Halo Paco, apa kabar? Semoga selalu baik ya.
Ayo angkat tangan ✋ yang udah nungguin cerita ini update.
Selamat membaca Paco geng!
***
Alex melihat dari sebrang sana, pacarnya, Alea, tengah celingak-celinguk, ia menebak Alea tengah mencari keberadaannya. "Alea!" Teriak Alex dari sebrang sana.
Alea menyipitkan matanya, mencari asal suara yang memanggil namanya, akhirnya ia dapat menangkap dengan jelas sosok tampan kesayangannya itu, Alex tengah berdiri di seberang jalan sana, di depan sekolahnya sambil melambaikan tangan kepadanya. "TUNGGU DISANA!" teriak Alex lagi.
Alex pun menghampiri Alea, Membawa gadis itu untuk menyebrang dengannya. "Lo pulangnya lama, jadi gue ngopi di warung depan." Ujar Alex. "Kok lo hari ini telat pulang?" tanya Alex, karena sedari tadi Alea belum memberinya alasan.
"Tadi gue piket dulu, Lex," jawab Alea. "Maaf gue ngga ngabarin, soalnya handphone gue lowwbatt." Sambungnya.
"Bukannya lo piket hari selasa, ya?" tanya Alex lagi. "Ngga bohongin gue kan? Ada cowok ngga yang piketnya bareng, lo?" Alex terus saja menghujani Alea dengan pertanyaan, bahkan tanpa jeda untuk gadis itu menjawabnya. "Alex, biarin gue jawab satu-satu dulu." Tegur Alea. "Tadi nya iya gue piket hari Selasa, tapi jadwalnya itu diganti setiap sebulan sekali," jelas Alea. "Udah gitu aja?" Sarkas Alex belum puas dengan jawaban Alea.
"Ya, terus apalagi?"
"Pertanyaan gue belum semua lo jawab, Alea."
"Oh, masalah cowok, ya pasti adalah. Cuman satu orang, si Rafi, yang lain cewek semua, udah selesai. Ayo pulang."
"Yaudah, naik," Alex mempersilahkan Alea naik keatas motornya, tentu saja setelah ia memasangkan helm pada Alea.
"Udah?" tanya Alex kepada Alea. "Udah." Jawab Alea. "Ngga akan jalan sebelum lo meluk gue," balas Alex lagi.
"Iyaiya, pacar." Alea pun melingkarkan tangannya memeluk pinggang Alex.
"Yaudah kita otw ke KUA ya!" goda Alex sambil melirik Alea melalu kaca spionnya.
"KUA? Gue mah belum siap login." Balas Alea. "Belom bukan berarti tidak kan?" Goda Alex lagi sembari menjalankan motornya.
Di setiap perjalanan hening, Alea memeluk pinggang Alex erat, memang selalu seperti ini, Alea dan Alex bukan tipe pasangan yang suka bercanda ketika diatas motor, mereka tetap mengobrol, tapi hanya sebentar saja kemudian kembali senyap. Alex menikmati pelukan Alea, dan sebaliknya.
25 menit berlalu dengan cepat.
"Udah sampe, Alea." Tukas Alex dengan posisi badan setengah menghadap ke belakang. Seperti tebakannya Alea sekarang ini sudah dalam posisi setengah tidur.
Alea yang sadar karena Alex mematikan mesin motornya, dan sayup-sayup mendengar panggilan berulangkali oleh Alex, perlahan membuka matanya. "Bangun, sayang, hm."
Setelah merasa sanggup untuk berdiri Alea melepaskan pelukannya dari pinggang Alex lalu turun dengan langkah sedikit hoyong.
Alea hendak langsung melenggang masuk ke dalam rumah, tapi urung saat tangan Alex meraih tangan kanannya, Alea yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya tertarik menubruk tubuh Alex.
"Alex!!! Gue mau masuk kenapa lagi sih?!" kesalnya.
Alex hanya terkekeh. Kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Alea. Seketika nyawa Alea terkumpul, ia mendelik kan matanya. "Lex, lo mau c-cium gue lagi, yang tadi pagi belum cukup, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest Wound
RomanceTentang takdir seorang gadis bernama Alea Safaraz Ananta, yang sering tidak beruntung dalam hal apapun. Seorang anak yang dikaruniai kekayaaan namun terbalut kesepian dan tekanan. Awalnya ia hanya memiliki kedua sahabatnya disisi, namun semenjak seo...