012

4.8K 317 6
                                    

Dua hari berlalu, dan Fatah masih saja dibuat frustasi oleh satu orang yang namanya terus saja berlarian di dalam kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Gilang.

Sejak kejadian di gudang belakang hari itu, entah kenapa dia jadi jarang melihat Gilang. Yang biasanya Gilang akan mengikutinya dari belakang ketika pulang sekolah, sekarang cowok itu hanya menunggunya di depan gerbang sekolah dan pergi ketika dia sudah melihatnya.

Sebenarnya Fatah sangat menyadari bahwa Gilang seperti menjaga jarak darinya dan dia berpikir mungkin saja ini karena ucapannya tempo hari. Tapi Fatah merasa kesal sendiri karena Gilang tidak menyapanya sama sekali.

Seperti sekarang, Fatah sengaja berdiri lebih lama di depan pintu gerbang sekolah hanya untuk melihat Gilang, tapi di sebrang jalan sana Gilang hanya tersenyum ketika mata mereka bersitatap, lalu kemudian cowok itu berlalu pergi menuju area parkir motor anak SMK.

"Dih dasar gak jelas," dengus Fatah. Padahal dia mau uring-uringan. Dua hari ini dia merasa tidak ada mood untuk melakukan apapun, bahkan dia tidak pergi ke Sinister dan hanya diam dikamarnya saja.

Tiba-tiba Fatah merasa seseorang merangkul pundaknya. "Bang Fatah, kita pergi beli es krim yuk? Di deket gang depan jalan yang mau ke markas itu ada toko es krim baru tau, kesana yuk" ajak Sultan.

Fatah hendak menggeleng sebagai penolakan, tapi keburu di potong oleh kedatangan Sagara yang juga ikut merangkul pundaknya di sisi yang berlawanan dari posisi Sultan. "Udah ikut aja sih. Mau di traktir sama Bang Fino katanya" ucap Sagara menunjuk Fino yang berjalan cuek di dekat mereka.

Fatah menatap Fino seakan meminta validasi atas pernyataan yang batu saja Sagara berikan, dan Fino mengangguk seolah mengerti akan maksudnya. Fatah menghela napasnya. "Yaudah ayo"

"YEYY AYOO," jerit Sultan bersemangat.

Empat motor mereka berjalan beriringan hingga sampai di toko es krim yang Sultan maksud.

Sultan menjadi yang paling semangat memilih varian rasa yang sangat beragam dengan mata yang berbinar-binar. "Mba, mau rasa vanila terus toppingnya cookies sama coklat-coklat yang itu ya. Oh oh es krimnya di mix sama rasa matcha deh mba, ukurannya yang large. Oke makasih" pesannya dengan ceria. Dia berbalik untuk merangkul lengan Fatah dan bergelayut manja disana. "Bang, lu mau pilih rasa apa, Bang? Katanya rasa brown sugar ini enak, tapi stroberi juga enak. Eh apa cobain yang ini aja nih, Bang" tunjuk Sultan ke varian es krim yang menurutnya menarik untuk memberi rekomendasi ke Fatah.

"Berisik banget lu kaya banci depan lampu merah" ejek orang yang berdiri disebelah Sultan. Membuat mereka berempat menoleh serentak pada orang itu.

Sultan maju beberapa langkah mendekatinya. "Ngapain sih lo disini? Ngerusak pemandangan aja" balas Sultan sewot. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Rian.

"Dih ya suka-suka gua lah. Emangnya cuman lo doang yang boleh kesini? Gua juga mau makan es krim kali" Rian tak kalah sewot menanggapi.

"Ya kan lo bisa gausah muncul di deket gua. Jauh-jauh sana kek, ngapain sengaja banget deket-deket gua?"

"Dih pede lu. Siapa juga yang mau deket-deket sama banci kaya lu, lembek gitu, alergi gua"

Buagh...

Sultan memukul kencang lengan Rian sampai membuat beberapa orang di toko itu menoleh akibat suara peraduan kulit yang terdengar cukup nyaring.

"Bangsat, sakit anjing" keluh Rian disela ringisannya memegangi lengan yang baru saja terkena pukulan.

"Mampus. Makan tuh lembek"

"Lu ngajak ribut?" geram Rian yang semakin mempersempit jarak diantara keduanya.

Sultan tak mau kalah. Dia juga maju selangkah seolah menantang. "Ayo. Lo pikir gua takut"

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang