4. Ikutlah Denganku

907 124 19
                                    

Sosok yang begitu indah Barbara temukan saat ia baru saja terbangun dari tidur pulas dan puasnya. Ya, pria itu tidak lagi pergi diam-diam meninggalkan kamar Barbara setelah mereka bercinta, dia bertahan di sini, duduk di ambang jendela kamar sambil menghisap rokoknya.

Dahinya yang berkerut dalam membuat Barbara menerka lelaki itu sedang memikirkan sesuatu yang cukup serius dan ia tampak tertekan karenanya. Tapi itu tak mengurangi ketampanan dari seorang Don Juan. Saat menciptakan lelaki itu Tuhan pasti sedang dalam mood yang bagus sehingga tak ada satupun kecacatan atau kekurangan pada penampilannya. Manik biru yang indah, bibir seksi dengan bagian bawah yang lebih tebal, hidung mancung, alis lebat, dan garis rahang yang jantan yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang membuatnya tampak lebih menawan. Barb membayangkan bagaimana apabila wajah itu bersih tanpa bulu, mungkin akan terlihat lebih sempurna tapi Barb lebih menyukainya seperti ini, toh bulu-bulu di sekitar rahang Don Juan sangat berguna baginya ketika mereka bercinta.

"Kau sudah bangun" Barbara terkesiap saat Don Juan menoleh tanpa ia sadari. Mengusap bibirnya Barb berharap tak ada sedikit pun liur yang menetes selama ia memandangi lelaki itu.

"Y-ya" jawab Barb, gugup.

Membuang rokoknya, tanpa mengenakan atasan Don Juan datang menghampiri Barbara. Ia duduk di tepi ranjang dan terus menatapnya dalam waktu yang cukup lama tanpa mengatakan apa-apa.

"Kau tidak pergi?" itu adalah pertanyaan yang bodoh, Barb tahu, tapi otaknya tidak dapat bekerja dengan baik sementara ia harus mengatakan sesuatu.

"Kau ingin aku pergi?"  tanya Don Juan, balik. Tidak, tentu saja Barbara tak ingin dia pergi. Tapi entah mengapa lehernya terlalu kaku untuk menggeleng dan lidahnya kelu untuk mengatakan sesuatu.

Tangan Don Juan terulur dan jemari kasar lelaki itu mendarat di pipi Barb dengan sangat lembut. Dia membelainya seperti yang dia lakukan pada pertemuan pertama mereka. Barb terhanyut oleh belaian itu, ia menikmatinya hingga kedua matanya terpejam sampai Don Juan tiba-tiba saja berkata, "Ikutlah denganku"

Kedua bola mata Barbara terbuka kembali, dengan dahi yang tertekuk dia bertanya, "Ke mana?"

"Havana"

Mierda!

Barbara tidak salah dengar bukan? Don Juan baru saja mengajaknya ke Havana!

Mencoba bersikap santai, Barb menampik setan di benaknya yang mengatakam kalau lelaki itu terobsesi padanya. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Don Juan hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, sementara lelaki itu harus segera kembali ke negaranya. 

"Untuk berapa lama?" tanya Barb, memastikan.

"Selama kita masih ingin bersama" sahut Don Juan. Sepasang alis Barb terangkat naik dan lelaki itu pun melanjutkan, "Aku sudah membelimu dari Madam Perez, kau tidak lagi terikat pada La lolita"

Kali ini Barb tidak dapat menjaga ekspresinya, ia terpelongo seperti ornag yang tolol setelah mendengar bahwa Don Juan telah membelinya dari Madam Perez untuk dibawa ke Havana. Sungguh Barb tidak habis pikir siapa yang tidak waras di sini, dirinya yang mungkin sedang berhalusinasi terlalu tinggi atau Don Juan yang tanpa pikir panjang membeli seorang pelacur yang baru saja dia temui.

"Señor, kau tidak serius 'kan? " Barb tertawa kering meskipun nafasnya tercekat. Don Juan tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya menatap Barbara dengan air mukanya yang datar dan kaku yang cukup membuat Barb berhenti tertawa dan sadar bahwa dia seratus persen serius.

Oh.

"T-tapi bagaimana jika aku tidak ingin?"

Don Juan berhenti membelai pipi Barb padahal gadis itu merasa sangat nyaman. Rahangnya mengetat dan matanya menyorot Barb dengan tajam. Barb mulai berpikir dirinya akan disakiti atau diancam tapi yang ia dengar dari mulut Don Juan sungguh sangat mengejutkan, "Maka kau bebas melanjutkan hidupmu di tempat lain, tapi berjanjilah jangan pernah kembali bekerja sebagai gadis penghibur lagi"

Barb mendengus geli, "Apa bedanya Señor? Aku tetap akan menjadi pelacur jika aku ikut bersamamu"

"Setidaknya hanya satu pria yang kau layani, cuma aku, dan aku yakin kau tidak keberatan dengan itu Barbara"

Ya, benar juga. Pikir Barb di dalam benaknya.

"Apakah kau sudah memiliki istri?" tanya Barb, memastikan. Don juan menggeleng cepat seolah itu adalah pertanyaan yang paling mengerikan yang pernah ia dengar, "Tidak, aku tidak menikah"

Sepasang alis Barb terangkat naik mendengar jawabannya. Tapi kembali ke topik, Barb bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia benar-benar ingin pergi bersama lelaki itu ke Havana? Tinggal bersamanya dan menjadi 'bagian' dari hidur seorang mafia narkoba? Oh Barb tidak tahu, ini terlalu cepat dan mendadak, dia butuh waktu untuk memikirkan apakah ia sudah siap untuk meninggalkan Kosta Rika dan tinggal bersama gembong narkoba terbesar dari Kuba.

"Bolehkah aku meminta sedikit waktu untuk berpikir Señor? Semua ini terlalu mendadak bagiku"

Don Juan mengangguk pelan, ia menggenggam kedua tangan Barbara lalu mengecup punggung tangannya secara bergantian dan berkata, "Tolong, jangan biarkan aku menunggu terlalu lama"

***

Setelah menghabiskan waktu selama lima hari untuk berpikir, pada akhirnya Barb setuju terbang ke Havana karena itu adalah pilihan yang terbaik baginya. Jika dia tetap bertahan di Kosta Rika hidupnya tidak akan permah berubah. Lagi pula ini adalah kesempatan emas yang tidak akan Barb lewatkan, sudah lama ia memimpikan seorang pangeran tampan datang menjemputnya dengan kuda, walaupun yang menjemputnya sekarang bukanlah seorang pangeran beserta pengawalnya melainkan sekelompok anak buah dari gembong narkoba dengan limusinnya.

Pelukan perpisahan Barb berikan kepada Eliza yang merupakan sahabat terbaiknya di La lolita. Sementara itu Madam Perez terlihat senang berpisah dengan Barbara setelah menerima uang tebusan yang cukup tinggi dari Don Juan.

"Adios Barbara, aku akan sangat merindukanmu"

"Adios, jaga dirimu baik-baik di sini Eliza, dan ingat jangan pernah menolak panggilan dariku"

Dengan mata yang berkaca-kaca Eliza mengangguk dan berusaha menahan tangisnya.

"Señorita, ini wkatunya untuk pergi" ucap Tito, seorang pria yang diutus oleh Don Juan untuk menjemputnya.

Dengan berat hati Barb melepaskan diri dari dekapan Eliza, ia hendak menyerahkan tasnya kepada Tito tapi kemudian ia menyadari lelaki itu sibuk menatap sahabatnya dalam waktu yang cukup lama. Barb melirik Eliza yang ternyata juga terpaku tatapan Tito, entah apa yamg terjadi kepada mereka berdua, Barb tidak ingin tahu, yang ia tahu Tito mendesaknya untuk buru-buru agar mereka tidak ketinggalan pesawat.

Berdeham pelan, Barb membuat kedua manusia itu tersentak dan buru-buru mengalihkan pandangan. Barb pikir keanehan akan berakhir ssetelah Tito dan Eliza tidak lagi saling bertatapan, tapi yang terjadi selanjutnya justru lebih aneh lagi karena Tito menghampiri Madam Perez dan berkata, "Aku bawa dia juga"

Sontak Barb terbelalak, ia menatap Eliza yang juga menatapnya dengan ekspresi yang sama. Tito kembali menghampiri Eliza setelah menyerahkan sejumlah uang tebusan kepada Madam Perez, "Aku memberimu waktu 10 menit untuk mengemas barang-barangmu" ucapnya, dengan wajah yang tak kalah dingin dan datarnya dari bosnya.

- TBC -

Hai guys, dapatkan potongan harga pada setiap pembelian semua karyaku di KaryaKarsa dengan menggunakan kode voucher : DISKONJUNE
jumlah voucher terbatas jadi buruan klaim sebelum kehabisan!!

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Don Juan Mistress (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang