Bab 6

145 23 1
                                    

Sabtu, 24-06-2023

Happy Reading

.
.
.

Sudah 1 malam di habiskan Aleta duduk dalam kereta untuk menuju spirit hall. Leo sudah ia tempatkan dalam rumah pohonnya.

Lama-lama Aleta bisa berlumut jika terus diam dalam kereta kuda. Dari jendela Aleta bisa melihat pemandangan luar yang membosankan. Pantatnya keram sekali.

Di tambah jalanan yang tidak rata dan ada bebatuan yang menghalangi membuat kereta terus bergerak tak seimbang. Pergerakan kereta membuat Aleta muntah beberapa kali.

Sungguh, jika tempat yang di sebut spirit hall itu tak jauh mana mungkin Aleta mau naik kereta. Lebih baik ia jalan kaki saja. Namun, bertepatan dengan waktu dan jarak yang harus di tempuh jauh, maka lebih baik naik kereta di bandingkan nanti saat sampai kakinya malah lemas tak bertenaga.

Ngomong-ngomong master bernama Su Yantou itu lumayan baik. Ia beberapa kali berhenti di restoran untuk makan makanan enak yang harganya sudah tentu mahal.

Namun, itu juga kan kewajibannya untuk memberi Aleta makan karena membawanya pergi.

Siapa suruh membebaskan Aleta membeli makanan, jadinya kan Aleta memborong sebagian menu makanan di restoran dan tanpa tahu malu menghabiskan semuanya dalam sekejap.

Iya, itu semua benar dan beginilah jadinya

Su Yuntao menunjukkan wajah masamnya karena uang miliknya terkuras habis oleh bocah cantik tak tahu di untung.

Bicara mengenai uang, di dunia ini memiliki sistem uang koin. Aleta tahu karena bertanya pada Su Yuntao. Walaupun kesal pria itu tetap menjawabnya dengan jelas.

Uang koin di bagi menjadi empat jenis yaitu:

Pertama koin emas. 1 koin emas senilai dengan 100 koin perak.

Kedua koin perak. 1 koin perak senilai dengan 100 koin tembaga.

Ketiga koin tembaga. 1 koin tembaga senilai denhan 10 lembar uang kertas.

Keempat uang kertas. 1 lembar uang kertas senilai dengan 1 lembar uang kertas.

Dan kini Aleta tak mempunya secuil pun uang. Hati kecil Aleta jadi tersentil. Bagaimana dengan ia yang dulunya di kelilingi uang. Hidupnya tak pernah kekurangan uang karena ayahnya adalah seorang miliarder. Dan lagi ia juga berprofesi sebagai model yang menghasilkan jutaan dollar.

Kembali lagi pada Aleta kini ia kembali mengeluh, keluhannya tak lain adalah pantat keram.

"Master, kapan kita sampai? Pantatku sudah keram!" Tanya Aleta dengan kepalanya yang keluar dari jendela.

Wajar saja bukan, coba saja sendiri duduk dalam kereta kuda yang bergerak tak tentu arah akibat kerikil tajam.

Pantat mu pasti sudah kaku. Di tambah tak ada AC seperti di mobil modern pada umumnya.

Aleta yang biasanya mengemudikan mobil sport keluaran terbaru harus menanggung sakit saat duduk di dudukan kereta yang keras.

"Sebentar lagi" Su Yuntao tampak biasa saja duduk dalam kereta ini. Raut wajahnya santai.

Masuk Ke Novel ChinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang