Bab 1 Dilamar

14 5 8
                                    


Di sebuah kamar terlihat seorang perempuan yang tidak lain adalah Tasya anak terakhir dari keluarga Wijayanto. Bisa dilihat dari tubuhnya banyak sekali memar tetapi ekspresi dari wajah itu tidak ada perubahan walau mata sembap karena habis menangis.

Sepertinya dia mengalami hal buruk lagi sampai dipukul walau tidak tahu apa kesalahan yang dia perbuat kali ini.

“Kapan ini berakhir,” gumam Tasya yang menyerka air matanya.

Lalu setelah beberapa menit akhirnya Tasya keluar dari kamar, sebab dia ingin memasak untuk makan siang.










🍀🍀

Sekarang Tasya sudah berada di lantai bawah tetapi belum sempat dia menuju dapur bell rumahnya berbunyi.

Ting! Tong!

Ting! Tong!

KRET!

Tasya membuka pintu rumahnya dan bisa melihat satu keluarga menghadapnya dengan membawa banyak sekali barang.

“Anda semua, siapa?” tanya Tasya yang merasa bingung dengan satu keluarga ini.

“Apa ini benar rumah keluarga Wijayanto?” tanya balik salah satu pria yang terlihat seumuran dengan ayah Tasya.

Tasya yang mendengar hal itu mengangguk untuk mengiyakan nya, tetapi belum sempat dia membuka suara sudah di dahului oleh mereka.

“Apa kami boleh bertemu dengan kepala keluarganya?!” ungkap pria itu lagi.

“T-tentu, silakan masuk!” jawab Tasya cepat.

Setelah itu Tasya membawa para tamu itu ke ruang keluarga, lalu dia pun pergi memanggil orang tuanya.

Setelah Tasya memanggil orang tuanya dia pun ke dapur untuk membuatkan minuman untuk sang tamu, walau dia tidak tahu apa yang di bicarakan di sana.

Hampir beberapa menit akhirnya dia selesai membuat minuman, lalu dia membawanya ke ruang tamu bersama para pelayan untuk membantunya.

Sampai diruang tamu Tasya menaruh semua minuman di meja, lalu tanpa sadar matanya menatap sang ibu yang juga menatapnya. dia tahu tatapan itu menyuruhnya untuk duduk, alhasil dia pun duduk di dekat sang ibu.

“Jadi, kedatangan kami keseni untuk melamar putri bapak demi anak kami!” ucap pria tersebut.

DEG!

Jantung Tasya berdetak sangat kencang setelah mendengar apa yang di katakan oleh pria yang bisa dia lihat seumuran dengan sang ayah, dia tidak pernah berpikir dalam hidupnya harus dilamar di saat dia masih seorang mahasiswi.

“Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung keputusan anak kami,” jawab ayah Tasya.

Tetapi Tasya tahu dari tatapan ayahnya dia harus setuju atas lamaran tersebut.

“Maaf sebelumnya, Om! Saya masih kuliah dan lagi saya tidak mengenal anak anda,” ungkap Tasya yang menolak sebab dia masih kuliah.

Setelah Tasya berbicara semua orang yang ada diruang tamu terdiam, sampai akhirnya lima menit berlalu dan terdengar suara kembali.

“Nak Tasya,” panggil seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibunya Tasya.

“Iya, tante,” jawab Tasya cepat sambil menatap wanita tersebut.

“Tante tahu kamu masih kuliah dan lagi anak tante itu juga masih kuliah, tetapi dia sangat keras kepala sekali ingin menikah dengan kamu! Katanya dia mencintai kamu, jadi apakah bisa seorang ibu menolak permintaan anak laki-lakinya,” jelas wanita itu yang bernama Azalea Veronica.

Tasya mendengarkan perkataan tersebut, lalu dia melirik seorang cowok yang duduk dengan tenang dan ekspresi datar terlihat jelas di wajah cowok tersebut. dia bingung harus menerima atau tidak lamaran ini.

“Anu….tante tap---,” belum sempat Tasya berbicara dia merasakan tangannya di cubit keras oleh sang ibu.

Aw!

“Ada apa, nak?” tanya tante Azalea kepada Tasya.

“Tidak ada apa-apa, tante!” jawab Tasya cepat.

Walau dia tahu tangannya sekarang sudah memerah karena cubitan yang ibunya berikan ini sangat sakit sekali.

Tasya melirik sang ibu sebentar, dia bisa melihat tatapan tajam dari sang ibu kepada dirinya untuk segera menjawab lamaran tersebut.

“Apa yang harus aku jawab? Apakah aku terima saja? Tetapi kalau aku terima, apakah ini pilihan yang tepat?!” suara batin Tasya resah sebab bingung atas keputusannya ini.

Tasya terdiam sebentar lalu dia menghela napas untuk menenangkan pikirannya, walau dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, tetapi mungkin ini adalah pilihan terbaik.

“Om! Tante! Saya akan menerima lamaran ini,” ucap Tasya tegas.

Walau ekpresi itu tidak mengatakan kebenaranya, tetapi dia berusaha menguatkan pikirannya untuk menerima lamaran ini.

“Alhamdulliah! Terima kasih, nak!” ucap tante Azalea sambil memeluk Tasya.









🍀🍀

Sekarang Tasya berada di gazebo belakang rumah, tetapi dia tidak sendirian di sini melainkan bersama seorang cowok yang baru saja dia terima lamarannya tersebut.

Terlihat orang tuanya dan orang tua cowok itu berada tidak jauh dari tempat mereka berada, keadaan di gazebo ini sangat hening sebab tidak ada dari mereka yang memulai percakapan.

“Apa kita pernah kenal sebelumnya?” tanya Tasya yang memulai percakapan tersebut.

Tasya bisa melihat cowok itu menatapnya dengan ekspresi datar, tetapi tidak ada jawaban apa pun dari cowok yang tidak dia kenal ini.

“Apa kamu melupakan diriku?” tanya balik cowok itu kepada Tasya.

Tasya yang ditanya balik menatap tidak percaya kepada cowok yang berada di sampingnya ini sekarang, sebab dia tahu betul kalau dia tidak pernah kenal dengan ini cowok.

“Maksud anda apa? Saya yakin tidak per---,” ucapan Tasya langsung dipotong oleh cowok tersebut.

“Nama saya Gavin Mahendra! Kita sudah saling kenal di sebuah organisasi kampus, walau beda kampus!” ungkap cowok tersebut.

“APAAAAAA?!”

Tasya berteriak kaget karena dia baru mengingat siapa cowok yang berada di sampingnya sekarang ini, dia meruntuki pikirannya sekarang ini.

AAAAAAAAA! mengapa lo bisa lupa sih, dengan orang yang lo suka sendiri! Tasya bodoh!” teriak batin Tasya sendiri.

dia sangat malu sekarang karena lupa kepada cowok yang dia sukai, sekarang berada disebelahnya dan sebentar lagi akan menjadi suaminya.

“Sekarang sudah ingat, cantik?” tanya Gavin menatap lurus tetap di mata Tasya.

DEG!

DEG!

Jantung Tasya berdetak kencang sekali, sebab wajah tampan Gavin sangat dekat dengan wajahnya. dia bisa merasakan wajahnya sekarang memerah karena menahan malu juga gugup dihadapan orang yang dia sukai ini.

“S-sudah,” jawab Tasya terbata-bata.

Setelah itu hanya percakapan biasa saja dari kedua orang ini, sebab mereka sudah kenal walau tidak terlalu dekat.

Beberapa jam berlalu keluarga Mahendra pun pulang tetapi sebelum pulang Gavin membisikan sesuatu kepada Tasya yang membuat Tasya tersenyum sambil menutupi wajah yang sudah memerah itu.

“Mohon kerja samanya mulai sekarang, cantik!”

Hal itu membuat Tasya tidak bisa berhenti tersenyum sebab cowok yang dia suka selama ini, sudah berada dekat dengannya.

“Saya terima Tasya….,”

Tasya Life JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang