BAB 3 : Mammatus Dimentio : A Hurricane Of Destruction From Hell

13 4 4
                                    

Sinar matahari menembus mata Matius. Tubuh lelaki itu terasa pegal. Dia mengucek mata dan mencoba untuk mengubah posisi tubuhnya.

"Sir Moses?" Dia menatap keadaan sekitar. "Sir Moses? Teman-teman?" ulangnya.

Matius dengan cepat berdiri. Tubuh lelaki itu bergetar dan keringat dingin membanjiri pelipisnya.

"Apa yang ...." Dia mengerang kesakitan.

Matius menatap kakinya yang terluka. Tunggu! Luka? Apa yang terjadi? Lelaki itu berpikir keras, mencoba untuk mengingat tragedi sebelumnya. Perlahan sekilas ingatan muncul di kepalanya. Saat dia terperosok ke jurang.

Matius menghela napas gusar lalu mengusap keningnya perlahan. "Astaga, betapa bodohnya aku," ujarnya frustrasi.

Dia berjalan terpincang-pincang menuju salah satu pohon pinus dan duduk di bawahnya.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Huft!" Dia mendesah lelah dan menatap ke atas pohon yang terdapat buah bintang berkilauan. Sampai akhirnya, satu ide gila muncul di kepalanya.

Buah itu ... sepertinya bisa memulihkan energi dan mana-ku, pikirnya.

Matius bangkit dan menatap buah tersebut. Aku ... harus mendapatkannya! batinnya.

Tak memedulikan kakinya yang masih sakit, Matius mulai memanjat. Sayangnya dia terjatuh lemas. Tak ingin menyerah, lelaki itu kembali memanjat. Dan ya, Matius terjatuh lagi. Pantatnya yang terbentur duluan. Terlihat jelas wajah masamnya yang menahan rasa sakit.

"Woah, monyet yang cacat? Kasihan sekali," ucap seseorang.

Matius menoleh dan melompat terkejut.

"Rhu ..., sejak kapan?" tanyanya.

Lalu suara langkah mulai terdengar dari kejauhan.

Rhu tersenyum miring lalu menyahut, "Sejak monyet bodoh sepertimu mencoba memanjat dengan kaki yang terluka."

"Hoi!" teriak Verzalynx yang berlari mendekat. Lelaki itu membungkuk dan memegang lututnya lelah. "Kau menemukan si jambul?" Napasnya tersengal dikarenakan mereka memutari jalan untuk menghindari jurang.

Rhu tersenyum dan menyahut, "Tentu. Saudara monyetmu sudah ketemu."

"Berisik, sialan!" Verzalynx memutar bola matanya kesal.

Moses dan Eugene menyusul di belakang, kemudian Moses memasang ekspresi lega. Setidaknya Matius tak memiliki luka fatal pada tubuhnya.

"Bagaimana cara kalian mengetahui keberadaanku?" tanya Matius penasaran.

"Ah, itu ...," jawab Moses.

***

"Satu monyet terlepas dari kawanannya," gumam Rhu. Lelaki itu mendekati teman-temannya.

"Rhu, berhentilah mengatainya. Ini buruk! Aku lupa memberi tahu kalian bahwa area yang kita selidiki ini sangat rawan dan banyak jurang dangkal tak terlihat," ujar Moses serius.

"Jurang dangkal?" tanya Verzalynx kebingungan. Lelaki itu berpikir bahwa semua jurang itu dalam.

Moses menoleh ke arah Verzalynx dan tersenyum. "Benar, jurang di sini tak begitu dalam dan letaknya tak bisa diprediksi. Namun, jika terperosok, akan menimbulkan cedera ringan. Banyak yang mengatakan hutan di Kotopoulo sangat berbahaya bagi orang awam atau penyihir pemula seperti kalian," jawabnya.

"Kita harus segera memeriksa kondisi Matius," tegas Moses.

Verzalynx mengangkat satu . Ia menyahut, "Tapi kita bahkan tak memiliki rencana—"

The Guardian of AquariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang