✨ 2 || PRAJURIT RAHASIA YASA

131 21 6
                                    

Justformyji

___

"Dia sudah sadar!"

Maverick mengerjapkan kedua matanya ketika sebuah cahaya memaksa masuk ke dalam indera penglihatannya tersebut. Cahaya matahari sudah mulai memenuhi penglihatannya disertai suara kendaraan dan juga angina yang terasa sangat kencang di tempat ini. Pria bersurai hitam tersebut memandang bingung ke sekelilingnya, mendapati dirinya berada di rooftop pada sebuah bangunan juga beberapa remaja yang terlihat asing di matanya.

Keningnya mengernyit ketika didapatinya seorang anak laki-laki mendekatinya dengan kedua mata yang sembab dan hidung yang memerah seperti baru saja menangis. Lantas ia menarik tubuhnya yang masih terasa sedikit lemas dan segera mengubah posisinya menjadi duduk. Ia baru tersadar jika ia sedari tadi terbaring di lantai beton yang terasa sangat dingin. Pantas beberapa bagian tubuhnya terasa sangat kaku.

"Ishan! Kau menakutinya dengan wajah bodohmu itu!"

Suara teriakkan itu! Ia mengingatnya, sesaat sebelum tubuhnya ditarik oleh portal misterius itu ia mendengar suara teriakkan seorang gadis. Ya, gadis itu! Kini ia bisa melihatnya dengan jelas, seeseorang yang terlihat paling tinggi di sana. Wajahnya terlihat sangat tegas dengan tatapan yang terlihat galak serta kedua tangan yang dilipat didepan dadanya, seolah memperlihatkan betapa angkuhnya ia.

Seorang remaja pria bermata sipit menghampiri Mave yang masih bingung, lalu memberikan sebotol air mineral pada remaja pria itu sambil tersenyum ramah. "Kau membuat kami semua khawatir, Mave. Kukira kau akan mati hari ini." Ya, meski wajah ramahnya itu tidak sebanding dengan ucapannya yang agak terasa seperti menyindir Mave yang tertidur sangat lama. "Namaku Jean. Senang bertemu denganmu." Ucapnya lagi.

Mave tersenyum canggung ketika ia menerima air mineral tersebut. "A-aku Maverick." Entah situasi macam apa yang tengah ia hadapi kini. Tapi setidaknya ia tidak akan terkejut dengan apa yang ia lalui kedepannya. Bahkan selama ini ia sudah cukup sering dianggap aneh oleh saudara-saudaranya di panti.

"Kami tahu siapa namamu, bodoh! Bukan hanya kami, bahkan seluruh rakyat Siwanda mengetahuimu." Gadis tadi bersungut kesal padanya, dan tanpa sengaja meninggalkan sebuah jejak pertanyaan yang cukup besar pada otaknya. Siwanda?

"Kami adalah kelompok Prajurit Rahasia Yasa yang ditugaskan untuk menjemputmu untuk kembali ke Siwanda. Sebenarnya kami datang berlima, namun tiba-tiba saja ada gangguan dan dua anggota kami menghilang. Aku Yvonne dan yang cengeng ini adalah Ishan." Lanjut gadis itu dengan santai, mengabaikan tatapan tak terima dari pemuda yang bernama Ishan tersebut.

"Coba kau rasakan jika kembaranmu itu tiba-tiba menghilang di negeri antah berantah ini, Yvonne! Seenaknya saja kau mengataiku cengeng!" Setelah puas meneriaki Yvonne, Ishan nampak kembali menangis sesenggukan dan membuat Jean dan Mave meringis.

Mave menyimpulkan jika gadis itu memang benar-benar tidak begitu peka terhadap perasaan orang lain dan terlihat seperti sosok yang keras. Sikapnya terlalu mendominasi dan pemarah, membuat siapa pun yang berada didekatnya harus memiliki kesabaran yang lebih banyak untuk menghadapi sikapnya yang kurang menyenangkan itu.

"Kau tahu apa arti dari namanya?" Jean bergabung dan duduk di samping Mave sambil tersenyum. "Pemanah yang unggul. Sungguh, ia memang benar-benar memanah siapa pun dengan kalimatnya yang super tajam." Ucapnya kemudian dan tertawa bersama Mave yang cukup terhibur dengan lelucon yang sebenarnya tidak terlalu lucu.

Jean adalah satu-satunya yang paling normal di antara kedua temannya yang lain. Pria itu lebih banyak tersenyum hingga kedua mata sipitnya membentuk bulan sabit, manis sekali. Berbanding terbalik dengan tubuhnya yang terlihat besar dan cukup berotot untuk remaja seusianya. Tanpa memperdulikan otot-ototnya itu, sebenarnya Jean merupakan pemuda yang manis dan ramah. Berbeda dari Yvonne yang selalu mengerutkan keningnya dan selalu siap untuk melemparkan kalimat tajamnya kapan pun, serta Ishan yang terlihat lebih ekspresif dan kekanakan.

MARK LEE || SIWANDA - THE CURSED CHILD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang