018

4.8K 315 2
                                    

"Gue diomelin sama Ayah gue pas dia balik dari urusan kerjanya di Semarang, gara-gara dia tau gue berantem sampe masuk rumah sakit," ucap Fatah mengadu pada tiga temannya dengan nada lesu yang bercampur kesal. "Lagian sih kemaren gua pake dibawa ke rumah sakit segala. Lebay banget. Padahal sama aja gua disana juga cuman numpang tidur doang" cibirnya merengut bak anak kecil yang berceloteh tak suka.

"Salah sendiri lu pingsan," sahut Sagara tanpa menatap Fatah dan tetap fokus berjalan.

Fatah hampir saja melancarkan pukulan ke arah Sagara, namun tiba-tiba pergelangan tangannya dipegang erat oleh Fino yang menatapnya dengan pandangan penuh peringatan. Tatapan itu berhasil membuat Fatah mengurungkan niatnya. Fatah merengut kesal, apalagi ketika mendengar tawa mengejek dari Sultan dan Sagara.

"Terus gimana tuh ayah lu? Lu dihukum ?" tanya Sultan melanjutkan obrolan.

"Enggak sih. Ayah gua mah kan kalo kaya ginian cuman ngomel doang, tapi langsung bikin gua ngerasa jadi anak paling durhaka"

"Dari dulu juga lu udah durhaka" Sagara kembali berceletuk yang diangguki oleh Sultan.

"Iya. Kenapa lu baru sadar sekarang?" Sultan menambahkan.

An–" Fatah tidak sempat menyelesaikan umpatan kasar yang hendak dia lontarkan sebagai balasan untuk dua temannya, karena tubuhnya sudah lebih dulu ditarik saat tadi mereka berjalan melewati persimpangan di koridor. "ANJING!!" teriaknya ketika punggungnya dengan keras menghantam dinding akibat tekanan lengan dari si pelaku. "Lu ngapain sih, Gilang?" tanyanya dengan suara lantang saat matanya bersitatap dengan cowok yang menahan tubuhnya di kedua sisi.

"Maaf..." lirih Gilang penuh penyesalan. Tangannya terangkat hendak menyentuh memar bekas gigitannya semalam yang bisa terlihat dengan jelas dalam jarak mereka yang dekat, namun sebelum dia bisa menyentuhnya, Fatah dengan kasar menepis tangannya.

Fatah menatap Gilang tanpa ekspresi. "Minggir!" pintanya terdengar dingin menusuk indra pendengaran.

"Gak"

"Jangan sampe gua kasar sama lu ya, Gilang. Jangan pikir karena badan lu sedikit lebih gede dari gua, terus gua gak bisa gebukin lu disini"

"Iya, pukul aja! Pukul sepuasnya! Gue beneran minta maaf banget buat yang semalem. Gue gak sengaja, sumpah. Gue lagi mabok. Tolong maafin gue. Jangan berubah pikiran soal lu yang mau nyoba buka hati buat gue. Ya?" Gilang memelas dengan penuh permohonan ketika dia menatap Fatah. Terlihat dengan jelas kekeseriusan dalam setiap kata yang diucapkan olehnya, namun bagaimanapun, Fatah sudah bertekad untuk memberikan pelajaran pada Gilang.

Maka, di detik berikutnya, Fatah menepati janjinya dengan memberikan tendangan keras kepada Gilang, membuat cowok itu mundur beberapa langkah sambil memegangi perutnya yang baru saja ditendang. Sebelum Gilang bisa bangkit kembali, Fatah memberikan pukulan yang menghantam pipinya, diikuti dengan tamparan di pipi yang lain.

"Bangun!" Gilang yang masih tersungkur mendongak untuk melihat wajah Fatah. "Berdiri, ih, sini!" Fatah menarik badan Gilang supaya berdiri sejajar dengannya.

"Udah puas mukulnya?" tanya Gilang sembari meringis.

"Kalo mau sampe gua puas, bisa-bisa lu masuk rumah sakit. Lagian kenapa gak ngelawan, atau minimal ngehindar kek gitu?"

Gilang tersenyum lembut menatap Fatah. "Emang gak niat mau ngehindar apalagi ngelawan–"

"Jadi emang lo pengen gua gebukin? Lo masokis ya?" Fatah menatap ngeri ke arah Gilang yang dibalas gelak tawa.

"Ya enggak lah. Gila aja gua masokis. Gua cuman mau lu tau kalo gua beneran niat mau minta maaf sama lo soal semalem. Gua beneran gak sadar. Jangan berubah pikiran, ya?"

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang