Bab 4 : Expressed Curiosity

8 3 1
                                    

Tim Aquarius dibuat kagum dengan keindahan Portal Mammatus Dimentio.

Moses menenangkan pikirannya. Dia berusaha mencari jalan agar mereka dapat memasuki portal tanpa mengalami kecelakaan fatal.

Moses memejamkan matanya beberapa saat. Dia mulai merasakan ketenangan walau berada di tengah badai. Lelaki itu kembali membuka mata setelah mendapatkan solusi.

"Hei, Matius, Eugene! Dengar, aku akan membuat pijakan sederhana. Mungkin tidak akan terlalu sempurna karena kondisi tempat di sana berbeda. Jadi, tolong bantu aku menyesuaikan gravitasnya, Matius. Dan untuk Eugene, pertahankan Bell sampai kita masuk ke dalam portal," jelasnya.

Matius dan Eugene mengangguk. Di sisi lain, Verzalynx berusaha keras untuk menahan tubuh teman-temannya. Ia membuat tulang-tulangnya memanjang dan melilit bagian pinggang mereka. Matanya berkali-kali terkena salju yang terbawa badai. Hal itu membuat dirinya tak bisa fokus.

Kau bisa menahannya, Verzalynx! batinnya optimis.

Lelaki itu menatap Moses dan berteriak, "Apakah kita sudah bisa memasuki portal itu, Sir Moses? Aku pikir kita tak punya banyak waktu."

Moses menghela napas. "Tenang saja, Lynx, portal itu akan bertahan selama tiga hari. Tahan sebentar lagi. Aku akan memakai sihirku," katanya.

Verzalynx, Eugene, dan Matius saling tatap. Sihir? Benar juga. Ketiganya belum pernah melihat kemampuan Moses secara langsung.

Moses adalah seorang penyihir tipe Shapeshifter. Selain berubah wujud, Moses dapat menyalin sesuatu yang ada di imajinasinya melalui media lukisan. Bisa elemen, sihir lawan, benda, maupun tumbuhan.

"Verzalynx, lepaskan sihir tulangmu dariku! Lalu, setelah aku merapal mantra, tarik mereka ke pijakan yang telah aku buat," perintah Moses.

Verzalynx mengangguk dan menarik napas dalam untuk menyiapkan diri.

Tulang yang melilit pinggang Moses terlepas. Lelaki itu kini harus bersusah payah memakai sihir di tengah badai salju.

Aku bisa, aku bisa melukis meski di atas salju sekalipun, pikirnya.

Moses mengangkat satu tangan. Perlahan setitik cahaya terlihat, bersamaan dengan munculnya kuas, cat, dan palet. Selain alat tadi, sebuah grimoire melayang di sisinya.

Tanpa disadari, Rhu terdiam seraya menatap teman-temannya yang berjuang untuk persiapan masuk portal. Lelaki itu menunduk dengan tatapan kosong. Pertama kalinya ia merasakan hal janggal.

Apa yang sudah aku lakukan untuk tim ini? batinnya.

Rhu tahu, dia belum banyak berkontribusi dalam misi. Dia ... merasa tak berguna.

Apa ... kontribusiku?

Kata-kata itu terus berputar layaknya kaset rusak. Rhu tidak percaya diri, dia menyadari bahwa "kawanan monyet" itu bahkan lebih hebat darinya.

"Hanya orang terpilih yang bisa berguna bagi orang lain," gumam Rhu. Benar, hanya orang terpilih yang pantas menunjukkan kekuatannya.

Aku tak berguna. Aku ... aku ....

"Jangan melamun." Verzalynx menepuk pelan bahu Rhu. Matanya kosong. Jangan-jangan ....

Verzalynx mendesah lalu menggaruk tengkuknya. "Ah, kau memang menyebalkan karena mengataiku monyet. Tapi ... aku tahu kau pasti berpikir bahwa dirimu belum bisa memberikan kontribusi yang banyak bagi kami, kan?

"Buang pikiran itu dan pikirkan saja masa depan. Pikirkan bagaimana cara menggunakan sihirmu agar berguna dalam misi ini. Jangan dulu menyerah sebelum memulai. Aku tahu ini mengesalkan buatmu ..., tapi melihat kau seperti itu sangat tidak cocok."

The Guardian of AquariiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang