"Kamu serius mau nikah?"Melvi yang sedang mencuci sayuran di sink terperanjat ketika Nenek datang dari arah belakang. "Bikin kaget aja deh, Nek." Gerutunya.
"Jawab." Desak Nenek menoel bahu cucunya. "Beneran mau sama Khalid?"
"Makanya kasih restu." Celetuk Melvi asal sambil menyerahkan sayuran ke Ibu yang sedang memasak.
Nenek mendekati panci berisi gulai rebung yang ditinggal Ibu mengerjakan masakan lain dan menyicipnya. "Bukan Nenek nggak setuju, tapi kenapa tiba-tiba, Mel?"
Ditariknya napas dalam, "Melvi capek ditanya soal penikahan, bukan cuma sama Nenek tapi orang lain juga. Dan kebetulan Khalid datang menawarkan apa yang Nenek minta selama ini. Jadi nggak ada yang salah, kan, sesuai kriteria Nenek juga. Khalid available, bukan suami orang dan bukan narapidana. Hanya saja bukan pengusaha."
Dirasa sudah pas dan matang, Nenek mematikan kompor dan menutup panci dengan menyisakan sedikit celah udara. "Bagus, berarti sore ini Nenek harus telepon Mamak kamu. Minta dia pulang."
Sikap semangat itu mengejutkan Melvi yang tentu saja jadi kebingungan. "Lho, bukannya Nenek nggak ngerestuin? Gimana sih, jangan bikin anak orang bingung dong Nek." Seru Melvi berhenti dari kegiatan memotong bawang.
Nenek hanya terkikik dan berkata, "Sebenarnya Nenek senang sekali kamu dan Khalid bersama. Kemarin Nenek cuma mau tes seberapa yakin dia menikahi cucu kesayangan Nenek. Agak kaget karena dia tetap tenang walaupun Nenek jelas-jelas meremehkannya, tandanya dia serius."
Melvi tidak menahan diri berdecak lidah, "Nenek harus minta maaf ke Khalid." Ucapnya tegas.
Nenek mengibaskan tangan di depan wajah, "Khalid pasti paham maksud Nenek. Dia pria dewasa."
Jawaban itu tidak menenangkan Melvi sama sekali. Sedewasa-dewasanya Khalid pasti ada rasa sedih mendengar pekerjaan yang jadi impiannya diremehkan di rumah calon mertua.
Dari kerutan dalam di kening Khalid malam itu, ia tahu ucapan Nenek pasti akan berbekas sampai kapan pun yang bisa dia ingat.
Untung ini Khalid yang akan terus berjuang demi tujuannya. Jadi Melvi cukup lega pria itu tidak akan bersikap pengecut dengan mundur dan menyebarkan cerita soal penolakan dari keluarganya yang memandang seseorang dari harta. Karena itu sifatnya Erza.
Ngomong-ngomong, Melvi penasaran dengan reaksi teman-temannya kalau tahu Khalid melamarnya. Seheboh apa Revi dan Nana nanti? Dan kalimat julid apa yang akan keluar dari mulut setan Erza.
Melvi ragu untuk mengungkap hubungan mereka ke teman-teman dalam waktu dekat. Karena fokus utama saat ini adalah restu dari orang tuanya untuk Khalid. Meskipun sebenarnya keluarga mereka sudah saling mengenal karena tinggal di lingkungan yang sama.
Lihat saja bagaimana dua ayah itu langsung mendominasi meja makan dengan obrolan seputar hobi memancing mereka. Sementara dua ibu membahas resep masakan yang terhidang di atas meja makan besar yang penuh ini. Melvi duduk di samping Nenek berhadapan dengan Khalid yang sesekali menimpali obrolan bapak-bapak.
Setelah makan siang selesai, kedua keluarga pindah ke ruang tengah yang disulap menjadi lesehan beralas karpet. Camilan seperti pisang goreng, pudding dan kue kering tersaji di tengah.
"Terima kasih untuk undangan makan siangnya. Sekarang izinkan kami menyampaikan tujuan seperti yang Uda Izar sudah tahu maksud dari anak bujang ambo." Pak Edi — Ayah Khalid, memulai dengan serius.
Ayah mengangguk dengan senyum terpasang di wajahnya. "Khalid sudah datang dengan baik-baik mengatakan ingin minta restu menikahi Melvi." Semua orang fokus mendengarkan Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILLY REASONS TO GET MARRIED
Chick-LitSetelah 3 tahun, Melvi akhirnya pulang kampung karena desakan nenek. Bukan tanpa alasan wanita itu tidak muncul saat Lebaran atau libur tahun baru, melainkan karena dirinya tidak sanggup menghadapi malu. Melvi terlalu malu menampakkan wajah ke hadap...