Pagi hari seperti hari biasanya untuk orang dewasa seperti dirinya hanya bisa menurut akan banyak semua tumpukan laporan-laporan yang harus ia kerjakan dan diberikan segera. Siapa yang kalian maksud? Dia Kim Sunoo, laki- laki mandiri, hidup sendirian di apartemen dan kerja di perusahaan sebagai asisten pendamping direktur.
Dulu Sunoo hidup berkecukupan, namun saat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil dirinya harus berusaha keras sendiri agar keluar dari ruang lingkup keluarga yang dibuat-dibuat oleh Pamannya. Dan disini lah Sunoo berada, dimana hidupnya dimulai.
_______________________________________
"Sunoo"
"Iya pak?"
"Persiapkan dirimu dan berkas lainnya, kita akan rapat beberapa menit lagi"
Sunoo membungkuk hormat dan tersenyum, pekerjaan yang mudah. Sunoo terbiasa mengerjakannya karna memang itu pekerjaannya, saat semuanya telah selesai. Tiba-tiba terdengar sirene polisi dan pemadam kebakaran, Sunoo kalang kabut seperti lainnya, semua berkasnya jatuh tersenggol dengan karyawan lainnya.
Saat dirinya ingin berbalik dan berlari, Sunoo tertembak tepat diperutnya, sakit, hangat, amis adalah kesan pertama yang Sunoo rasakan. Dengan perlahan Sunoo mencoba bergerak, matanya mulai menangis, rasa sakitnya menyebar kemana- mana. Orang-orang hanya memikirkan keselamatannya sendiri tanpa menolong beberapa orang yang tertembak seperti dirinya.
"T-tolong"
Tidak ada yang mendengar, hingga kabut asap dan api memblokir dirinya bersama orang-orang yang tersisa. Perasaan, baru dirinya memulai semuanya, lalu menjadi karyawan tetap lalu naik pangkat dan sekarang mati ditembak dan terbakar. Takdir lebih kejam dengan dirinya di masa kini.
"T-tuhan beri Sunoo kesempatan untuk hidup"
Kabur, semua pandangan Sunoo kabur, yang hitam dan berasap kini berubah berwarna kuning berkilap, saat membuka mata yang ia lihat pertama kali adalah atap rumah sakit lalu.
"ADEKK"
"PANGGIL DOKTER" satu orang keluar dari ruangan Sunoo, Sunoo bernapas dengan sesak sambil menoleh ke kanan dan kiri, kini pandangannya dipaksa menatap satu sosok yang buram dimatanya bersama suara berdengung alat pendeteksi jantung "Dimana?"
Sosok dewasa tersebut tersebut tersenyum dan menggenggam tangan Sunoo, ada satu air mata yang menetes di pipi Sunoo, dingin "Sayang"
"T-tolong s-sakitt"
"SUNGHOON MANA JAY?"
"Adek tenang ya? Dokternya bakal datang sama Jay, tenang ya?"
"S-sakitt"
Ketiga laki-laki yang menjaga ruangan Sunoo mulai khawatir sampai pada akhirnya Sunoo mulai kembali terpejam memeluk kegelapan karna rasa sakit dejavu yang dirasakan.
"sunoo? adekk bangun sayang! Jay kampret lama amat"
"Woy woy gua bawa dokternya"
"Lama bat lo anjerr"
"Dokter tolong periksa adik saya"
"Adik anda tidak apa-apa tuan muda, tuan muda Sunoo juga berhasil melewati masa kritisnya"
Heesung menangis, sudah seminggu lamanya Sunoo berada di rumah sakit karna tertabrak mobil dan terpental sejauh 5 m, ini karna kelalaiannya tidak menjaga dengan benar dan terus bekerja. Jay menepuk punggung Heesung "Jangan nyalahin diri sendiri"
"Kalian kabari Jungwon dan Ni-ki, Sunoo sudah bangun"
Jake dan Sunghoon mengangguk lalu menelpon kedua adiknya yang lain. Hingga tak terasa, waktu terus berjalan, membiarkan ke-enam laki-laki terus menatap Sunoo yang saat ini sedang tertidur nyenyak dengan infus di tangan kirinya, Jungwon kesal padahal dirinya telah datang dengan banyak boneka dan macaron mint choco tapi mana? Sunoo masih tidur.
"Bohong ya lo Hyung"
"Tunggu dulu won, adek masih bobo"
"Udah gua bawain soda dahal"
"Sunoo ga boleh minum soda Nik"
"Lahh?"
"Eumm"
Ni-ki berhenti berbicara, kini semua atensi fokus terhadap satu bocah laki-laki yang akan bangun dari tidur panjangnya. Sunoo bingung, kenapa disini ramai sekali? dan dimana dirinya? Bau rumah sakit? Dan mereka?
"Adek sudah bangun?"
"Ya sudahlah, pake ditanya" ujar Ni-ki, Sunghoon hanya bisa tersenyum sabar, memang agak bajingan "Ada yang sakit?" Sunoo menggeleng
"Mau sesuatu hmm?" Satu usapan hadir di kepala Sunoo, Sunoo mengangguk lagi " H-haus" Heesung terkekeh lalu memberikan satu gelas air putih untuk Sunoo. Sisanya mereka hanya bertatapan lama, Sunoo yang menatap mereka dengan bingung, dan mereka yang gemas.
"Kalian? Siapa?"
PYARRR!
"Bangke!" Jake lari memanggil dokter, Jungwon menangis sedangkan Ni-ki meremat tangannya merasa tidak berguna "Adek jahat lupain Uwon"
Sunoo syok "Sunoo" Sunoo menoleh menatap Jay, Heesung dan Ni-ki "Jangan main-main lo bocah! Bilang ini sandiwara!!" Ni-ki marah
Mata Sunoo bergetar, matanya mulai basah, apa yang harus ia ingat? Yang ia ingat hanya api, tembakan dan darah selainnya tak ingat. Saat dirinya menoleh ke kanan, Sunoo dapat melihat wajahnya di dalam kaca, dirinya yang masih terlihat anak kecil, kepalanya yang diperban. Sunoo lemas, hingga Jungwon memeluknya "Adekkk hiks"
*
*"Kata dokter adek amnesia permanen?"
"Ga mungkin Hyungg"
"Jake lo diem dulu"
"Karna semuanya dah terlanjur, kita rangkai ulang" Heesung yakin semua ini rencana takdir, dirinya dan yang lain akan berusaha sekeras mungkin membuat ingatan baru.
"Sekarang kita masuk"
Ceklek!
Sunoo menatap enam laki-laki yang sekarang berada di sekeliling brankarnya, satu laki-laki mendekat, Sunoo yakin dia yang paling tua "Kita keluarga, Sunoo adek kandung Hyung, ini Jay, Jake, Sunghoon mereka anak kembar, yang ini Jungwon dan Ni-ki"
Sunoo mengangguk lucu, sekarang ia harus belajar mengingat keluarga barunya, meski aneh tapi Sunoo suka, karna dirinya tidak sendirian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensions||Enhypen||
AdventureSunoo yang berusia 20 tahun tiba-tiba terjebak ditubuh dirinya yang sedang kritis di dunia berbeda berusia 12 tahun bertemu 6 saudara laki-lakinya yang belum sempat terjalin hubungan di dunia. "Rumah sakit?" "Adekkk" KLO TIDAK SUKA GANTI LAPAK‼️