📍"Beberapa orang memiliki sikap dewasa bukan karena umur, melainkan karena keadaan."
~Lihat Angkasa, Bunda.~
🌌 Happy Reading 🌌
Pagi itu, Angkasa memasuki rumahnya dengan langkah cepat. Ia ingin melihat kondisi Kania sejak kemarin dikabarkan demam. Setelah meletakkan barang-barangnya di kamarnya, cowok itu segera pergi ke kamar sang bunda. Ia mengetuk pelan pintu kamar bundanya sebelum kemudian masuk ke kamar tersebut.
Pemandangan pertama yang Angkasa lihat adalah seorang wanita dengan sweater merah sedang tertidur. Ia memeriksa suhu tubuh Kania dengan punggung tangannya. Syukurlah, suhu tubuh bundanya mulai normal.
Merasa ada yang menyentuh dahinya, wanita yang merupakan ibu dari Angkasa itu pun terbangun.
"Bunda, Alaska pulang," ucapnya lalu duduk di tepi kasur.
Angkasa membantu bundanya yang ingin merubah posisinya menjadi duduk.
"Mau minum?" tanya Angkasa yang diangguki Kania.
Cowok itu menuangkan air ke dalam gelas yang ada di atas nakas dan memberikannya pada Kania.
Namun, bukannya menerima gelas tersebut, Kania malah menyentuh tangan putranya.
"Ini kenapa?" tanya Kania saat melihat plester yang ada di punggung tangan Angkasa.
Angkasa menatap punggung tangannya. Ah, seharusnya tadi ia melepasnya terlebih dahulu sebelum sampai rumah.
Cowok itu tersenyum. "Nggak apa-apa, Bunda. Cuma kegores sedikit kemarin."
Tentu saja Angkasa berbohong. Tidak mungkin ia akan bilang kalau dirinya di rawat di rumah sakit saat melakukan study tour kemarin.
<><><>
Setelah study tour usai beberapa hari yang lalu, semua siswa kembali pada kegiatan seperti biasanya.
Saat ini mata pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung, tapi suasana kelas itu cukup ramai setelah guru meninggalkan kelas setelah memberi tugas.
Hari ini semua guru akan rapat. Kebanyakan dari mereka saat ini tengah mengeluh karena tugas yang diberikan.
Mereka harus mulai membuat laporan tentang study tour kemarin dan laporan itu harus dikumpulkan maksimal tiga hari lagi. Bagi mereka mengerjakan laporan dalam waktu tiga hari merupakan hal yang kejam.
Berbeda dengan anak lain yang tengah mengeluh, Angkasa mulai mengeluarkan bukunya dan mengerjakan kerangka laporan yang akan dibuatnya.
"Woi, Penyakitan!" Panggil seseorang yang tidak lain adalah Bryan.
Angkasa menoleh ke belakang. Ya, Bryan duduk tepat di belakang bangku Angkasa dan Kara.
Kara yang mendengar itu segera menghalangi pandangan Angkasa menggunakan buku tulis yang ada di tangannya.
"Sa, lo mending jangan noleh, deh, kalau dipanggil kayak gitu," ucap Kara yang merasa risih mendengar Bryan memanggil Angkasa seperti itu.
"Apaan, sih, gue nggak ngomong sama lo." Bryan menepis buku yang masih menghalangi wajah Angkasa.
"Lo ingat, kan, gue bayarin study tour kemarin itu nggak gratis?" tanya Brian yang tengah membuat burung kertas dari kertas lipat berwarna biru.
![](https://img.wattpad.com/cover/308907545-288-k936163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lihat Angkasa, Bunda.
Подростковая литератураAngkasa harus menjadi Alaska setiap hari demi bundanya yang depresi. Alaska yang merupakan saudara kembar Angkasa itu hilang karena suatu insiden dan belum ditemukan hingga kini. Angkasa harus selalu bekerja demi pengobatan sang bunda dan dirinya se...