Bab 9 Kehilangan

297 19 0
                                    

'Jangan mengejar dunia saja, akhirat juga perlu dikejar karena kematian tidak ada yang tahu kapan datangnya'

☆♡☆

Asha dan Gabby saling memandang cemas dan gelisah. Entah kenapa perasaan Asha tiba-tiba tidak enak. Asha kembali memanjatkan doa untuk Abang El. Asha berharap Abang El baik-baik saja, walaupun kenyataannya kata dokter kondisi abang El semakin melemah yang bisa aja menyebabkan kematian. Hidup atau mati, masih abu-abu. Selama menunggu dokter keluar, mereka semua tidak henti-hentinya untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan agar Abang El masih bisa hidup lama dan kondisinya membaik agar bisa berkumpul kembali sama mereka semua. Asha kangen dengan perbuatan atau sikap perhatian dari abang El. Abang El, Abang yang cukup baik untuk Asha bahkan Gabby dia memperankan sebagai kakak benar-benar dengan baik walaupun bukan kakak kandung Gabby, ia tidak membeda-bedakan baik Asha maupun Gabby.

"Ya Tuhan, tolong selamatkan Abang El, Asha mohon, Asha nggak mau kehilangan orang yang Asha sayang kedua kalinya. Tuhan ambil aja nyawa Asha, jangan nyawa Abang El."

Gabby yang melihat Asha hanya diam saja, ia tiba-tiba menarik Asha ke dalam pelukannya. "Jangan bengong! Aku yakin Abang El akan baik-baik saja. Lo gak usah khawatir" ucap Gabby yang sedang berusah menenangkan Asha sambil mengusap lembut punggungnya.

"Lo ntar bengong-bengong gini takutnya ada setan ntar masuk" ucap Aileen untuk menghibur Asha dan agar tidak tegang gini

"Aileen!" Aileen yang melihat Gabby yang kesal ia cuma nyengir saja.

"Jangan nangis Sha, kasian Abang El. Abang El gak butuh tangisan lo, yang dibutuhkannya itu doa agar dia bisa ngelewatin ini semua" ucap Ody yang ikut menenangkan Asha. Benar apa kata Ody, El tidak membutuhkan tangisan dia cuma membutuhkan doa agar bisa melewati ini semua.

Keadaan di dalam sangat mengkhawatirkan dimana kondisi El semakin lemah membuat denyut nya juga ikut lemah yang bisa menyebabkan ia kehilangan nyawanya, "Dokter, denyut nadinya menurun drastis sejak beberapa detik yang lalu bersamaan dengan pernafasannya tidak stabil."

"Pasang alat oksigen cepat! Jangan sampai dia kenapa-kenapa." ucap sang dokter

"Tapi dokter, kondisi pasien sudah mulai semakin melemah." jawab Suster sambil memasang alat-alatnya.

Dokter menolehkan pandangannya. Dia melihat keadaan El semakin memburuk.

"Kita memang harus yakin, semuanya akan baik-baik saja dan ada Allah yang mengatur ini semua. Tugas kita hanya menyembuhkan serta mendoakannya biar kembali sehat bahkan membaik, bukan malah pesimis seperti ini." ucap dokter kepada mereka semua yang ada di sana.

Titt...tittt...titttt...tittttttt

Baru saja Dokter mau menempelkan alat Defibrillator di dadanya, tetapi lebih dulu suara nyaring layar monitor yang meisi keheningan ruangan ICU tersebut. Layar yang tadinya menunjukkan irama detak jantung abang El kini hanya menampilkan garis lurus yang menandakan detak jantung abang El berhenti berdenyut. Tuhan berkata lain, El tidak dapat diselamatkan.

"Dokter, detak jantung pasien berhenti"

"Sekali lagi, tolong bertahan El. El, kamu dengar saya. Lihat di luar sana semua orang sedang menunggu kamu untuk bangun. Lihat adek kamu yang selama ini rutin menjagamu, yang selalu kuat di depan semua orang padahal paling terluka. Sekarang ia menangis di depan sana, di depan semua orang. Saya mohon bertahan El." Bisik dokter Aiden di telinga El.

Who is he? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang