📍Lebih suka manis atau asin?
🌌 Happy Reading 🌌
Seperti biasanya, sejak pulang sekolah Angkasa bekerja di kafe milik Bryan. Cowok itu sedari tadi ingin sekali istirahat sebentar saja, tapi tak bisa karena hari ini banyak sekali yang datang.
Angkasa meletakkan beberapa minuman pesanan pelanggan ke atas nampan dan membawanya dengan hati-hati. Semuanya berjalan lancar, hingga tiba-tiba dada kiri Angkasa terasa nyeri. Refleks, nampan yang ada di tangan Angkasa terlepas dan menimbulkan suara nyaring akibat gelas yang pecah.
Seketika Angkasa menjadi pusat perhatian orang-orang. Angkasa tak peduli akan hal itu, ia terus memegang dada kirinya sembari memejamkan matanya. Nafasnya sedikit tak teratur.
Bryan yang memang sedang berada di sana pun segera mendekat ke arah Angkasa dengan tatapan marah.
"Lo bener-bener bego, ya? Mau bikin gue rugi, hah?" ucap Bryan pelan namun penuh penekanan.
Untung saja kondisi kafe saat ini sedang ramai, jadi Bryan tak mungkin memarahi Angkasa secara terang-terangan.
"Maaf," balas Angkasa.
"Sekali lagi lo nggak becus kayak gini, gue pecat lo." Setelah mengatakan itu, Bryan segera berlalu dari hadapan Angkasa.
Angkasa tak bisa melawan, ia sadar di sini dirinya yang salah. Setelah merasa lebih baik, Angkasa berjongkok dan membereskan semua yang ia jatuhkan tadi.
Suara lonceng di pintu kafe berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk. Hal itu membuat Angkasa melihat ke arah pintu kafe untuk sekedar melihat pengunjung yang datang.
Pandangannya terkunci pada seorang pria yang merupakan ayahnya itu bersama seorang wanita yang kini menjadi istri dari ayahnya.
Tampaknya, Gilang juga menyadari keberadaan Angkasa.
Dari gerak-geriknya, Angkasa bisa menebak bahwa Gilang meminta izin pada istrinya untuk ke toilet. Benar saja, tak lama Gilang beranjak dan malah menghampirinya.
"Angkasa?"
Angkasa hanya menatap Gilang tanpa ekspresi.
"Kamu kerja di sini?" tanya Gilang.
"Ada yang bisa saya bantu?" Angkasa balik bertanya.
Mendengar ucapan Angkasa, hati Gilang sedikit tercubit. Namun, Gilang memakluminya, Angkasa seperti ini juga karena dirinya.
"Kalau kamu mau, Ayah bisa bantu kamu. Kamu nggak perlu capek-capek kerja begini," tawar Gilang yang hanya dibalas senyuman oleh Angkasa.
"Maaf, saya nggak bisa bicarakan urusan pribadi sekarang, saya sedang bekerja."
Angkasa pun pergi dari sana. Banyak hal yang ingin Gilang bicarakan dengan Angkasa, tapi sepertinya putranya itu menghindarinya.
Gilang hanya bisa menatap punggung putranya yang semakin menjauh dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.
<><><>
![](https://img.wattpad.com/cover/308907545-288-k936163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lihat Angkasa, Bunda.
TienerfictieAngkasa harus menjadi Alaska setiap hari demi bundanya yang depresi. Alaska yang merupakan saudara kembar Angkasa itu hilang karena suatu insiden dan belum ditemukan hingga kini. Angkasa harus selalu bekerja demi pengobatan sang bunda dan dirinya se...