013

5.3K 389 29
                                    

⚠ Peringatan adegan kekerasan
________________________________

Gilang menghentikan motornya di pinggir jalan ketika melihat motor terparkir sembarangan di tepi jalan. Dia seperti merasa tidak asing dengan motor tersebut. Dilepas helm yang menutupi seluruh wajahnya dan turun dari motor. Dilihatnya baik-baik setiap angka dan huruf yang tertera pada plat motor itu. Gilang mengenal betul bahwa motor itu adalah milik Fatah. Namun, kemana pemiliknya? Gilang merasa bahwa ada sesuatu yang janggal.

Brak...

Suara gaduh mengambil alih fokus Gilang. Dia memindai sekitarnya dengan waspada.

Mengandalkan indra pendengarannya, dia berjalan mendekat pada jalan kecil di sebelah ruko tertutup yang terhalang oleh mobil pick up. Semakin dekat langkahnya pada tempat itu, semakin jelas dia mendengar suara gaduh perkelahian disertai ringisan-ringisan sakit setelah terdengar suara pukulan.

Gilang tidak langsung maju dengan gegabah. Dia mengintip dari balik tembok dengan hati-hati dan ya sesuai dugaannya. Disana ada enam orang cowok tengah berkelahi melawan Fatah seorang diri. Dengan kata lain Fatah sedang dikeroyok.

Gilang masih melihat situasi sambil otaknya memutar akal mencari strategi kalau saja terjadi kemungkinan terburuk karena dia kalah jumlah.

"Argh..."

Gilang memejamkan matanya, berusaha tidak terbawa emosi ketika mendengar geraman Fatah yang terkena pukulan lawannya. Terlihat jelas Fatah sudah kelelahan melawan enam orang sekaligus, jelas dia kalah, tapi Fatah tetap bertahan untuk melindungi dirinya sendiri.

Gilang membuka aplikasi chat yang ada di ponselnya. "Stand by! Kalo dua puluh menit lagi gua gak ngabarin, samperin gua kesini" Dia mengirim lokasinya saat ini setelah selesai mengetik pesan singkatnya ke grup Yoran.

Detik selanjutnya, Gilang langsung berlari menghantam salah satu dari enam cowok itu dengan pukulannya yang sangat keras.

"Ngapain kesini?" ucapan lirih Fatah yang ada dibelakangnya dapat Gilang dengar dengan jelas.

Tidak punya waktu menanggapi Fatah, Gilang langsung maju melawan orang-orang itu. Dia mencoba tetap tenang sebisanya mengatur emosi supaya gerakannya masih bisa terkontrol dengan baik. Gilang menyerang mereka dengan tendangan dan pukulan. Untuk sesaat Gilang berhasil menguasai situasi dan seperti ada kemungkinan untuknya menang karena tiga dari enam cowok itu sudah tampak kewalahan.

"Woy liat nih!" teriak satu orang yang mengalihkan fokus Gilang.

Gilang lengah sampai dia tidak menyadari kalau sedari tadi Fatah tetap memaksakan diri ikut membantu melawan keenam cowok itu dengan tenaga yang sudah terkuras habis, membuat dia sekarang berada dalam dekapan salah satu dari mereka berenam. Pisau kecil menempel pada lehernya sebagai sirat sebuah ancaman.

Gilang mau tidak mau mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, padahal dalam otaknya dia panik luar biasa mencari akal supaya Fatah tidak dilukai oleh orang itu.

Orang yang menyekap Fatah tertawa. "Lu nih sebenernya ngapain sih? Tengil banget sok-sokan ikut campur. Mau nyelametin dia, hah?" tanyanya sambil menekan mata pisau itu pada leher Fatah yang terus memberontak. Membuat sayatan kecil pada leher Fatah.

Gilang memejamkam matanya, rahangnya terlihat tegang. "Lu mau apa?" tanya Gilang setengah menggeram karena dia sedang berusaha menahan emosinya.

"Mau gua gampang. Lu ketua Yoran kan?" tanya orang itu yang langsung diangguki oleh Gilang. "Bagus. Gua mau lu berdua ikut kita ke markas Alter"

Dalam hati Gilang memaki. Selalu saja geng Alter yang mencari masalah. Rahang Gilang semakin tegang sampai urat di lehernya menyembul keluar, kedua tangannya juga terkepal keras disisi tubuhnya. "Kalo gua gak mau, lu mau apa?" Gilang kembali bertanya.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang