031

4.2K 280 4
                                    

"Malem ini mau gak kalo kita ciuman aja, gausah pergi?"

Gilang dibuat sedikit terkejut mendengar apa yang Fatah katakan. "Katanya mau pergi?"

Fatah menggeleng kecil. "Mau ciuman aja deh kayanya"

Gilang sontak melepas pelukan di pinggang Fatah karena tidak kuat menahan tawanya. Dia tertawa kencang karena perkataan Fatah yang menurutnya sangat lucu.

"Kok lo ketawa sih?" Fatah merengut tidak senang karena melihat Gilang yang mentertawakan dirinya.

"Aduh, habisnya lo lucu" Gilang mengambil es teh yang tadi ayahnya Fatah buatkan untuknya. "Nanti aja ciumannya. Sekarang kita jalan dulu!"

"Yaudah ayo kalo mau pergi"

"Sekarang? Ini lo udah siap?" tanya Gilang mengerutkan alisnya menatap Fatah yang hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam polos dan celana jeans.

"Iya, gua udah siap kok. Kenapa?"

"Gak pake jaket? Diluar dingin loh"

Fatah berdecak dan merotasi bola matanya malas. "Gua juga sering mondar-mandir malem-malem kalo lo lupa. Gua juga udah biasa sama angin malem. Santai aja"

"Yaudah bener ya?"

"Iya. Udah ayo buruan"

Gilang mengikuti Fatah yang berjalan keluar. Sepasang kekasih itu berjalan beriringan menuju motor yang terparkir rapi di depan rumah. Setelah sampai di motor, Gilang lebih dulu naik ke atas motornya. Setelah memastikan Fatah sudah naik, barulah Gilang menjalankan motornya pergi dari sana.

"Mau kemana kita?" tanya Gilang.

"Gak tau"

"Lah kok gak tau?"

"Yaudah sih jalan-jalan aja, kemana kek!" kata Fatah dengan sinis. Namun, setelah itu, kedua tangannya melingkar erat di pinggang Gilang.

Diam-diam Gilang tersenyum. Dia mengelus tangan Fatah menggunakan satu tangannya yang terlepas dari setir.

Mereka berkendara menyusuri jalan bising yang ramai dengan banyaknya kendaraan yang juga berlalu-lalang. Dalam keheningan, mereka saling merasakan napas dan detak jantung masing-masing.

Keduanya tak lagi memperdulikan hal lain, mereka diam dalam posisi seperti itu, merasakan perasaan deg-degan yang menyenangkan sambil mengingat saat-saat ketika Gilang masih harus berusaha keras hanya untuk pulang bersama Fatah.

Gilang membawa motornya melewati tempat yang cukup ramai dan seringkali dikunjungi oleh para muda-mudi yang sedang merasakan cinta. Meski merasa tertarik, mereka tidak berhenti disana.

"Gua suka jalan-jalan kaya gini," kata Fatah. Dia menyenderkan kepalanya pada punggung Gilang.

"Gua juga suka, apalagi kalo jalannya sama lo" kata Gilang. Dia melirik Fatah dari kaca spion. Dapat dilihat Fatah yang sedang memejamkan matanya dengan nyaman bersandar pada pundaknya. "Kita beli martabak mau?"

Fatah mengangguk. "Mau"

___________________

Gilang menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang cukup besar di dalam sebuah klaster perumahan. "Turun!" titah Gilang setelah mematikan mesin motornya.

Gilang menggandeng tangan Fatah untuk masuk ke dalam rumahnya. "Kenapa diem aja?" tanya Gilang yang merasa aneh.

"Lo tinggal disini, Lang?" tanya Fatah merasa kaget. Dia merasa heran, bukan sebab rumahnya yang terlalu besar, melainkan karena tidak ada satupun orang di dalam rumah yang begitu luas ini. Fatah terheran-heran, dimana anggota keluarga Gilang yang lain.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang