3 - YANG BELANJA BARENG

28 9 1
                                    

Double update aja lah kita beb..

Biar malming ada yang nemenin😘

****

Dua ekor ayam, sudah. Seliter santan, sudah. Rempah-rempah untuk bumbu juga sudah. Melvi rasa belanjaannya sudah lengkapu semua. Tapi entah kenapa dirinya masih belum yakin meninggalkan pasar dan memilih berkeliling sekali lagi.

Melintasi kios-kios yang menyediakan segala jenis bumbu dapur, lalu berhenti di ujung untuk membeli kecap. Akhirnya ia ingat jenis barang yang hampir kelupaan itu.

Selesai sudah agenda belanjanya. Saatnya pulang dan mempersiapkan acara bakaran nanti malam.

Saat menaiki undakan tangga menuju jalanan untuk mencari ojek, sudut matanya menangkap siluet yang familiar. Lelaki itu berdiri menatap selembar kertas, kepalanya mendongak kemudian menunduk lagi. Kerutan di keningnya menandakan orang itu sedang kebingungan.

"Mau beli apa?" Tanya Melvi menghampiri. Kasihan juga melihat raut wajahnya seperti bocah yang ditinggal mamanya mengantre di kasir.

Sedikit terkejut, Khalid menjawab, "Hai, Mel. Ini disuruh beli ikan sama bumbu untuk masak asam padeh. Tapi nggak tahu harus kemana dulu biar nggak bolak-balik."

Melvi mengintip tulisan di catatan belanjaan Khalid, tidak banyak yang harus dibeli. Jadi tidak masalah kalau Melvi membantu lelaki itu sebelum pulang. "Mau kubantu?" Tawarnya.

"Boleh?" Ekspresi Khalid berubah antusias.

"Ya... boleh."

"Kalau begitu kamu pegang ini. Belanjaannya biar aku yang bawa." Khalid menukar kertas di genggamannya dengan kantong plastik di tangan Melvi. "Silakan." Tangannya yang lain mengulur ke depan, meminta Melvi memimpin jalan. Wanita itu hanya bisa tertawa melihat tingkah konyolnya.

Khalid mengikuti kemana kaki Melvi melangkah. Berhenti ketika wanita itu berhenti, bergerak ketika Melvi kembali berjalan. Tidak sulit bagi wanita itu mencari kios pedagang dan barang-barang yang tertulis di kertas catatan.

Lalu saat mereka berhenti di salah satu kios, seseorang memanggilnya. "Imel."

Melvi menoleh ke sumber suara, wanita paruh baya dengan keranjang penuh sayur mendekat. "Pulang, Mel?"

"Iyo, tek Na." Jawab Melvi sopan. Wanita itu menunduk mencium punggung tangan teman neneknya itu, yang pastinya juga ditiru Khalid.

"Kok nggak lebaran ke rumah? Lagi ramai tuh, tahun ini semua anak Tek Na pulang, lho. Alhamdulillah bisa main sama semua cucu." Jelas wanita itu bersemangat.

"Maaf, tek Na. Imel sempat sakit beberapa hari setelah lebaran."

"Waduh, karena banyak pikiran nih, makanya sakit. Udahlah, jangan murung-murung terus. Kamu Tek Na lihat juga makin kurus aja. Tuh, pipinya cekung begitu." Omel Tek Na seraya menusuk pipi kiri Melvi dengan telunjuknya. "Makan yang banyak!"

Si objek omelan hanya bisa meringis, "Iyo, tek Na." Malu juga mendapat semprotan ibu-ibu ketika ada orang lain yang ikut mendengarnya.

Keberadaan Khalid akhirnya disadari tek Na. Ia mengamati wajah pria muda di hadapannya itu dengan seksama, memindainya dari atas sampai bawah seperti mesin scanning. Lalu wanita itu kembali melirik Melvi, "Imel samo Khalid kini?"

Ditodong begitu Melvi langsung gelagapan. "Indak, tek Na. Imel nggak sengaja ketemu Khalid mau beli ikan padang, tapi dia bingung beli dimana. Jadi Imel bantu cari."

"Belanjaan Ibu, Lid?" Pertanyaan kini tertuju pada Khalid.

Jawaban Melvi seolah terabaikan karena sekarang giliran Khalid yang ditodong banyak pertanyaan. Tapi bagus karena ia mendapat celah untuk menghindar. Melvi mendatangi kios yang menjadi tujuannya tadi, membeli asam kandis yang menjadi bahan terakhir di catatan. Setelah membayar, Melvi terpaksa kembali ke posisi sebelumnya karena dua orang itu masih asik mengobrol.

SILLY REASONS TO GET MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang