korban pertama adalah Maminya. Ibu kandung Prudence tersebut memang mempekerjakan Au Pair dan suster untuk setiap anaknya, tapi ia juga tetap merupakan Ibu yang present untuk kebutuhan emosional anaknya.

Sebenarnya tidak juga, saat Prudence sekolah, urutan yang kena semprot saat ia bad mood yang pertama adalah Au Pair-nya yang dari Prancis, ini orang memang sangat polos dan sangat inquisitive, banyak pertanyaan. Lalu dilanjut dengan Au Pair dari Belanda karena sahabatan dengan Au Pair Prancis, terakhir adalahnya Au Pair yang dari China, namanya Yun Shu. Yun Shu ini biasa kena ampasnya, Prudence sudah capek merepet, jadi ia hanya menggerutu. Yun Shu juga sangat pintar mengatakan sesuatu yang ingin didengar oleh Prudence. Maka itu, Yun Shu menjadi helper yang paling disukai oleh majikannya.

Saat bertemu Mami di penghujung hari, Prudence biasa sudah lebih tenang dan dapat menceritakan alasan kekesalannya secara lebih sistematik. Oleh Yun Shu ia diajari untuk menelaah emosi dan penyebabnya, memvalidasi, dan mencari solusi. Jadi kenapa Prudence merasa sangat secure dengan dirinya adalah karena dia tahu dia tidak membutuhkan orang lain dalam mengelola perasaan.

"Nǐ de gǎnshòu shì zìjǐ zhǔguān de, biérén wú quán mìnglìng, yě bù fùzé jiějué." Ini adalah kalimat yang selalu diucapkan Yun Shu, sambil tersenyum menenangkan. [Perasaan kamu itu subyektif terhadap diri kamu sendiri, orang lain tidak berhak memerintahnya, dan tidak bertanggung jawab menyelesaikannya.]

Dalam teori sangat mudah bukan?

Jika saja dalam birth chart Prudence tidak diisi oleh tiga elemen zodiak api yang dominan, mungkin sekarang dia sudah jadi biksu yang kalem dan tenang.

Bukannya marah-marah pada dua orang tak berdosa yang ditakdirkan hadir dalam hidupnya.

Meise jadi berpikir lagi kenapa ia ditempatkan dalam kehidupan keluarga tersohor ini. Kepalanya sudah mau pecah, dikira di dunia kerja ia hanya akan berhubungan dengan orang dewasa, nyatanya itu hanya angan.

"Mi, Lulu ada temannya gak sih? Buat tempat curhat-curhat gitu?" tanyanya dengan nada pelan, takut membuat mood singa betina makin hancur. "Kenapa ke sini mulu sih?"

Mami mencondongkan tubuh ke Meise. "Memangnya kamu pikir ada yang tahan? Dia ini dari dulu karena helpernya banyak, jadi gak merasa butuh teman. Palingan si Ruby tuh temennya, yang lain cuma surface level. Tapi Rubynya lagi sibuk kampanye Miss Indonesia,"

"Ruby menang tahun berapa Mi?" nada tertarik kental di suara Meise, karena satu dan lain hal ia tak pernah tahu bahwa sahabat Prudence itu mengikuti ajang Miss Indonesia.

"Bukanlah Meis," Mami tertawa kecil. "Ruby wakil ketua yayasan MI sekarang."

Buset, pikir Meise dalam hati. Circle kecil tapi bukan sembarang circle. Seolah karir sebagai Prima Ballerina di Paris belum cukup keren, sekarang ia malah jadi wakil ketua MI. Beberapa orang memang hidupnya mulus seperti tol, dan orang itu bukan dirinya.

"ARGHH!!" Prudence membalikkan ponselnya di sofa dengan kesal. "Mami jangan tanya-tanya dulu aku kenapa, aku lagi pusing."

Mami ternganga. "Siapa juga yang mau tanya?? Mami mau usir! Sana kamu, bawa bad energy ke butik Mami!"

"Kok Mami gitu sih sama anak sendiri?!"

"Abisnya kamu aneh, datang-datang emosi, cemberut. Senyum salam sapa enggak ada, tahu-tahu banting hape."

Bahu Prudence melengos ke sofa. "Aku tuh lagi sebel Mi sama Ibunya Arga, adaaa aja yang dikomentarin." Dengan penekanan di kata 'ada', Mami tahu putrinya ini sudah mulai gumoh.

Love Realization - Marriage, Love, & TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang