🪐ANGKASA~11🪐

2.9K 254 54
                                    

📍"Terkadang, di balik sifat dan wajah seseorang yang tampak tenang, ada berbagai emosi dan ketakutan yang ia pendam."

~Lihat Angkasa, Bunda.~

🌠 Happy Reading 🌠

"Ra, tunggu!"

Kara yang telah membuka pintu mobilnya menoleh saat Edward memanggilnya. Cowok itu berjalan cepat mendekatinya.

"Apa?" tanya Kara pada Edward yang telah berdiri tepat di depannya.

"Lo bisa nggak, sih, cari si Angkasa itu nanti aja? Seenggaknya lo makan malam dulu di rumah. Gue udah dateng ke sini, lo malah pergi."

Mendengar ucapan Edward, Gadis itu menutup kembali pintu mobilnya.

"Lo kenapa, sih, Ed? Kayaknya tiap gue sama Angkasa, lo nggak suka banget. Toh, yang nyuruh lo ke sini juga Mama, bukan gue," jawab gadis itu.

"Lo pikir gue ke sini cuma gara-gara disuruh Tante Hanna? Nggak, Ra. Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Kedua tangannya kini hinggap di bahu Kara. Pandangan Edward tidak lepas dari paras cantik gadis itu.

Suasana berubah hening, hingga sebuah kalimat keluar dari mulut Edward.

"Gue suka sama lo."

Perlahan, Kara menyingkirkan kedua tangan Edward di bahunya. Kini gadis itu mengalihkan pandangannya, ia tak tahu harus bersikap seperti apa.

Kara menjambak rambutnya frustasi, ternyata benar kata orang bahwa tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan.

"Gue ... gue nggak tau harus jawab gimana, Ed."

Karasya benar-benar bingung sekaligus merasa tidak nyaman.

"Ra, lo nggak pernah suka sama gue, sedikitpun? Oh, pasti karena lo udah suka sama si Angkasa itu, kan?" tanya Edward diakhiri tawa hambarnya.

"Gara-gara anak miskin itu, lo berubah, Ra. Sebelum gue pergi ke luar negeri lo nggak gini. Sekarang lo kayak nggak peduli sama gue."

Mendengar itu tatapan Kara menajam. "Nggak usah bawa-bawa Angkasa. Lo juga berubah, Edward yang gue kenal nggak pernah ngelarang-larang gue."

Perdebatan itu terhenti saat sebuah mobil masuk dari gerbang dan berhenti di halaman rumah. Seorang pria paruh baya keluar dari mobil tersebut, pria tersebut merupakan ayah dari Karasya.

"Loh, kalian ngapain di luar? Ayo masuk, kita makan bareng," ajak Bara.

"Pa, tapi Kara mau ke-"

"Udah, ayok." Edward menarik tangan Kara agar ikut masuk.

<><><>

Seperti pagi hari lainnya, pagi ini Angkasa berdiri di tepi jalan menunggu angkutan umum menuju sekolahnya.  Matanya bergerak mengikuti kendaraan-kendaraan yang melintas.

Hingga sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya berhasil membuat alisnya bertaut.

Angkasa bisa melihat dengan jelas siapa pemilik mobil tersebut setelah orang yang ada di dalam mobil menurunkan kaca mobilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lihat Angkasa, Bunda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang