Justformyji
___
Pandangan Mave memutih kala tubuhnya memasuki portal ghaib tersebut. Ia berkali-kali mengejapkan kedua matanya hingga penglihatannya kembali normal. Ia mendapati dirinya telah berada di tempat yang tak jauh berbeda dari tempat sebelumnya, hanya saja terlihat lebih gelap dan menyeramkan. Hutan bertanah basah dengan kabut yang menyelimuti sekelilingnya. Pohon-pohon di sana terlihat sangat hidup, seakan-akan tengah bersiap untuk menerkam mereka yang nampak mungil.Mave bergidik ngeri ketika suara gemuruh angin dan daun-daun yang bergesekan terdengar begitu menakutkan baginya. Ia lantas menatap yang lainnya, ia baru menyadari jika Sean dan Sashi sudah tidak bersama mereka. Entah kemana perginya mereka berdua, tapi yang pasti Mave tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal itu. Ini adalah rumah mereka, tentu Sean pergi membawa Sashi kepada penyembuh atau apalah itu.
Lantas ia beralih menatap Charlie yang masih setia pada senyum lebarnya, seperti biasa. Pria itu terdengar menghela nafasnya, lalu menjentikkan jarinya sekali sehingga muncul lah rel kereta yang melintang membelah hutan.
"Kawasan ini adalah hutan ratapan*. Kau pasti sudah mengetahuinya kan, Mave?" Charlie nampak menoleh ke arah ujung rel yang tersembunyi oleh lebatnya hutan itu. "Portal atau teleportasi dilarang penggunaannya di tempat ini, kecuali untuk keadaan darurat seperti yang Sean lakukan. Kami biasanya menggunakan kereta untuk sampai ke kawasan inti." Jelasnya kemudian.
Sungguh, Mave kini merasa jika dirinya menjadi tidak mengetahui apapun. Yang diberitahukan dalam buku tidaklah selengkap apa yang telah ia lihat secara nyata.
Jean tiba-tiba saja muncul di sebelah kanan Mave dan merangkul pemuda yang seumuran dengannya tersebut sembari tersenyum ramah. "Kau pasti akan menyukai perjalanan ini. Yah, meskipun jaraknya akan sangat lama." Ucapnya menenangkan.
"Mendadak aku menyesal, mengapa aku tidak ikut berteleport bersama Sean saja tadi." Wajah Yvonne terlihat lebih masam dari biasanya.
"Oh ayolah. Keretanya sudah hampir tiba, bisakah kalian sedikit tenang? Aku sangat mengantuk dan tidak ingin mendengar suara fals kalian sebagai pengantar tidurku."
Padangan mereka beralih pada Ishan yang lada akhirnya menguap lebar setelah menyelesaikan gerutuannya. Ia memeluk pinggang Charlie dan menumpukan kepalanya di sana sambil memejamkan mata, nampak begitu kelelahan.
Charlie mengusap pelan rambut Ishan, mengantarkan pemuda itu pada tidurnya yang nampak lelap. Kemudian pria jakung itu berjongkok dan membawa tubuh kecil itu pada gendongannya, membiarkan yang lebih muda menyenderkan kepalanya pada bahu kirinya. Ia nampak seperti sudah terbiasa melakukannya.
||The Cursed Child ||
Suara mesin kereta nampaknya tak juga membangunkan Ishan dari tidurnya. Pria kecil itu dibaringkan di kursi panjang dengan kepala yang dipangku oleh Charlie. Sedangkan di seberangnya, ketiga remaja lainnya nampak bersender kelelahan.
Mave menyender di samping jendela, mengamati pemandangan luar yang nampak luar biasa. Setelah menempuh 2 jam perjalanan, pemandangan hutan berkabut tersebut telah berubah menjadi pegunungan bersalju.
Sedangkan Jean yang duduk di antara Mave dan Yvonne, kini tengah sibuk berkelana di dalam mimpi dengan kepala yang tanpa sadar menyender pada Mave. Berbeda dengan Yvonne yang kini tengah menenggelamkan fokusnya pada buku tebal yang tengah ia baca. Entah darimana datangnya buku tersebut.
Nampaknya masih banyak yang perlu ia pelajari mengenai Siwanda. Bukan hanya kawasan dan orang-orangnya, ia juga perlu mengetahui apa saja yang tersembunyi dibaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARK LEE || SIWANDA - THE CURSED CHILD
Fanfic||| # 1 || THE CURSED CHILD ||| Di usianya yang belum genap 14 tahun, Maverick mendapati keanehan dalam tubuhnya. Tanpa sadar, ia mampu membakar apapun yang ada di sekitarnya dan membuat seluruh penghuni panti ketakutan. Lantas mereka mengecapnya se...