Seorang gadis tengah menikmati angin sore yang begitu menyejukkan, dengan pemandangan pohon dan langit yang indah, sembari memakan cemilan di pondok depan rumahnya.
Rea Chalista Prisyilla, sapaan dari keluarganya Yaya, gadis berumur depalan belas tahun, yang satu minggu lalu baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas. Terlahir dari keluarga sederhana, dan punya satu kakak laki-laki yang sudah menikah.
Dalam pikiran Rea, sekeras apakah kehidupan setelah lulus SMA ini. Apa yang harus dilakukan. Kuliah, kerja, atau menikah. Memikirkan masa depan tidak akan ada habisnya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan.
Awalnya, Rea memutuskan untuk kuliah. Namun, ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan jenjang kuliah. Padahal, Rea telah lulus disalah satu Universitas ternama di provinsi Sumatera Selatan.
Berusaha Rea meyakinkan bahwa nanti akan ada beasiswa, tapi nyatanya, Rea terpaksa mengikhlaskan melepas Univ itu, sesuai dengan keinginan orang tuanya.
Rea kembali meneteskan air mata, saat teringat betapa beratnya ia harus melepaskan Univ tersebut, setelah perjuangan belajar yang keras hanya untuk melanjutkan kuliah.
"Jangan putus asa walau tidak kuliah sekarang, tahun depan bisa menyusul, seperti kakakmu dulu. Tetaplah semangat dalam menjalani hidup, dan yakin saja semua pasti ada jalannya," ucap Ria, mama Rea, dan kata-kata itu selalu terlintas dipikiran Rea.
Karena pilihan pertama untuk kuliah tidak bisa dijalankan oleh Rea saat ini, maka ia ingin berjuang untuk pilihan kedua, yaitu kerja.
"Gue harus cari kerja secepatnya, biar gue nggak nganggur. Gue harus bisa menghadapi ini semua!" batin Rea dengan penuh keyakinan.
Keesokan harinya, Rea berkutat pada laptop untuk membuat surat lamaran kerja dan CV. Lalu, Rea mempersiapkan semua berkas-berkas yang bisa mendukung surat lamaran kerjanya.
Setelah semua selesai, Rea segera bersiap untuk mengantarkan surat lamaran kerja tersebut. Kemudian, berpamitan sama kedua orang tua Rea.
"Doain, ya Ma, Pa, semoga diterima," ujar Rea lalu salam kepada Ria dan Reno.
"Aamiin, semoga anak papa cepat dapat kerja," balas Reno selaku papa Rea, lalu tersenyum dan mengelus puncak kepala Rea.
Satu minggu telah dilewati oleh Rea, dengan mengirim lima lamaran kerja di tempat yang berbeda. Dua dari tiga tempat sudah melakukan wawancara kepada Rea, tetapi belum ada panggilan lagi apakah Rea diterima atau tidak.
Semakin hari banyak info lowongan kerja yang masuk untuk Rea, mulai dari keluarganya, dan sosial media. Rea terus membaca dan mencari tempat yang cocok untuk memasukkan lamarannya.
Dalam satu bulan, lebih dari sepuluh tempat Rea mengajukan lamaran kerja. Namun, tak kunjung ada yang menerima Rea.
"Huh, kemana lagi harus cari kerja?" keluh Rea meneteskan air matanya. "Semoga secepatnya ada kabar baik, Aamiin."
Rea sudah berserah diri kepada sang maha kuasa atas semua usahanya, bahwa takdir dan berita baik itu pasti terjadi.
Suasana malam hari yang sunyi, Rea memandang langit atap kamarnya seraya memikirkan masa depan. Tidak lama kemudian, ponsel Rea berdering menandakan ada yang menelpon.
Rea segera mengambil ponsel itu, "Ecaaa," Rea mengeritkan dahinya, saat membaca yang menelpon adalah teman kecilnya.
Rea langsung menekan tombol hijau telepon itu.
"Hallo, Rea," suara dari seberang sana.
"Iya hallo, kenapa Ca? Tumben malam-malam telpon,"
"Hehehe, maaf nih, ganggu nggak Re?" ucap Eca cengengesan.
"Nggak kok santai aja,"
"Gue mau tanya, lo udah dapat kerja belum Re?"
"Belum, Ca, lo udah?"
"Gue juga belum, tapi rencananya gue mau ajakkin lo masukkin lamaran kerja ke PT. Sriwijaya Pabrik minuman Re, mau nggak?"
"Emmm, posisinya jadi apa Ca?"
"Yaa, susun minuman aja gitu kalo nggak salah. Tapi coba buka websitenya PT. Sriwijaya posisinya apa,"
"Yaudah nanti gue lihat,"
"Gimana, Re, mau?"
"Heem," dehem Rea sambil berpikir.
"Udah. Nggak usah banyak mikir, gue tau info ini dari oom gue yang juga kerja disana, semoga aja kan kita di terima, dan bisa bareng-bareng lagi?"
"Iya sih."
"Yaudah yok, besok kita kesana, lo segera siapin lamaran kerja nya, ya,"
"Gue coba tanyain sama mama papa gue dulu ya, boleh atau nggak, malam ini juga gue kabarin lo,"
"Yaudah kalo gitu gue tunggu, see you."
Tutt... sambungan terputus.
Rea keluar kamar dan segera menghampiri mama dan papanya, yang ternyata sedang asik berduaan di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Ma, Pa," panggil Rea, lalu duduk didekat sang mama.
"Kenapa sayang?"
"Itu, tadi Eca telpon Yaya Ma, dia ajakkin Yaya buat melamar pekerjaan di PT. Sriwijaya, pabrik minuman Ma, Pa. Boleh nggak?" ucap Rea dengan pelan.
"Pabrik minuman?" tanya Reno memastikan. "Posisinya apa Ya?"
"Kata Eca susun minuman. Bentar pa, Yaya cek dulu," jelas Rea, setelah itu membuka handphone.
"Nah, ini website PT. Sriwijaya buka lowongan untuk posisi packing," Rea menyodorkan handphone kepada papa dan mamanya, terlihat poster lowongan tersebut.
"Heem, kalo mama setuju aja sih Ya, ini juga bisa jadi batu loncatan dulu, sebelum dapat kerja yang lain," usul Ria dengan begitu antusias sembari melihat poster itu.
"Tapi, bagian packing? Nanti angkatin barang nggak tuh?" tanya Reno sembari berpikir keras.
"Enggak tau juga Pa," ucap Rea lemah.
"Coba aja dulu, kalau memang berat kerjaannya, resign," anjur Ria menyemangati Rea.
"Yasudah, papa juga setuju," ulang Reno tersenyum kepada dua wanita di depannya.
"Alhamdulillah yeayyy," Rea tersenyum merekah. "Makasih Ma, Pa."
Rea mengetik pesan, lalu mengirimnya kepada Eca, "Gue dibolehin nih, malam ini juga gue siapin berkas lamaran kerjanya."
Setelah pesan itu terkirim langsung di read oleh Eca, kemudian dering selanjutnya handphone Rea berbunyi, Eca kembali menelpon Rea.
"Hallo Reaaaaa," heboh Eca dari seberang sana. Membuat Rea menjauhkan handphone dari dekat telinganya, karena suara Eca menggelegar.
"Kenapa Ca? Heboh banget eyy,"
"Alhamdulillah kalau lo dibolehin. Besok kita langsung training hari pertama, pukul tujuh pagi kita ke sana, oom gue yang suruh kita datang,"
"Ha, training? Lo serius langsung training, masukkin lamaran aja belum," decak Rea.
"Hehehe, ya serius lah, jarang jarang kan ada yang gini?"
"Apakah lima puluh persen kita bakal diterima?"
"Iyaa, semoga aja,"
"Terus, surat lamaran kerjanya gimana? Besok dibawa?"
"Iya, surat lamaran kerja tetap dibawa besok, semangat buat kita besok Rea."
"Aaa, Iya. Ok, makasih Ca,"
"Yaudah kalau gitu gue tutup dulu yaa, gue juga mau siapin lamaran kerjanya."
Sambungan terputus. Rea menceritakan kepada mama dan papanya, mama dan papa Rea ikut senang mendengar cerita anaknya yang semangat sekali untuk bekerja.
Rea segera mempersiapkan semuanya, lalu istirahat dan tak sabar menunggu hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love At The Factory (SUDAH TERBIT)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA!!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERARTI ♡ Cerita ini diikutkan dalam event Solo Hollo Writing Corp. Versi sudah direvisi & lebih lengkap ada di Novel! Blurb : Bagaimana perasaanmu jika berada diposisi...