037

7.7K 252 6
                                    

Fatah melempar pandangannya ke arah lain. Mengedarkan mata ke mana saja secara acak asalkan tidak bersitatap dengan Gilang. "Gua bisa bantu lo pake mulut" tawar Fatah dengan suara yang sangat pelan sampai tidak dapat di dengar.

"Hah? Apa? Lo ngomong apa, gua gak denger?"

"Gua bisa bantuin lo pake mulut" ulang Fatah dengan mata yang tertutup rapat dan tangan yang menutupi seluruh wajahnya. Dia benar-benar merasa sangat malu mengatakan hal itu.

Diam. Gilang terdiam mendapati penawaran itu. Otakknya berdengung tidak bisa merespon apapun.

"Lang?" panggil Fatah sambil membuka matanya untuk melihat reaksi Gilang yang hanya diam. "Lo denger gua ngomong kan?"

"Emangnya boleh?" Gilang bertanya dengan ragu-ragu.

"B—boleh...lo mau pake mulut aja?"

"Mau lah...tunggu ya!" Gilang beranjak dari posisinya dan berjalan menuju kamar mandi.

Fatah awalnya kebingungan kenapa Gilang pergi setelah mengatakan dia mau di blowjob, tapi sesaat setelah Gilang kembali, Fatah mengerti. Gilang mencuci penisnya dengan bersih sampai Fatah bisa mencium aroma sabun ketika Gilang bergerak mendekatinya.

Gilang mengambil posisi setengah berbaring dengan punggungnya yang bersandar pada kepala ranjang. "Ayo sini!" Dia menuntun Fatah mendekat.

Tanpa banyak kata, Fatah langsung memposisikan diri di selangkangan pacarnya. Dia sempat terdiam ketika berada dihadapan penis besar milik Gilang. Namun, dia meyakinkan diri untuk memegang penis yang masih sangat tegang itu dan secara perlahan memasukkannya ke dalam mulut.

Fatah merasakan elusan pada kepalanya sesaat setelah penis itu sudah masuk sempurna ke dalam mulutnya. "Jangan kena gigi ya, sayang!" kata Gilang memberi peringatan lembut padanya.

Fatah mengangguk kecil sebagai balasan. Kemudian mulai menggerakkan kepalanya memompa penis yang berada dalam mulutnya. Dia juga memainkan lidahnya menjilat ujung kepala penis itu sampai berhasil membuat si empunya menggeram nikmat. Tangannya juga membantu mengocok batang penis yang tidak bisa masuk sempurna ke dalam mulutnya.

"Shh...jangan kena gigi, Fatah!" kata Gilang memperingati ketika penisnya tidak sengaja terkena gigi.

"Maaf" kata Fatah di sela kulumannya.

Dari atas, Fatah terlihat begitu kecil dan lucu. Seperti anak anjing yang tengah bermain dengan tulang mainannya. Ditambah dengan mulut kecil yang melahap penisnya dan air liur yang merembes keluar membuat Fatah luar biasa indah. Gilang benar-benar menikmati apa yang tengah Fatah lakukan.

"Bisa lebih cepet, sayang? Dikit lagi gua mau keluar"

Fatah mengangguk dan mempercepat tempo kulumannya. Dia juga semakin gencar menjilat kepala penis Gilang sekaligus memainkan bola kembar di bagian bawah menggunakan tangannya.

"Arghh...lepas dulu, Tah, gua mau keluar!"

Bukannya melepaskannya sesuai dengan yang Gilang minta, Fatah justru semakin lihai memainkan lidahnya disana. Gilang tidak bisa menahannya lagi sehingga belum sempat dia mencoba menjauhkan Fatah, penis itu sudah lebih dulu mengeluarkan isinya di dalam mulut kekasihnya.

Gilang tidak menunggu sampai selesai dari euphoria pasca pelepasannya untuk langsung meraih tisu yang ada di nakas dan menyodorkannya di hadapan Fatah. "Sini keluarin, jangan di telen! Ludahin di sini!" todongnya dengan tangannya sendiri.

Awalnya Fatah tidak mau menurut. Dia masih menyimpan sperma Gilang dalam mulut meski rasanya sedikit menganggu indra perasanya.

"Fatah jangan gitu! Gua bilang jangan di telen! Ayo cepet ludahin disini!" paksa Gilang dengan tegas sambil menekan dua pipi Fatah dengan satu tangan.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang